Kisah ini merupakan bagian dari cerita sang tokoh utama yang kuliah di Universitas Taiwan. Setelah kejadian kucing hitam atau kejadian asrama, ini merupakan cerita terakhir sekaligus yang paling menyeramkan (menurut saya pribadi). Biar tidak penasaran baca saja sendiri…

Waktu itu saya sudah memasuki tahun ke empat. Jadi ini sudah memasuki periode perkuliahan terakhir. Saya sebelumnya sudah tidak tinggal di asrama lagi. Lagipula jumlah kelas di semester akhir sedikit. Tetapi dikarenakan ada dua kelas kuliah di pagi hari, saya akhirnya memutuskan mendaftar lagi untuk tinggal di asrama. Nah kali ini saya tinggal di Asrama Dazhuang.

Pada masa itu, saya umumnya hanya menginap di asrama sebanyak tiga hari dalam seminggu.

Tiga teman sekamar lainnya mereka sedang persiapan ujian, sehingga biasanya kalau nggak keluar untuk les tambahan, yah pergi ke perpustakaan. Mereka umumnya baru kembali ke kamar di saat sudah jam 10 malam.

Tapi ada satu waktu, sebuah ide iseng berujung menjadi malapetaka. Saat itu hujan turun terus menerus selama beberapa hari. Jadi saya memutuskan tetap tinggal di asrama terus seminggu penuh, tidak pulang ke rumah. Kebetulan waktu itu teman-teman sekamar juga di dalam kamar. Waktu itu mereka pada asyik ngobrol-ngobrol. Mereka membicarakan rencana sehabis lulus dan sebagainya. Jadi sebetulnya terlihat, kalau mereka sangat serius dengan ujian mereka.

Tiba-tiba salah satu mengajak untuk bermain jelangkung (saya tahu yang beginian sudah jadul) untuk bertanya masa depan karena kebetulan ada 4 orang di situ.

Aula Dazhuang sebetulnya tidak angker. Yang angker adalah Aula Daren. Biarpun Aula Dazhuang itu asrama pria, tetapi jaraknya dengan Aula Daren masih sangat dekat. Ini bukan ide yang bagus menurutku.

Saya tidak ingin mencari masalah, jadi bersikeras tidak ingin main dan juga menasehati mereka jangan ngotot.

Jelangkung di Taiwan. Empat orang dengan telunjuk menekan piring kecil kemudian memberi pertanyaan. Piring ini nantinya akan bergerak sendiri memberi tahu jawabannya...

Jelangkung di Taiwan. Empat orang dengan telunjuk menekan piring kecil kemudian memberi pertanyaan. Piring ini nantinya akan bergerak sendiri memberi tahu jawabannya…

Ternyata mereka malah mengajak teman satu jurusan di kamar sebelah untuk main. Jadi mereka pun dengan semangatnya memulai permainan itu…

Saya yang penasaran ikut mengamati mereka bermain. Tetapi dilihat-lihat sepertinya tidak ada roh atau apa-apanya. Mereka berempat yang sedang sibuk menggerakkan piring itu sendiri. Dan karena dicoba beberapa kali tidak ada hasil, mereka pun menyerah.

Keesokan harinya si A (saya akan menggunakan inisial untuk memudahkan cerita) kembali mengungkit masalah jelangkung ini. Dia habis berkonsultasi dengan satu orang yang ahli. Ternyata untuk mengundang rohnya tidak bisa hanya menggunakan jari menekan piring dan sekedar membaca mantra untuk mengundangnya.

Roh jelangkung pada dasarnya adalah roh bersifat Yin. Oleh karena itu, untuk mengundangnya, haruslah membuat lokasi tersebut menjadi beraura Yin. Cara untuk membuat tempat di situ menjadi Yin yang paling gampang adalah menaruh benda-benda yang bersifat Yin. Lalu pastikan ruangan tersebut tidak ada cahaya matahari masuk ke kamar.

Kebetulan memang saat itu sedang hujan. Jadi biarpun itu di siang hari, sedikit banyak tempat situ sudah aura rada-rada Yin. Mereka juga menggunakan kasur menghalangi jendela, supaya tidak ada cahaya sama sekali yang masuk ke kamar. Mereka kemudian mengumpulkan sepiring air hujan dan sebuah ranting pohon banyan (air dan pohon banyan konon katanya bisa mengumpulkan aura Yin). Mereka juga menaruh kertas orang mati di dalam kamar untuk menambah efek Yin. Dan terakhir mereka menyalakan kemenyan. Akhirnya mencobanya sekali lagi!

Kertas untuk Orang Meninggal

Kertas ini umumnya dibakar sebagai ditujukan untuk orang yang meninggal.

Malam jam 11 semuanya pun berkumpul di kamar.


Di bahasa Mandarin, permainan jelangkung ini disebut sebagai 碟仙 (baca: dié xian) yang secara harfiah artinya “piring dewa”. Walaupun disebut dewa, pada kenyataannya roh yang diundang sebetulnya adalah roh-roh lebih rendah, menurut kepercayaan Tao. Itu sebabnya dalam cerita di atas, anak-anak harus membuat kamar bersifat sangat Yin, karena umumnya roh tingkat rendah sifatnya adalah Yin (berbeda dengan dewa yang sifatnya adalah Yang).

Bermain-main dengan arwah ini tentunya tidak akan berakhir baik….

(Bersambung)