Mahasiswi yang melihat kucing sekarat itu akhirnya diantar balik ke rumah. Tadinya saya pikir kisah mistisnya berhenti sampai di situ. Ternyata tidak…

Pagi-pagi itu saya masih sedang di asrama menghabiskan waktu sambil tunggu sampai jam 10 soalnya ada kelas. Tiba-tiba salah  satu teman sekamar berlari masuk ke kamar sambil berteriak “Ada info buruk!”

Ternyata semalam, si mahasiswi itu sudah kembali ke asrama. Namun pagi ini dia melompat ke dalam sumur!

Anak itu langsung tewas di tempat. Bahkan katanya (saya tidak berani melihat) saat terjun ke sumur, badannya sepertinya menghantam sesuatu, sehingga perut kirinya sobek dan usus terburai keluar, sama seperti kondisi mayat kucing itu….

Saya yang mendengar cerita itu betul-betul bagai disambar geledek di siang bolong. Pikiran saya kosong seketika.

Teman saya yang paham Tao itu pun ternyata cukup terkejut.

Tidak baik, tidak baik katanya.

Sarannya, kita semua yang waktu itu berada di lokasi harus melayat mahasiswi ini. Dan juga, nanti pas malamnya harus berdoa di samping Aula Daren.

Belakangan dia juga memberikan kami jimat yang entah dia dapatkan dari mana. Kami diwajibkan untuk membawanya selama 49 hari. Apalagi kalau sedang melewati samping Aula Daren, wajib dibawa!

 

Hari-hari setelah kejadian itu, saya terus membawa jimatnya setiap hari, takut terjadi sesuatu yang nggak-nggak. Tetapi lewat sebulan dikarenakan memang tidak terjadi apa-apa, saya sudah tidak begitu mempedulikannya lagi.

Sampai suatu hari ada kejadian. Pada saat itu kami sedang main basket sampai jam setengah sepuluh malam hari. Nah, jadi kejadiannya bola basketnya menghantam ring dan terpantul keluar lapangan. Mau gak mau saya berlari untuk memungut bola basketnya.

Sialnya, bolanya menggelinding ke arah Aula Daren. Bolanya menggelinding terus, semakin lama semakin jauh. Karena ingin mengambil bolanya dan gak pengen lama-lama di dekat tempat yang menurut saya angker itu, saya pun berlari lebih cepat lagi mengejar bolanya.

Saat sedang fokus mengejar bola, tiba-tiba dari semak-semak samping kanan muncul seekor kucing. Dia berjalan menuju gerbang yang di depan Aula Daren situ. Anehnya saya entah kenapa malah tertarik pada kucing itu, dan lupa untuk memungut bola basketnya. Padahal gerbang yang dekat Aula Daren  itu tidak ada orang ataupun sesuatu. Sekali lagi saya tegaskan tidak ada apa-apa sama sekali!

Pada saat itulah saya teringat insiden sebulan lalu. Tiba-tiba merasa bulu kuduk merinding. Apalagi jimatnya tidak sedang saya bawa. Jadi segera kembali untuk memungut bola.

Saya menyusuri jalan terus mencari-cari bolanya. Kira-kira di tempat lokasi kucing ditabrak dulu, mata saya sendiri melihat sebuah pemandangan horror…

Mahasiswi yang bunuh diri itu, berjongkok dengan wajah menunduk….

 

Tangannya sedang menekan seekor kucing. Kucing itu terus-menerus mengeong tanpa bisa apa-apa. Saat itu seluruh tubuh saya lemas, kaki saya bergetar hebat, sebentar lagi saya rasa saya akan ambruk…

Perempuan yang ada di hadapan saya itu kemudian pelan-pelan berdiri. Tubuh saya seluruhnya kaku, tidak bisa bergerak. Saya sudah ketakutan setengah mati. Perempuan yang berdiri di hadapan saya betul-betul mirip dengan mahasiswi yang bunuh diri itu.

(Bersambung…)