Genderuwo merupakan makhluk gaib yang tergolong bangsa jin. Makhluk ini konon berbadan besar, memiliki gigi tajam dan mata yang berwarna kemerahan menyala. Sekujur tubuh mereka dipenuhi bulu. Umumnya mereka dikenal dengan senang bersetubuh dengan wanita manusia. Kisah kali ini akan dibawakan oleh Saudara Ismawan, yang kebetulan memiliki kemampuan indra keenam semenjak kecil.

Peristiwa ini terjadi puluhan tahun yang lalu, saat saya masih duduk di bangku SD.  Waktu itu, aku tinggal di kampung Muara Baru, Jakarta Utara. Kami sekeluarga dan empat bersaudara. Dari semua saudara-saudara,  aku dianggap paling aneh.

Kedua orangtua dan saudaraku kerapkali melihatku berbicara sendiri dan bermain-main sendiri seolah-olah ada teman sebaya yang ikut bermain dengan saya. Namun, memang  ada teman sebaya yang ikut bermain denganku.

Mereka sering bertanya “Kamu kok main dan bicara sendirian?” Hal ini yang membuat aku keheranan. Karena kenyataannya ada seorang bocah yang seusia saya sering datang dan bermain dengan aku. Penampilannya berkapala botak, dan hanya mengenakan celana dalam, atau barang kali cawat. Saya waktu itu tidak mengerti mengapa mereka menganggap saya bermain sendiri.

Saat itu, kampung Muara Baru memang tidak seperti sekarang. Keadaan lahan pekarangan dan rumah-rumah penduduk kebanyakan masih tampak sederhana. Di kanan kiri jalan, pepohonan besar masih berdiri kokoh.

Rumahku belum menggunakan lampu listrik. Jadi, untuk penerangan, kami menggunakan lampu teplok yang dipasang di setiap sudut kamar.

Satu hal yang menarik mengenai rumahku adalah pohon tua yang terletak di belakang rumah. Kata orang penduduk sekitar, pohon itu ada penghuninya. Aku sendiri tidak pernah melihat keanehan dari pohon itu sendiri.

Sudah menjadi kebiasaan, ayah sering pergi keluar malam dan meninggalkan rumah. Ini harus dia lakukan dikarenakan ada keperluan dinas. Kami semua sudah maklum apa yang dilakukan ayah itu.

Seperti hari itu, Bapak juga harus keluar malam untuk urusan pekerjaannya. Namun, tidak seperti malam-malam sebelumnya, keadaan malam itu terasa lain dari biasanya. Jika biasanya masih sore aku sudah tidur, tapi malam itu sepasang mataku sulit sekali untuk kupejamkan. Ibu dan saudara-saudaraku yang lain mungkin sudah tidur. Hanya aku sendiri yang masih melek.

Di tengah malam itu saya ingat, saya sedang memikirkan mengenai teman saya yang botak itu. Saya sebenarnya agak curiga jangan-jangan dia adalah tuyul. Karena saya waktu itu sudah pernah mendengar cerita mengenai tuyul, mengenai perilaku dan penampilan mereka. Dan bahwa mereka suka mencuri uang orang lain. Mungkinkah teman permainan saya ini adalah tuyul? Karena orang tuaku dan kakak-kakakku tidak melihatnya…

Belum selesai aku berpikir tentang keanehan anak kecil itu, aku dikejutkan oleh suara langkah berat di luar kamarku. Suara langkah kaki itu datangnya dari ruang tamu. Seperti orang baru masuk dari luar. Aku bangkit dari tempat tidur dan segera menuju pintu kamar yang kebetulan berdekatan denga ruang tamu.

Aku mengendap-endap di balik pintu sambil mengintip dari lubang kunci untuk mengetahui siapa orang di ruang tamu itu. Dan apa yang kulihat membuat jantungku nyaris copot. Sesosok makhluk tinggi besar yang sangat menyeramkan melintas.

