Setelah permainan jelangkung pertama kali tidak terjadi apa-apa, kini mereka mencobanya lagi, dengan cara yang lebih menyeramkan. Pertama-tama mereka membakar kertas orang mati di wastafel. Mereka juga menaruh ranting kayu banyan ke atas piring berisi air hujan. Habis itu air hujan baru dituangkan ke dalam wastafel. Setelah itu mereka menutup seluruh lampu kamar. Suasana di dalam kamar gelap gulita.

Salah satu menyalakan dua lilin putih. Suasana dalam kamar menjadi remang-remang. Sekali lagi permainan jelangkung dimulai… Saya yang berdiri di samping sebagai penonton merasa agak was-was karena kali ini kelihatannya mereka betul-betul serius.

Pas awal-awal permainan, sepertinya masih mereka yang menggeser-geserkan piringnya.

Salah satu orang memulai pertanyaan dengan membuka pertanyaan. Biar gampang, saya sebut inisial A, B, C dan D. A itu orang yang inisiatif main jelangkung dan tanya-tanya soal gimana bisa memanggil arwah itu. Si B anaknya biasa-biasa saja. Si C usil. Si D itu anak kamar sebelah.

Nah, si B bertanya apakah tahun ini dia akan mendapat pacar. Tiba-tiba si C langsung memotong, “Gak apa-apa pacar manusia atau hantu. Yang penting cewek!”

Pada saat si C omong seperti itu, kami berempat langsung terkejut bukan main. Si A dan B langsung marah-marah si C.

Waktu itu A dan B duduk di dua sisi masing-masing dekat ranjang. C duduk di dekat tembok. Sedangkan yang satu lagi (si D) duduk membelakangi pintu kamar.

Gara-gara itu, mereka merasa tidak ada niat untuk main lagi, jadi menggerakkan piringnya kembali ke titik tengah (mereka yang dorong sendiri), dan memadamkan lilin.

Di sini mulai terjadi keanehan. Saat mereka mencoba meniup salah satu lilin, entah kenapa lilin itu menyala kembali. Hal itu terjadi sampai empat kali! Tidak hanya itu, ketika lampu kamar dinyalakan kembali, cahaya juga sangat redup! Hanya saat kami membuka pintu kamar, memindahkan kasur yang menutupi jendela, lampu kamar baru mau bersinar terang kembali! Menyaksikan itu kami mulai merasa merinding.

Saya sendiri betul-betul kesal dengan ulah mereka yang melakukan kegiatan berbahaya itu. Di kamar asrama lagi!

Semua pada merasa merinding, tapi karena semuanya adalah anak cowok, jadinya pada sok kuat dan cerita-cerita lucu untuk menghilangkan rasa seramnya. Setelah obrol sekian lama, masing-masing pergi tidur. Saya sendiri malam itu tidur nyenyak, tidak ada kejadian apa-apa. Keesokan harinya saya berencana pulang ke rumah.

Keesokan harinya, saya terbangun pagi-pagi. Tapi masih terasa malas mau bangkit dari kasur. Saya masih memikirkan apa mau pulang ke rumah atau tidak. Pada saat itu, si C yang tidur di atas (ranjang bagian atas) tiba-tiba bangun. Dia melompat turun kemudian bergegas ke kamar mandi. Saya masih kesal dengan dia gara-gara kejadian dia semalam itu. Apa sekarang dia terjadi sesuatu?

Beberapa menit kemudian dia keluar dari kamar mandi. Pas dia keluar, saya dengan bercanda bertanya apa dia bermimpi ketemu setan? Kenapa bangunnya pagi-pagi amat? Baru saja selesai omong saya melihat kaki C ada sesuatu yang bergerak. Begitu dilihat lebih detail, saya hampir pingsan, ternyata ada ular ukuran lumayan besar di kakinya!

Walaupun waktu itu pagi hari dan di luar sedang hujan sehingga kondisi di dalam kamar agak remang-remang, tetapi saya bisa dengan sangat yakin mengatakan bahwa itu adalah seekor ular. Di tubuh ular itu terdapat garis setrip hitam merah. Kebetulan posisinya ada di tengah dua kaki si C. Saya akhirnya berteriak “Ular! Ada ular di kakimu!”

