Hari Senin, kami upacara bendera. Hari pertama upacara, pembina upacaranya adalah Kepsek sendiri, Pak Lukman. Jadi pidato di pagi hari juga dibawakan oleh beliau. Aku tidak begitu memperhatikan apa yang dibicarakannya. Aku lebih tertarik melihat-lihat kesana kemari melihat ada yang cakep tidak…

Hari ini pelajaran pertama begitu selesai upacara adalah pelajaran paling mematikan. Fisika. Pak Andre gurunya. Dia juga sekaligus adalah guru kelas kami. Orangnya masih terlihat muda. Aku rasa belum 30. Orangnya lumayan trendi. Pakaiannya kemeja lengan pendek dipadu celana coklat, terlihat lumayan stylish. Apakah guru boleh berpakaian stylish di sini?

Dari kesan pertama, orangnya sangat menyenangkan. Sering bercanda. Dia memahami kesulitan kami dan betapa banyak siswa yang membenci mata pelajaran yang dia ajarkan.

Tetapi sungguh, materi yang dia bawakan cukup menarik. Kebetulan pas awal-awal masuk mata pelajarannya kita belajar soal “besaran dan satuan.” Jadi kalau mengukur panjang kita pakainya satuan “meter”, kalau menimbang berat pakai “gram”, dan seterusnya. Kelihatan sepele, tetapi sebetulnya lumayan penting. Contohnya, salah satu satelit NASA seharga 125 Juta USD hilang gara-gara teknisinya menginput jaraknya dalam satuan yang berbeda (yang satu input meter yang satu lagi input mil).

Setelah pelajaran selesai, masih ada sisa 15 menit, dia ajak kami ngobrol santai. Seputar peraturan siapa yang harus piket. Siapa yang jadi ketua kelas. Lalu setelah semuanya selesai, Pak Andre mulai cerita bagaimana dia bisa mengajar di sini. Ternyata Pak Andre termasuk guru baru di sini. Dan, ternyata lagi, dia alumni dari sekolah sini juga. Dia baru mengajar di sini dua tahun. Dan tahun ini, untuk pertama kalinya dia menjadi guru wali kelas.

Karena ngobrol ngalor-ngidul, anak-anak pun cepat akrab. Tiba-tiba ada satu siswa yang tanya ke Pak Andre, apakah dia tahu kisah di toilet belakang sekolah yang dipalang kayu itu? Apakah ada rumor di antara sesama guru? Apakah saat dulu Pak Andre masih sekolah di sini, toiletnya sudah dipalang?

Pak Andre tertawa melihat antusias siswa.

“Sebetulnya dulu pada saat saya sekolah di sini sudah cukup angker. Malah proses pemalangannya terjadi saat saya kelas tiga…”

Anak-anak langsung diam dan memasang telinga mendengarkannya…

 

“Toilet belakang itu semenjak saya pertama kali sekolah di sini sudah angker. Soalnya posisinya di belakang gedung yang notabene terpencil. Jadi jarang ada yang pakai di situ.

“Dan toilet ini pernah membuat heboh satu sekolah. Pertama, mendadak suatu hari pintu toiletnya terkunci dari dalam. Padahal pintunya pakai kunci grendel. Apalagi karena sudah tua, besi grendelnya sudah agak rongsok jadi agak sulit digeser. Jadi orang-orang agak bingung bagaimana caranya keempat-empat toilet itu bisa terkunci dengan sendirinya. Walaupun tidak ada satupun yang mengerti apa yang terjadi, sekolah tetap mengeluarkan peringatan ke siswa untuk jangan melakukannya lagi. Tidak ada yang berani ke situ selama beberapa minggu.

“Lalu lewat beberapa bulan, terjadi lagi kejadian aneh. WC ketiga dari kiri tiba-tiba muncul bercak merah di dinding. Darah itu tidak bisa dibersihkan. Digosok bagaimanapun tidak hilang. Akhirnya kepala sekolah perintah untuk ganti keramik dinding yang baru. Tetapi lewat beberapa hari bercak merah itu muncul lagi. Kalau dengar rumor yang beredar sih, ini gara-gara cewek yang meninggal beberapa tahun yang lalu di toilet itu. Dan sepertinya dia sedang mencari pembalasan… Kalo soal toilet itu akhirnya sekolah memutuskan untuk menggembok toilet yang itu agar jangan digunakan siapa-siapa lagi.