Ya, aku dapat melihat dengan jelas karena cahaya lampu teplok di ruang tamu cukup terang. Makhluk hitam legam itu telanjang dan berbulu lebat menutupi seluruh tubuhnya. Kepalanya bertanduk, gigi-giginya bertaring, dan sepasang matanya memancarkan sinar kemerahan. Aku mencoba menahan diri dan terus memperhatikan ke mana makhluk itu pergi.

Rupanya, makhluk itu memasuki kamar ibuku. “Apa ini yang dinamakan genderuwo. Lalu mau apa dia masuk ke kamar Ibuku?” batinku saat itu. Perlahan aku melangkah keluar kamar dan menguntit makhluk itu. Seperti ada kekuatan yang menggerakkan seluruh tubuhku agar terus mengikutinya. Entah saat itu, aku tidak takut sama sekali. Yang ada dalam benakku adalah rasa penasaran bercampur cemas dengan sesuatu yang akan terjadi pada diri ibuku.

Benar saja. Di dalam kamar, sepertinya ibu tengah berbincang-bincang dengan makhluk itu. Aneh, Ibu seperti laiknya sedang bercengkrama bersama Bapakku.

“Tumben, kenapa Bapak balik lagi?”  Tanya Ibu yang sekali lagi membuatku heran.

Aneh, kenapa Ibu tidak takut sama sekali dengan makhluk itu? Dan kenapa dia memanggilnya dengan Bapak?

Menyadari keanehan ini, walau masih kecil aku sempat berpikir, mungkin dalam penglihatan Ibu, sosok genderuwo itu adalah Bapak yang kembali pulang setelah sore tadi berpamitan pergi. Kini aku sadar kalau Ibu telah terkena pengaruh gaib, hingga pandangannya terbalik, dan seakan-akan melihat Bapak.

Meski kecurigaanku semakin memuncak, namun sejauh ini aku belum berindak apa-apa. Aku masih terus mengendap-endap di luar pintu kamar Ibu, menunggu perkembangan selanjutnya. Hingga beberapa lama kemudian, aku melihat gelagat kurang baik. Sehabis basa-basi seperti laiknya Bapakku yang asli, kemudian makhluk itu mengajak ibu untuk berhubungan intim. Anehnya, Ibu sama sekali tidak menolak ajakannya.

Gila! Kini sepertinya Ibu mulai merebahkan tubuhnya diranjang. Ah, aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus segera bertindak cepat untuk mencegah perbuatan iblis itu. Dan…

Brak!!

Aku mendorong pintu kamar dengan keras. Tindakanku ini membuat mereka sangat terkejut. Makhluk yang ada di samping Ibu dan siap melepas pakaian Ibu, menatap tajam ke arahku. Sedang ibu nampak marah atas tindakanku.

“Is, apa-apaan kamu ini? Masuk kamar orang tuaku dengan cara tidak sopan?” Tanya Ibu sambil menatapku dengan berang.
“Maaf, Bu. Aku hanya mengingatkan bahwa yang di hadapan Ibu itu bukan Bapak. Dia… dia iblis yang akan memperkosa ibu!” Jelasku sambil menahan amarah pada makhluk itu.

“Apa kamu bilang? Teganya kamu bilang Bapakmu ini Iblis. Dia Bapakmu yang baru datang!” Bantah Ibuku dengan sengit. Dengan sengit pula aku membalasnya, “Bukan! Dia makhluk halus yang menyamar sebagai ayah. “Cepat…ibu menyingkir dari!”

Tanpa buang waktu lagi, aku langsung saja mengambil bantal dan menubruknya. Lantas, bantal itu langsung kuhajarkan pada makhluk yang masih berdiri menatapku. “Pergi kau Iblis. Pergi dari sini. Jangan ganggu Ibu!” Teriakku dengan geram.

Berkali-kali aku memukul tubuh makhluk menyeramkan itu dengan bantal. Untuk sementara, makhluk itu diam tak berkutik. Sedang ibu tampak berusaha mencegahku. “Sudah! Sudah cukup! Kamu ini keterlaluan, Is!” Ibuku rupanya belum juga sadar dengan apa yang ada di hadapannya. Dia masih yakin, bahwa itu adalah Bapak yang asli.

