Makam di Tana Toraja, Sulawesi agak unik dibandingkan tempat-tempat lain. Karena alih-alih dimakamkan di dalam tanah, masyarakat Toraja memiliki tradisi untuk meletakkan jasad almarhum di dalam tebing terbuka. Di situ Anda bisa dengan gampangnya melihat tulang belulang dan tengkorak. Hanya saja mungkin karena tidak terlalu ketat penjagaannya, banyak turis dan orang luar yang mencurinya. Tentunya terkadang sang pencuri tidak serta merta bisa lolos….

Umumnya masyarakat dari kasta atas diletakkan di posisi yang atas. Sedangkan kelas rendah diletakkan di bawah. Karena struktur makam Toraja yang berada di tempat terbuka, di dalam tebing, maka tidak mengherankan jika banyak jasad yang tinggal tulang tergeletak di sana. Ini yang membuat mereka gampang untuk mengambil tulang jika mereka mau. Tetapi Anda mungkin berpikir orang waras seharusnya tidak mungkin akan mengambil tulang ini dan membawa pulang kan?

Ternyata tidak juga. Terbukti seorang turis Belanda bernama Beatrice Norman, mencuri sebuah tengkorak dan dibawa pulang ke Belanda. Tetapi beberapa tahun kemudian akhirnya Norman mengembalikan tengkorak itu dengan menggunakan jasa pengiriman.

Paket yang berisi tengkorak ini diterima oleh pihak pengurus Museum Cagar Budaya Kerajaan Kete Kesu. Mereka sendiri tidak menyadari jika ada tengkorak yang hilang, mengingat ada ribuan tengkorak keluarga Saurngalo dari Kerajaan Kete Kesu di sana.

Museum Kete Kesu. Terlihat di foto, pada pojok kanan bawah adalah tengkorak yang dikembalikan oleh Norman.

Museum Kete Kesu. Terlihat di foto, pada pojok kanan bawah adalah tengkorak yang dikembalikan oleh Norman.

Sang warga Belanda itu ternyata dihantui terus menerus semenjak mencuri tengkorak dari makam. Tidak hanya dirinya yang diganggu, tetapi satu keluarganya. Dan ternyata begitu dikembalikan, belum juga membebaskan dirinya dari gangguan.

Akhirnya sang turis sengaja terbang kembali ke Sulawesi, dan melakukan upacara permintaan maaf secara adat istiadat. Baru saat itulah dirinya tidak diganggu lagi (setidaknya berdasarkan pengakuan dari sang turis saat komunikasi terakhir kali.)


Cerita ini setidaknya menjadi pembelajaran kita untuk selalu menghormati alam. Ketika mengunjungi suatu daerah baru, jangan pernah sembarangan membuat keonaran, apalagi mencuri barang. Diganggu, mungkin masih lebih baik. Karena pada kasus-kasus tertentu, sang pelaku berakhir dengan kematian.