Aku lahir dan dibesarkan di sebuah desa di pulau Bali. Sekitar 30 tahun yang lalu, saat itu aku masih anak-anak berumur 10 tahun. Jaman itu sangat umum dikalangan kita istilah leak atau jadi-jadian manusia yang punya ilmu hitam dan biasanya nenek-nenek tua.

Ada seorang nenek tua tetanggaku, yang saat itu banyak dibicarakan oleh kalangan anak-anak memiliki ilmu hitam leak karena memang dari pembawaannya agak menyeramkan. Menurut orang-orang tua waktu itu, jika orang memiliki ilmu hitam leak, maka orang itu akan jarang menyisir rambut, jarang membersihkan diri sehingga memang kelihatan kucel dan menyeramkan.

Ayah dan ibuku saat itu juga tahu mengenai pembicaraan orang, tentang nenek tetangga kita itu, sehingga aku dan kakak-kakakku untuk tidak bermain ke rumah nenek itu dan jikalau pun harus lewat rumahnya kita harus buru-buru dan jangan pernah mau makan pemberian nenek itu. Nenek tetanggaku ini hidup sendiri karena suami dan anak satu-satunya telah meninggal. Dari cerita orang-orang di desa, suami dan anaknya meninggal karena di tumbalkan untuk menaikkan tingkat ilmu hitamnya.

Mereka memang meninggal dengan cara ganjil, misalnya suaminya meninggal dulu sekali karena jatuh dari atap rumah dan begitu juga anak nya meninggal karena jatuh ke sumur dulu sekali ketika masih berumur tiga tahun. Oleh karena itu, nenek ini agak di kucilkan dan anak-anak seumuran kita takut untuk lewat rumahnya karena memang terkesan angker and wajah nenek ini memang menyeramkan kalau diperhatikan.

Suatu malam, karena ada suatu perayaan di desa, diadakan pertunjukan wayang kulit di pusat desa. Aku dan kakak laki-laki menonton pertunjukan wayang ini. Rupa-rupanya pertunjukan wayang selesai pada tengah malam, karena tidak terasa kita menonton sampai selesai. Saat mau pulang, aku sudah merasa takut karena kita harus lewat depan rumah nenek tetanggaku itu. Aku sudah bilang kakakku mungkin kita ambil jalan memutar saja. Kakakku menenangkan tidak apa-apa, karena kita berdua mungkin tidak akan terjadi apa-apa.

Jalanan di desaku sangat sunyi pada tengah malam begitu. Orang-orang yang menonton wayang memang sudah pulang ke rumah masing-masing dan kebetulan tidak ada yang melewati jalan yang sama dengan ku.

Aku dan kakakku berusaha tenang saat kita hampir melewati rumah nenek tetanggaku itu. Nah di depan rumah nenek ini, ada pohon rambutan besar sekali dengan ranting-ranting dan buahnya kadang menjuntai ke jalan. Aku masih ingat waktu itu musim rambutan dan buah rambutan menjuntai ke jalan, tetapi kita gak berani mengambil buah rambutan satu bijipun karena takut sama nenek ini.

Singkat cerita, waktu itu terasa bulan purnama dan kita pas berada di depan pagar nenek itu. Jalanan memang tidak begitu gelap karena pantulan sinar purnama. Kita waktu itu masih bisa melihat bayangan cabang pohon rambutan bergoyang di hembus angin malam. Kita masih bisa melihat buah-buah rambutan ranum menjuntai di cabang pohon rambutan.

Kakakku memang agak nakal. Saat itu kita melihat seperti ranting dari sebuah cabang menjuntai, Dia melompat dan menarik keras ranting mungkin karena keingintahuan dia. Tiba-tiba makhluk besar seperti monyet jatuh tepat di depan kita, sambil bersuara seperti “CUUUUEEEET” keras sekali dan dengan cepat melompat kembali ke dalam pagar rumah nenek itu. Kita sontak kaget, ketakutan dan lari tunggang langgang. Kita sampai berkeringat dingin dan kehabisan nafas lari ketakutan ke rumah kita dan membangunkan ibu dan bapak. Kita menceritakan kejadian baru saja terjadi.

Bapak saya cerita, kalau orang yang punya ilmu hitam leak, bisa merubah dirinya menjadi monyet dan karena malam itu kliwon dan purnama, mungkin mereka ingin menikmati malam. Karena mereka lebih banyak hidup di malam hari terutama tengah malam. Ibuku memercikan air suci tirta ke kita, dengan harapan kita tidak kena pengaruh ilmu hitam leak.

Hari berganti, aku memang tidak pernah melihat nenek itu di sekitaran rumahnya. Sampai akhirnya salah seorang keluarga jauhnya dari desa tetangga cerita ke ibuku, kalau nenek sakti tidak bisa bangun lagi. Dia cerita kalau tulang pinggang nenek retak karena jatuh.

Waktu itu aku berpikir apakah monyet besar yang tanpa sengaja ekornya yang dikira ranting kering ditarik oleh kakakku dan mengakibatkan kera itu jatuh terjerebab ke tanah adalah monyet jadi-jadian dari nenek tetanggaku.
Terus terang tidak ada hutan di sekitar desaku, dan agak mustahil ada monyet besar berkeliaran di desa apalagi malam-malam. Sampai sekarang kejadian itu masih menjadi misteri dan hanya aku, kakakku dan orang tuaku yang tahu.

Sekian ceritanya mudah-mudahan bisa dinikmati kalangan mistis……

Penulis: Pujangga