Salam kenal, nama gw Rymun. Sebelumnya mohon maaf kalau bahasanya rada berantakan dan ceritanya kepanjangan. Langsung aje ke cerita ni.

Cerita ini dikisahkan oleh Ayah gw, yang turun-temurun diceritakan dari kakek guwe, pada tahun 1948 yang pada waktu itu masih tinggal di tanah kelahirannya di daerah Gunung Sindur.

Menurut cerita dan kesaksian orang-orang tua setempat, seluruh daerah Gunung Sindur dijaga oleh Opat Maung. Yaitu, sebutan untuk empat siluman harimau penjaga Gunung Sindur. Dan ada pantangan juga, bahwa kita tidak boleh jalan berempat pada waktu maghrib melewati hutan. Konon, para Maung akan mengira kita adalah lawan mereka.

Saat kakek gw bersama tiga orang temannya akan sholat maghrib menuju surau, tiba-tiba di depan jalan mereka melihat para Kompeni Belanda yang mulai melakukan penculikan terhadap pemuda-pemuda Kampung, yang katanya akan dijadikan KNIL. Kemudian Kakek dan tiga temannya langsung lari ke arah hutan, dan akhirnya mereka terpojok di sebuah pohon besar. Naasnya lagi para Kompeni berhasil menemukan kakek dan tiga temannya itu.

Terus para kompeni itu langsung menarik kakek dan teman-temannya, namun salah satu teman kakek melawan, dan kompeni lantas menembakkan bedil ke arah kaki teman kakek itu hingga terluka. Lalu, kakek gw dan dua orang temannya lagi melakukan perlawanan serupa. Para kompeni itu akhirnya marah.

Saat bedil mulai ditembakkan ke arah mereka, tiba-tiba dari atas pohon muncul seekor harimau loreng menerkam para kompeni itu dan berhasil membunuh salah satu dari mereka. Para kompeni yang lain akhirnya lari, namun masih dikejar oleh harimau itu.

Lalu dari atas pohon muncul lagi harimau putih, kakek dan tiga temannya sangat takut waktu itu. Namun secara perlahan harimau itu mendekati teman kakek yang terluka dan akhirnya mencongkel peluru yang bersarang di dalam kaki teman kakek gw waktu itu dengan kukunya. Tapi anehnya teman kakek gw gak ngerasa sakit sedikitpun. Setelah itu, harimau putih itu perlahan mundur dan sekejap hilang di balik pepohonan.

Akhirnya, kakek dan tiga temannya pun melanjutkan perjalanan ke surau.

Pada saat mereka pulang dari surau dan hampir sampai di rumah, mereka melihat para kompeni yang mengejar mereka tadi, sedang diserang oleh dua ekor harimau, yang satu harimau hitam dan satu lagi harimau tutul. Para kompeni itu akhirnya pun lari, namun dua ekor harimau itu tetap mengejarnya.

Beberapa bulan kemudian Adiknya kakek gw disunat, dan diadakan pesta hajatan. Saat sedang diadakan pesta sisingaan, tiba-tiba adiknya kakek menangis sambil menunjuk ke arah luar dinding bilik rumah. Benar saja, saat kakek gw keluar di situ sudah bersender empat harimau, yang waktu itu dilihat oleh kakek dan teman-temannya saat di kejar-kejar Belanda. Kakek gw kaget dan langsung manggil bapaknya (buyut gw). Pas balik lagi keluar, empat harimau itu uda kaga ada, tapi bilik dinding rumah terlihat reot, bekas empat harimau itu bersender.

Akhirnya buyut gw cerita ke kakek, bahwa ke-empat harimau itu adalah Opat Maung Penjaga Gunung Sindur. Mereka adalah Ki Loreng, Ki Bodas, Ki Kumbang, dan Ki Tutul. Kata Buyut gw, kakek gw dan adiknya merupakan cicitnya Ki Loreng, jadi mereka datang bukan untuk ganggu, tapi untuk menghadiri dan melongok cicitnya yang disunat. Dan kata Buyut juga, teman kakek yang tertembak oleh Kompeni waktu itu juga masih ada keturunan dari Ki Bodas.

Sekian cerita dari gue. Maaf kalau ceritanya kurang serem..

Penulis: Rymun