Sebagai mahasiswa kedokteran saya sering berhubungan dengan cadaver. Bagi kalian yang gak tahu, cadaver itu adalah mayat. Mahasiswa kedokteran biasanya harus terbiasa dengan mayat semenjak pertama kali masuk perkuliahan. Kadang OSPEK-nya saja ada sesi “berkenalan dengan cadaver”. Mungkin sekarang sudah gak ada lagi yah?

Kali ini cerita kita akan berkaitan dengan cadaver. Jadi biar agak nyambung dengan ceritanya, saya akan jelaskan dulu sedikit tentang cadaver. Biasanya mahasiswa kedokteran, terutama di pelajaran anatomi, pasti membutuhkan cadaver. Mayat manusia asli ini sangat berguna dan berjasa, karena hanya dari situlah mahasiswa-mahasiswa dokter baru bisa lihat secara nyata, seperti apa bentuknya organ dalam tubuh manusia. (Jadi gak mengherakan kalau di sebut “guru besar”)

Nah pertanyaannya adalah dari mana mayat-mayat yang digunakan untuk sebagai cadaver ini? Biasanya ada dua. Pertama, bisa dari hasil donor. Jadi orang terkadang bersedia untuk menyumbangkan tubuhnya agar bisa digunakan untuk kemajuan dunia kedokteran setelah meninggal. Bisa juga karena orang yang meninggal karena kecelakaan atau hukuman mati, dan tidak ada yang pernah mengklaimnya. Di Indonesia sendiri, umumnya, mayat tidak jelas yang tidak ada yang klaim di rumah sakit umum selama 1 bulan akan langsung disumbangkan ke rumah sakit pemerintah.

Nah ceritanya ini terjadi dengan teman saya yang dari Filipina. Ini cerita nyata. Jadi saat itu satu kelompok 8 orang dapat satu cadaver. Mereka saat itu disuruh untuk menggambar anatomi organ. Salah satu anggota mendapatkan selembar kertas di kaki cadaver tersebut. Pada kertas itu tertera angka-angka yang kelihatannya seperti nomor telepon.

Penasaran, mereka akhirnya mencoba menelepon nomor tersebut. Sebetulnya menurut saya, anak-anakĀ agak nekat, mencoba menelepon nomor tidak jelas tersebut. Bagaimana kalau itu tersambung ke nomor orang yang berniat buruk. Atau seseorang yang ada kaitannya dengan cadaver semasa hidupnya. Sebagai mahasiswa tidak seharusnya kita tidak campur tangan terkait cadaver tersebut.

Nah, saat ditelepon, ternyata tersambung dan ada seorang perempuan yang mengangkatnya. Iseng-iseng mereka pun bertanya apakah ada anggota keluarga yang hilang atau sejenisnya. Perempuan itu sangat syok, dan langsung mengonfirmasi ciri-ciri badan, seperti tato di bagian badannya, serta tanda-tanda lainnya. Semuanya akurat.

Akhirnya di hari itu juga mereka datang ke universitas dan mengklaim cadaver itu kembali. Ternyata cadaver itu adalah ayah mereka yang sudah hilang berbulan-bulan. Mereka tidak dapat menemukannya hingga akhirnya ditelepon. Semua orang cukup tercengang dengan cerita itu, dan saya pribadi pun sangat penasaran.

Kertas yang tertempel di kaki cadaver tersebut datang dari mana? Cadaver harus melalui proses pengawetan dengan direndam formalin selama beberapa bulan. Jadi sepertinya tidak di saat itu. Jadi hanya pada saat sampai ke univ mungkin baru ketahuan. Beberapa orang pikir mungkin salah satu mahasiswa mengenali cadaver itu, sehingga diam-diam menulis nomor telepon. Tetapi tidak sedikit juga yang bilang hantu cadaver itulah yang menuliskan nomor telepon itu.

Tapi setidaknya cerita itu berakhir dengan baik saya rasa. Keluarga itu kembali menemukan ayah mereka.