“Bu…kenapa Ibu belum sadar juga kalau dia bukan Bapak yang sebenarnya? Dia itu genderuwo!” Setelah aku berucap demikian, makhluk itu nampak sangat geram. Dengan sorot mata yang tajam dia menatapku. Perlahan, dia mulai mendekat dan berusah mencekikku. Kini, Ibu mulai curiga dengan orang yang dikira suaminya itu. Apalagi dengan apa yang akan dilakukannya terhadap diriku. Ditambah, aku yang terus menangis dan meronta. Maka atas dorongan nalurinya, mulailah Ibu membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. Lalu apa yang terjadi kemudian?

Benar saja. Saat Ibu membaca ayat-ayat suci, makhluk itu berubah ke wujud aslinya. Ya, di hadapan kami, makhluk itu menggeram dan kesakitan. Sekarang Ibu baru yakin dengan ucapanku, bahwa yang terlihat di hadapannya bukanlah Bapak, melainkan genderuwo yang menyamar sebagai Bapak. Ibu pun memperkeras bacaan Ayat Qursy-nya, hingga akhirnya makhluk itu lenyap dari hadapan kami. Ibu langsung memelukku dengan penuh haru dan ketakutan. Aku hanya diam sambil menangis sesunggukan.

Saudara-saudaraku yang sudah tidur, rupanya mendengar kegaduhan di kamar Ibu. Mereka segera mendatangi kami yang masih trauma dengan kejadian tadi. Bagaimana kelanjutannya setelah Ibu menceritakan hal ini ke mereka, saya sudah  kurang ingat.

Esok harinya, Bapak pulang. Beliau juga sangat terkejut dengan cerita itu. Maka, sejak saat itu, Bapak berjanji tidak akan pergi dinas malam hari. Takut peristiwa itu terulang lagi. Beliau pun sangat berterima kasih dan salut padaku, yang dengan gigih menentang genderuwo yang hendak memperkosa Ibu.

Mengenai pohon tua di belakang rumah, Bapak membenarkan bahwa pohon itu memang sangat angker. Dan kami menyimpulkan bahwa jangan-jangan genderuwo itu menghuni pohon tersebut. Bapak berjanji akan segera menebang pohon tersebut.

Seminggu kemudian, Bapak benar-benar menumbangkan pohon angker itu. Namun sebelumnya terlebih daulu diadakan ritual kecil. Dan mengenai anak kecil yang sering ke rumahku, tidak pernah datang lagi. Lalu mengenai diriku yang bisa melihat hal-hal yang orang lain jarang sekali melihatnya, masih menjadi tanda tanya hingga saat ini. Tapi, aku tetap bersyukur dengan keadaanku. Mungkin ini adalah anugerah yang diberikan Tuhan. Entah apa jadinya dengan Ibuku, seandainya aku tak memiliki kelebihan tersebut. Kini, peristiwa itu telah lama berlalu. Dan kedua orangtuaku pun telah tiada. Namun peristiwa itu masih membekas dalam ingatanku.


Genderuwo umumnya dianggap sebangsa jin dan suka memperkosa perempuan dengan cara menyamar sebagai suami. Dan bahkan ada beberapa kasus sampai terjadinya manusia hasil perkawinan silang antara manusia dengan genderuwo. Contohnya saja seperti Tebo yang pernah terkenal di tahun 90an atau Wagini.

wagini_anak_genderuwo

Namun sebenarnya tidak semua genderuwo bersifat jahat dan cabul. Konon genderuwo juga ada yang baik dan mampu menjaga manusia. Karena mereka bisa berubah wujud, umumnya mereka menampakkan diri mereka sebagai kakek-kakek yang sangat berwibawa.

Bagaimana? Apakah kalian percaya genderuwo benar-benar ada?