“Sebetulnya semenjak toilet itu digembok itu semakin sedikit yang menggunakannya. Apalagi sebetulnya di zaman saya sudah ada toilet baru di masing-masing gedung. Hanya saja memang terkadang ada anak-anak yang di Gedung Barat dan Utara yang terlalu malas buat jalan jauh dan gak takut mati, jadi tetap saja ada yang pakai. Haha…

“Nah kalau soal mengapa bisa dipalang, ini terjadi pas saya kelas tiga. Waktu itu sore hari sedang terobosan mempersiapkan ujian nasional. Jadi ceritanya kepala sekolah, memutuskan untuk merobohkan toilet tersebut. Mungkin dianggap menganggu pemandangan sekolah. Apalagi toilet ketiga tersebut yang sudah meresahkan siswa-siswi. Jadi ya sudah sekolah menyewa kontraktor untuk meminta dirobohkan dan rencananya sih mau dibangun apa gitu, saya lupa….

“Nah saat hari perobohan itu, tiba-tiba terdengar teriakan cewek kencang sekali.”

Semuanya diam mendengar. Tidak ada yang berbicara sendiri, tidak ada yang tidur. Semuanya fokus mendengar.

“Suara cewek itu jelas-jelas datang dari dalam toilet. Semua orang yang hadir syok. Waktu itu sudah pada kumpul tukang kontraktor, kepala sekolah dan beberapa guru. Mereka lagi tengah berdiskusi, tiba-tiba terdengar suara begitu, pasti terkejutlah. Siswa-siswa kelas 3 yang lagi di kelas di Gedung Utara dan Gedung Barat juga heboh. Ada yang nekat keluar kelas untuk melihat ada apa. Saya waktu itu termasuk yang nekat dan keluar lihat.

“Mereka mengecek toilet kesatu, kedua dan keempat. Kosong.

“Hanya sisa satu berarti. Toilet ketiga yang digembok itu… Karena takut jangan-jangan memang ada orang yang terperangkap di dalam (guru khawatir jangan-jangan ada anak di-bully dan entah gimana dimasukkin ke situ, jadi mereka akhirnya membuka gembok) Saat itu yang memegang gembok adalah Pak Marso, penjaga sekolah saat itu. Sekarang sudah pensiun.

“Saat dibuka, kalian tahu mereka melihat apa?”

Semuanya diam tertegun. Menunggu jawaban Pak Andre. Aku menatap dengan napas tertahan.

Dalamnya kosong….

Beberapa cewek jerit tertahan, sedangkan beberapa cowok agak kecewa, mungkin mereka mengharapkan ada penampakan atau sejenisnya.

“Bercak merah di toilet ke tiga masih ada, karena kosong. Buru-buru mereka gembok lagi. Kepala sekolah waktu itu akhirnya tidak jadi merobohkannya. Jadi itulah alasan mengapa toiletnya dipalang.

“Tapi kalau kalian tanya saya, saya rasa itu semuanya adalah ulah siswa-siswa usil. Pasti ada yang sengaja membuat keanehan biar toiletnya gak dirobohkan agar bisa tetap dipakai. Tapi sialnya toiletnya malah dipalang… Hahaha”

Kami agak heran mengapa Pak Andre bisa cerita itu dengan santai dan dibawa canda. Aku juga agak tidak percaya kalau itu keisengan siswa. Sampai segitunya kah? Anak-anak yang lain juga semakin yakin kalau toilet belakang itu memang ada hantunya.

“Kalian tuh seharusnya bersikap skeptis. Kalian orang berpendidikan kan? Orang dari abad 21 kan? Masa masih percaya begituan?” tanya Pak Andre.

“Yah kan memang aneh Pak” jawab kami hampir serentak.

“Kalau menurut saya, ada lagi yang lebih aneh lagi daripada cerita tadi…”

Bel tanda istirahat pun sudah berbunyi.

“Ok, waktunya istirahat. Kita lanjut kapan-kapan lagi,” ujar Pak Andre berjalan keluar tanpa menggubris protes anak-anak di kelas. Karena memang waktunya istirahat yang lain juga pada ngacir keluar…

Sisa beberapa siswa yang masih di dalam, diskusi soal cerita Pak Andre tadi. Aku sendiri beranjak, menuju kantin..

(Bersambung)