Cerita kali ini dibawakan oleh salah satu teman yang tinggal di Malaysia. Dia pernah bertemu dengan pocong yang nyaris mencelakainya. Insiden yang terjadi pada dirinya tidak hanya terjadi pada dirinya seorang, melainkan juga bersama ayah dan ibunya. Kisah ini kemudian begitu membekas pada dirinya.

Kejadian itu pada saat saya mungkin baru berumur 12 tahun. Semuanya berawal dari Ibu saya mendapat kabar dari keluarga bahwa paman saya mengalami sakit parah. Mungkin tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Waktu itu malam jam 9. Ibu memutuskan untuk pergi ke tempat Paman malam itu juga.

Ibu khawatir jika saya sendirian di rumah, oleh karena itu saya juga ikut serta. Malam itu juga, saya, ibu dan ayah, kami bertiga naik mobil menuju kampung tempat paman tinggal. Saya duduk di belakang sedangkan ayah yang memegang setir dan ibu duduk di sampingnya. Setelah melewati perjalanan cukup panjang, akhirnya saya melihat sebuah papan nama bertulis “Pontian”. Nama ini mirip dengan “Pontianak” (Catatan: Di Malaysia dan Singapura, kuntilanak disebut sebagai “pontianak”). Seram sekali nama itu. Di tengah malam berada di jalanan sepi dengan tempat yang memiliki nama yang angker seperti itu membuat saya tidak tenang.

Saya mendekatkan diri ke ayah dan bertanya kenapa nama di sini “Pontian”. Ayah waktu itu hanya bilang jangan banyak bertanya. Bukan urusan kamu juga. Mendengar jawaban seperti itu, saya sendiri menyadari memang tempat di sini tidak beres. Apalagi ayah juga mempercepat laju mobil. Saat itu sudah setengah dua belas tengah malam.

Saat itulah saya mendengar suara cekikan di luar jendela, tepatnya di samping mobil. Saya menoleh ke samping dan alangkah terkejutnya. Saya tidak tahu apa itu. Saya menyebutnya monster. “Monster” itu hanya ada setengah bagian badan di atas, tidak ada kaki. Wajahnya berbentuk tengkorak. Dia sedang mengikuti mobil ayah!

Saya terlalu syok sehingga tidak mampu bersuara atau bergerak. Air mata saya sudah mengalir. Tiba-tiba makhluk itu berteriak keras diiringi suara tawa. Saat itulah ayah dan ibu menyadari kehadiran makhluk itu di samping mobil. Ayah melihat ke sumber suara, dan karena terkejut dia kehilangan kendali mobil beberapa saat.

Mobil kami bergerak zig-zag beberapa saat. Untungnya ayah berhasil mengaturnya kembali dan berjalan lurus. Ibu dengan berani membuka jendela, menyalakan korek api dan melempar ke makhluk itu. Tetapi makhluk itu menghindar. Dan terus mengejar mobil kami. Setelah itu, ibu melatunkan Ayat Kursi dengan keras. Untunglah setelah beberapa saat, makhluk itu kembali ke hutan dan tidak mengejar kami lagi.

Saya menyaksikan sendiri seluruh kejadian tersebut. Saya terlalu syok untuk berbicara. Ibu memberi saya air hangat untuk diminum dan menyuruh saya lupakan insiden tadi. Keesokan harinya saya mengalami demam dan muntah beberapa kali. Untungnya setelah lewat beberapa hari saya sembuh.

Ibu belakangan menceritakan bahwa makhluk itu adalah pocong. Di daerah situ memang sering terlihat pocong. Hanya saja umumnya tidak agresif. Dia sendiri menjelaskan bahwa jalanan yang kita lewat waktu itu cukup rawan kecelakaan.


Konon pocong yang asli tidaklah melompat. Melainkan melayang. Itu juga menjelaskan mengapa terkadang ada penampakan pocong di pepohonan (bagaimana mungkin bisa ada di pepohonan jika hanya menlompat?) Jadi jika ingin membedakan manusia yang menyamar sebagai pocong atau pocong sungguhan, silahkan lihat saja apakah dia melompat, atau melayang? Jika saja penutur cerita kita ini bukan berada di dalam mobil, melainkan jalan kaki, mungkin akhir cerita ini akan sedikit berbeda…