Sebelumnya aku sudah mengirim cerita mistis yang terjadi di rumah kontrakan. Sekarang aku sudah pindah rumah. Sebelumnya ayah mencari rumah yang dijual oleh pemiliknya untuk ditempati keluarga. Akhirnya tepat keesokan harinya sudah dapat rumah yang cocok dan pas kami tempati, ibu dan ayah sempat berdiskusi lalu bertanya padaku untuk menyetujuinya.

Seminggu kemudian kami pindah, membereskan perabot rumah. Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, lantai bertingkat 2, terdapat halaman belakang rumah yang banyak rumputnya sudah meninggi.

“Hmm mungkin saja sudah tidak diurusi dan tidak dipotong makanya tinggi begini rumputnya,” ujarku menggumam.

Ternyata ada gudang juga. Aku penasaran dengan isi gudang itu, lalu aku ingin meminta kunci gudang pada ayah. Ternyata ayah tidak memegang kunci gudang, mungkin dipegang oleh pemilik sebelumnya. Lantas aku mencoba melawan rasa penasaran dengan pergi keluar rumah sambil memainkan handphone.

Keesokan hari, semua aktivitas sudah seperti biasa, aku membantu ibu memasak di pagi hari. Ayah berangkat untuk bekerja. Aku selalu berdoa semoga saja hal aneh yang pernah terjadi dulu tidak terjadi lagi di rumah baruku. Menjelang sore aku sering tidak sengaja tertidur karena membaca novel dengan halaman tebal di kamar. Terasa ibu membangunkanku dengan menyebut nama dan mengusap rambut.

Aku terbangun namun tidak ada siapapun di sebelah. Aku mencari ibu dengan lunglai karena baru bangun. Kulihat di meja makan ada kertas bertuliskan “Ly, ibu pergi arisan dulu ya di rumah Tante Keke. Kalau mau makan ada telur di kulkas masak sendiri ya”.

Deggg perasaanku tidak enak. “Terus barusan yang bangunin aku siapa?”

Aku bertanya terus menerus di dalam hati. Aku langsung ke ruang televisi menyalakan televisi untuk menghapus ketakutan. Aku duduk di lantai seperti ada yang mengetuk bufet televisi.

Mungkin hanya ilusi pendengaranku yang tidak benar. Aku mencoba menenangkan diri sendiri. Pukul 22.30 WIB ibu baru sampai rumah, membunyikan bel rumah. Aku buru-buru membuka pintu sambil berucap syukurlah. Ibu terheran dan tersenyum. Seperti biasanya ayah baru sampai rumah pukul 23.00 WIB terdengar suara klakson mobil tiga kali di depan rumah.

Kembali kubuka pintu menghampiri ayah membawa tasnya. Tapi ada kucing berwarna hitam menatapku diam mengeong sesekali. Tak kuhiraukan. Aku melewatinya saja di teras. Setelah itu ke kamar untuk tidur, kututup tirai jendela yang dari sore belum sempat ditutup. Ada kucing hitam itu lagi lewat di atas balkon. Tapi kok begitu cepat naik keatas. Aku hanya berpikiran positif kalau memang kucing dapat berlari dan melompat dengan cepat.

Malam berikutnya kucing itu terus menampakkan di hadapanku. Saat sore menjelang magrib ada kelelawar masuk ke dalam rumah, aku merasa aneh.

Ada pertanda apa? Mungkin kelelawar itu hanya lelah dan singgah sebentar, hehe, gumamku sambil tertawa kecil di dalam hati. Aku keluarkan menggunakan sapu kuusir keluar pintu ruang tamu.

Akhirnya keluar juga. Malam tiba ayah pulang lebih awal pukul 20.00 WIB. Ayah menaruh kunci motor dan mobil di tempat yang berbeda biasanya ditaruh di kamar tapi ini kulihat ada di bufet televisi. Aku berdiri melihat cermin berkaca tepat ada bayangan kunci memantul di kaca itu. Tapi tiba-tiba bergerak seperti dijatuhkan sedikit ke tempatnya semula sehingga menimbulkan bunyi “Brakk!”

Aku terkaget bingung dan langsung mematikan televisi, pergi ke kamar dan mengambil selimut untuk menutupi tubuh. Aku berdoa jangan sampai kejadian di rumah yang dulu terulang kembali.

Aku berpikir apa mungkin semua rumah itu ada penghuninya, tapi hanya orang tertentu yang hanya bisa melihat, diberi penglihatan dan merasakannya? Entahlah aku hanya bisa pasrah.

Kucing kemarin singgah di balkon kamarku. Mengeong terus menerus. Aku terganggu olehnya, aku terbangun dan mencoba mngusir tapi saat aku lihat matanya betapa silaunya pancaran cahaya di mata itu sampai aku tak kuat bertahan. Aku usir dan dia berlari kecil. Aku takut sebenarnya.

Semoga saja tidak akan terjadi apa-apa. Besok hari Senin aku harus bangun pagi untuk datang MOS di kampus, maklum hari pertama aku diuji. Pagi menjelang aku bersiap, bergegas tancap gas motor maticku. Sebentar lagi sampai tujuan tapi tiba-tiba seperti ada kucing hitam yang melintas. Aku menabrak kucing hitam.

Kucing itu mati.

Aku tidak tahu harus bagaimana, aku mengambil sapu tangan dan kaus kakiku untuk dibungkus pada kucing itu lalu aku kuburkan.

“Duhh pasti aku telat nih kalau begini jadinya, mungkin hari pertama yang sial,” sambil meminta maaf pada Allah swt dan almarhum kucing tadi.

Kemudian kejadian di rumah yang tidak mengenakan hati dan jiwa ini kembali terulang, kucing yang aku kubur tadi datang ke kamar yang lehernya berdarah. Datang berdua dengan kucing hitam yang biasa di balkon. Aku takut sekali, aku langsung teriak. Ibu menghampiri aku yang sudah tidak sadar karena pingsan. Ibu menelepon bibiku untuk dipanggilkan orang pintar, ternyata di rumah baruku dulu pemilik rumahnya mempunyai kucing hitam yang sangat dia sayang, akhirnya kucing itu mati dan pemiliknya yang memakan bangkai kucing yang sudah dikuburnya karena stres. Hiiii ngeri. Sekian.

Penulis: Eva Suherlin