Setelah mendengar kisah saya soal anak-anak bermain jelangkung, teman ahli Tao hanya bisa geleng-geleng kepala. Sambil menghela napas, dia mengatakan bahwa kami ini betul-betul anak dungu yang tidak tahu diri. Berani-beraninya sengaja mengumpulkan energi Yin untuk mengundang roh!

Dia menjelaskan bahwa dunia Yin dan dunia Yang sebetulnya tidak boleh berbaur. Tidak boleh saling berhubungan. Hampir 90% kasus pembauran antara dunia Yang dengan dunia Yin, pasti berakhir menjadi malapetaka. Proses penghubungan dua dunia ini akan menyebabkan kerusakan aliran energi dan mengganggu keseimbangan qi.

Gangguan qi untuk skala ringan adalah mengurangi umur. Dan, untuk skala parah adalah nyawa urusannya. Tidak hanya kematian diri sendiri, bahkan orang-orang sekitar bisa terlibat!

Dia mengatakan, sebetulnya menggunakan air hujan dan kayu banyan tidak terlalu berimplikasi apa-apa karena roh di luar tidak akan mungkin masuk ke kamar tanpa alasan yang jelas. Yang bermasalah adalah proses membakar kemenyan di dalam kamar. Membakar kemenyan sudah pasti akan mengundang roh luar, dan parahnya lagi, pada saat proses pembakaran kemenyan, ternyata tidak ada orang sama sekali di dalam kamar itu.

Dan dalam kamar itu juga tidak dipasangkan altar dewa. (Altar dewa memberikan energi Yang). Jadi bisa dipastikan kamar itu sama sekali tidak ada energi Yang. Tidak heran kalau roh-roh yang ada di luar pun jadi tertarik dan masuk.

Sebetulnya begitu roh-roh sudah masuk sekalipun, tapi kalau belakangan ada manusia yang masuk ke kamar juga, roh-roh itu juga tidak akan bertahan lama. Sebab pada dasarnya tempat ini bukanlah tempat bagi mereka. Tetapi tanpa diduga, kami malah membakar kertas uang untuk orang mati. (Di dalam Tionghua, ada tradisi bakar kertas uang-uangan untuk arwah). Dan lebih parahnya lagi, kertas yang kami bakar itu adalah jenis kertas uang kecil yang biasanya diperuntukkan untuk hantu gentayangan. Itu sebabnya roh yang diundang mengira ada doa untuk persembahan pada arwah gentayangan, jadi mereka pun menetap di situ.

Saya mendengar dengan mulut ternganga. Teman saya menatap tajam kemudian melanjutkan.

“Mendengar cerita dari kamu, roh yang mungkin kalian undang adalah salah satu dari dua jenis hantu. Antara roh yang terikat dengan bumi, atau roh biasa yang tidak bisa bereinkarnasi. Dua jenis roh ini paling tidak boleh diganggu. Terutama roh yang terikat, sebagian besar dari mereka adalah roh jahat. Roh-roh seperti ini pada umumnya meninggal dikarenakan difitnah atau dijerumuskan, sehingga dendamnya tidak pernah pudar. Mereka tidak sudi untuk reinkarnasi dan memilih menetap di alam ini untuk memberi pembalasan.

Namun karena pergerakannya dibatasi oleh batasan Dewa Chenghuang, maka roh-roh ini hanya bisa berada di tempat tertentu. Karena mereka tidak bisa meninggalkan dunia ini, maka disebut roh yang terikat di bumi.

Kembali ke topik roh yang terikat di bumi. Kalau sampai berurusan dengan roh jenis ini, masalahnya tidak akan sederhana. Dia pasti akan meminta tumbal. Orang yang menjadi tumbal kalau tidak segera meminta pertolongan Pendeta Tao yang berilmu tinggi untuk mengusir, kemungkinan besar berujung ke kematian. Roh terikat ini tidak gampang dihadapi. Mengapa? Bayangkan saja, dia saja berani melawan Langit dan Raja Yama, gak mau bereinkarnasi, apa yang ditakutinya?

Moga-moga saja yang kalian hadapi itu adalah roh biasa. Kalau itu, cukup melakukan ritual, bakar-bakar kertas uang dan kertas pakaian. Juga bakar kertas orang-orangan untuk menemani dia. Umumnya mereka akan pergi…”

Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dia, saya pun bertanya tidak sabar, “Apakah ada cara untuk mengetahui roh jenis apa yang mengganggunya?”

Dia hanya menggeleng-geleng kepala.

Saya merasa bulu kuduk mulai berdiri. Saya ada pertanyaan yang jawabannya mungkin akan membuat saya tidak akan bisa tidur beberapa hari ini.

Tetapi saya tetap bertanya “Andaikan ini adalah roh jahat itu. Bagaimana caranya dia mencari tumbal? Dan kira-kira dia akan mencari siapa?”

Dia hanya tertawa pahit “Sekarang baru merasa takut? Sepertinya sudah agak terlambat…”

(Bersambung)


Mungkin penjelasan teman Tao ini agak dalam bagi yang tidak begitu paham soal kepercayaan tradisional Tionghua. Maklum kejadian ini terjadi di Taiwan. Oleh karena itu disinilah saya mencoba menjelaskan sedikit biar lebih mudeng hehe.

Menurut kepercayaan Tionghua, dunia akhirat kurang lebih sama dengan dunia manusia yang terdapat pejabat birokrasi yang bertugas mengurus administrasi arwah.

Ketika manusia meninggal, dia akan dibawa oleh dua petugas dari alam dari neraka, Niu Tou (kepala kerbau) dan Ma Mian (kepala kuda) untuk menghadap Raja Yama, hakim akhirat. Di sini arwah akan dilihat kembali catatan semasa hidupnya untuk mengecek dosa-dosa dan amal-amal yang telah diperbuat. Jika dia berdosa maka dia akan disiksa di neraka terlebih dahulu, baru dikirimkan ke reinkarnasi untuk menjalani kehidupan manusia baik-baik.

niutou-mamian

Dewa Chenghuang sendiri secara harfiah artinya “dewa kota”. Setiap kota-kota yang ada masyarakat Tionghua, pasti ada satu dewa kota yang tugasnya menjaga perbatasan kota, mengurus urusan berkaitan manusia dengan hantu di kota bersangkutan. Itu sebabnya hantu tidak jarang berbuat onar di kota-kota. Beliau dipercaya sebagai pejabat pengadilan di akhirat (alam baka) yang bisa mengisi kelemahan pengadilan di dunia. Biasa di Indonesia kalau di kelenteng-kelenteng tertera namanya “Cheng Huang Ye”.