Dianya yang masih bengong-bengong sampai ular itu melintas dia akhirnya pun ikut kalang kabat. Saya melihat ular itu meliuk masuk ke dalam kamar mandi.

Kami berdua agak panik sesaat, dan membuat dua teman kamar yang lainnya ikut terbangun. Antara percaya dan tidak percaya, mereka bantu cek kalau ada ular di dalam kamar asrama. Saya cerita ke mereka kalau ular itu sudah menyelinap ke dalam kamar mandi. Tetapi karena tidak yakin apakah itu ular berbisa atau bukan, kami tidak berani sembarangan bertindak.  Saya memutuskan mengambil sapu untuk dijadikan senjata buat hajar ularnya kalau ketemu. Anak-anak yang lain pada mengawasi pintu kamar mandi barangkali si ular tiba-tiba keluar lagi.

Begitu menggenggam sapu, saya langsung bergegas masuk ke kamar mandi. (Sebetulnya saya takut ular. Tetapi mengingat ada ular di dalam kamar asrama, maka mau tidak mau harus diusir daripada terjadi tidak-tidak bukan). Saya dengan hati-hati menyelinap masuk ke kamar mandi. Mencari dengan seksama. Ukuran kamar mandi tidak seberapa, tetapi saya tetap tidak bisa menemukannya. Saya kemudian bertanya ke yang lainnya apakah mungkin ularnya sempat keluar? Pada menggeleng-geleng kepala semuanya.

Tapi kami tidak putus asa, kami mencari seluruh tempat di kamar. Di bawah ranjang, di lemari, di bawah meja, bahkan pakaian pun kami geledah. Tetapi tidak ada satu jejak mengenai keberadaan ular sama sekali. Pada saat ini teman-teman yang tadi tidur yakin saya dan C pasti salah lihat. Bikin heboh di pagi hari saja. Tetapi saya sangat yakin, saya melihat ular tersebut!

Hari itu saya memutuskan pulang ke rumah. Sesampai di rumah, saya masih terus memikirkan kejadian semalam dan kejadian tadi pagi. Jadi saya memutuskan mengajak teman saya yang paham Tao itu makan-makan sembari cerita ke dia mengenai kejadian itu. Sekalian meminta pendapat dia, apa sebetulnya yang terjadi. Bagi yang belum tahu, saya punya satu teman yang memahami alam gaib, karena dia sendiri sempat menjadi pendeta Tao. Kalian bisa membaca cerita mengenai hantu dengan kucing yang terjadi di area kampus ini juga.

Saat ketemu, saya menceritakan kembali insiden ular terlebih dahulu. Soalnya saya takut begitu menceritakan mengenai jelangkung, akan langsung dimarahi habis-habisan oleh dia.

Ternyata pengetahuan dia mengenai ular juga sangat luas. “Umumnya kalau tidak diganggu oleh manusia, ular tidak akan sengaja pergi ke tempat banyak orang. Apalagi sengaja menerobos melalui kaki manusia di bawah, ular tidak pernah melakukan hal seperti itu.”

Kemudian saya juga menyinggung kalau kulit ular tersebut bersetrip hitam merah. Malah perbedaan warnanya cukup kentara. Sang teman sehabis mendengar itu pun matanya terbelalak. Dia bilang ular itu bukan ular biasa. Ular ini adalah ular Yin (ular yang bersifat Yin). Soalnya biasanya ditemukan di sekitar perkuburan.

Konon, katanya hantu paling suka merasuki ular jenis ini. Jadi kalau melihat ada ular seperti ini di dekat manusia, itu artinya orang itu sengaja memprovokasi arwah di dunia sana. Mungkin dia berbicara sesuatu yang tidak pantas atau tidak sopan. Kalau sampai ular itu menerobos di bawah kaki, ini artinya rohnya hendak merasuki tubuh orang bersangkutan. Umumnya ini terjadi di hari hujan. (ingat hujan berarti di kondisi energi Yin sangat kuat)

ular-hitam-merah

Setelah mendengar itu, saya mulai terlihat was-was. Teman saya menyadari perubahan wajah saya, dia pun bertanya apakah sudah terjadi sesuatu. Di saat seperti itulah saya dengan terpaksa membeberkan semuanya mengenai permainan jelangkung ke dia. Alisnya terus mengerut seiring saya bercerita dan dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun…

(Bersambung…)