ini nyata saya alami sekolah di SMA/SMU waktu itu tahun 2004, saya sampai juga pada hari kelulusan di mana kebersamaan selama bersama teman-teman sekolah yang ceria, bercanda tawa, kadang ada juga yang romantis harus kami akhiri.

Singkat cerita waktu itu pihak sekolah mengadakan malam perpisahan di puncak Bogor tepatnya di sebuah villa. Saya dan teman-teman beserta para guru telah sampai di villa tersebut pada siang hari. Saya agak merasa aneh. Kenapa? Karna villa tersebut sudah agak tua.

Nah di villa tersebut ada juga lapangan tenis yang mungkin jarang dipakai namun luas. Di sekelilingnya dipagari oleh jaring kawat yang tinggi seperti pada umumnya lapangan tenis, namun tetap ada pintu masuknya. Pada malam harinya guru-guru mengadakan acara yang dinamai “Malam Perenungan” bersama murid.

Kebetulan acara itu di lakukan di lapangan tenis tersebut. Kami membentuk lingkaran sambil duduk dan memegang lilin satu persatu untuk penerangan karna lapangan tenis tersebut memang tidak ada lampu kecuali sinar rembulan dan lilin yang kami pegang.

Di acara itu guru memberikan nasehat-nasehat dan doa tapi yang namanya perenungan pasti ada saja murid yang menangis, sedih, terharu. Di sela-sela acara itu saya memandang kearah sudut pojok lapangan yang remang saya melihat sesosok yang samar bergaun putih panjang.

Dalam hati saya bertanya siapakah itu? Gurukah? Atau siapa? Yang jelas saya kaget!

Saya bertanya-tanya kalau guru tidak mungkin, karna guru-guru ada di sekitar lingkaran kami. Saya pun tidak berani melihat ke arah itu lagi. Tiba-tiba saja teman saya yang bernama Tya(perempuan) menjerit histeris sambil menangis lari ke arah luar lapangan berlari ke arah pepohonan.

Di sekitar villa itu spontan kami pun kaget dan diikuti teman saya yang juga tiba-tiba berdiri yang bernama Holis(laki-laki) ikut berlari ke arah Tya dan berteriak “Jangan ganggu dia!” dengan keras.

Pada saat itu semua menjadi panik. Guru-guru maupun murid-murid. Kami pun serentak membubarkan diri dari lapangan tenis tersebut. Saya melihat Holis pingsan dekat pepohonan tapi Tya tetap saja histeris dan menjerit seperti orang kesurupan.

Entahlah apa yang sudah terjadi. Yang jelas Holis terlihat lengan tangan kirinya membiru seperti lebam dan juga Tya yang langsung dibawa ke ruangan villa untuk disadarkan.

Keesokan paginya setelah Holis telah sadar, saya bertanya kepadanya “Lis, emang apa sih yang lo lakuin tadi malam? Pake acara lari-larian.”

Dia hanya menjawab kalau dia melihat si Tya sedang ada yang menariknya kearah pepohonan dia takut kalau sampai ke arah belakang pohon ada jurangnya. Saya bertanya siapa yang narik, soalnya saya sendiri tidak melihat ada yang menarik Tya.

Ternyata dia menjawab sesosok bergaun putih. Saya langsung merinding mendengar jawabanya. Begitu lah ceritanya. Saya agak merasa kesal karna malam itu jadi berantakan acaranya.

Penulis: Ug2ls