Pada saat berdiri, wanita itu juga perlahan-lahan mulai mengangkat kepalanya yang dari tadi tertunduk. Perlahan-lahan saya pun mulai melihat matanya yang mengarah ke saya. Mata kami saling bertatapan. Sorot dingin mata di wajah pucatnya penuh dengan kebencian.


Sorot matanya terasa menusuk saya. Saya tidak hanya merinding dan gemetaran. Saya rasa saya juga sudah berhenti bernapas. Saya melihat tangan wanita itu memegang kucing kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Dengan sepenuh tenaga dia membanting kucing itu ke aspal! Tepat di depan saya…

Akibat bantingan keras itu, si kucing malang itu terlihat terluka parah. Saya bahkan bisa melihat mulutnya keluar darah. Dan kucing itu tidak henti-hentinya mengeong.

Beberapa saat, sebuah bus dari arah gerbang melaju dengan kecepatan tinggi ke arah sini. Si perempuan itu dengan kakinya menginjak kucing. Dia tersenyum menyeringai!

Saya hanya bisa terpana, antara bingung, takut, marah, iba, melihat pemandangan itu.

WOI!!!

Tiba-tiba saya tersadar dari lamunan saya. Ternyata yang barusan teriak adalah teman basket. Dari tadi mereka terus memanggil saya. Begitu saya tersadar, saya melihat ke arah jalan… Tidak ada wanita, tidak ada kucing.

Teman-teman pada tanya kenapa dari tadi bengong berdiri di tengah jalan begitu? Mereka heran mengapa saya berdiri diam, padahal bola basket hanya ada di kaki saya. Saya tidak bilang apa-apa ke mereka. Saya sudah terlalu lemas untuk bermain. Saya bahkan sudah tidak kuat untuk berdiri lagi, jadi saya mohon pamit dulu dengan mereka.

Setelah saya kembali ke asrama, pada hari itu juga saya demam, dan dalam tidur tidak henti-hentinya mengigau. Pas saat teman saya yang paham Tao itu balik, saya ceritakan kejadian itu. Dia kemudian memaksa saya untuk minta izin supaya segera pulang ke rumah keesokan harinya.

Waktu itu di tengah malam, teman sekamar memberikan saya obat demam. Tidak lebih dari beberapa jam, akhirnya suhu badan saya kembali normal. Tetapi antara sadar dan tidak, saya terus menerus mengingau. Akhirnya teman tao saya pun mengguncang badan saya keras-keras, menampar wajah saya, memanggil-manggil saya supaya sadar. Kata dia, dia sebetulnya sedang mengecek apakah jiwa saya masih ada di dalam tubuh saya. Kalau tidak, maka masalahnya akan parah.

Saya akan mencoba menjelaskan dulu apa yang dia sempat jelaskan itu agar nyambung. Mohon maaf sebelumnya jika kurang tepat, karena saya sendiri awam. Di dalam Tao ada konsep 三魂七魄 (baca: sān hún qī pò) yang secara literal artinya tiga jiwa dan tujuh roh ini. Manusia memiliki 3 jiwa yakni Jiwa Utama, Jiwa Lahiriah, Jiwa Perasa (ada juga yang menyebutnya Jiwa Langit, Jiwa Bumi, dan Jiwa Manusia). Jiwa Utama fungsinya mengatur mental kesadaran seseorang, Jiwa Lahiriah berkaitan dengan kesehatan jasmaniah, dan Jiwa Perasa berkaitan dengan panca indra.

Tujuh roh yang ada di badan, masing-masing memiliki fungsi penting yang memungkinkan adanya hubungan antara Jiwa Lahiriah dengan Jiwa Perasa dalam melindungi sistem tubuh. Umumnya ketika seseorang terkejut maka yang hilang hanyalah roh-nya (pò) saja. Cukup dengan mengatur pernapasan, dan tergantung kemampuan seseorang, roh cepat lambat akan terwujud kembali. Umumnya, jiwa(hún) tidak akan meninggalkan tubuh. Hanya pada saat kondisi antara hidup mati (penyakit kronis, kecelakaan) baru bisa kejadian jiwa meninggalkan badan. Disamping hal natural, sebenarya masih ada satu lagi yang bisa membuat jiwa meninggalkan badan. Yakni direbut orang(dukun) ataupun hantu!

Dalam kepercayaan Tao, ketika manusia meninggal, Jiwa Utamanya akan mengalami proses reinkarnasi, Jiwa Lahiriah akan berada di plakat altar, Jiwa Perasa akan tertinggal di tubuh. Arwah-arwah gentayangan yang tidak bisa bereinkarnasi itu, akan mencari manusia pengganti guna mendapatkan Jiwa Utamanya. Tetapi untuk merampas Jiwa Utama ini tidak sesederhana yang dibicarakan. Manusia memiliki unsur Yang yang melindungi dirinya, jadi umumnya makhluk-makhluk halus tidak bisa apa-apa terhadap manusia.

Oleh karena itu ada roh jahat yang akan mencoba merampas Jiwa Lahiriah atau Jiwa Perasa terlebih dahulu. Orang yang kehilangan salah satu Jiwa ini akan mengalami sakit-sakitan, atau bahkan membuat kondisi psikisnya tidak normal. Ini akan mengakibatkan Jiwa Utama sedikit banyak terganggu. Kalau tidak segera menemukan kembali Jiwa ke tubuh asal, maka orang itu bisa saja akan meninggal, dan otomatis Jiwa Utamanya pun meninggalkan tubuh.

Hanya saja Jiwa Lahiriah dan Jiwa Perasa yang telah dirampas oleh arwah jahat akan bergentayangan. Biasanya mereka akan gentayangan di sekitar tempat kejadian. Menunggu untuk kembali ke tubuh. Itu sebabnya pendeta Tao selalu ke tempat kejadian perkaraa untuk mencari kembali Jiwa yang hilang..

Namun, ada hantu-hantu yang lebih kuat dan hebat. Mereka bisa dengan sengaja menambah rintangan di sekitaran tempat kejadian perkara, supaya sang korban gagal mendapatkan jiwanya yang dirampas, sehingga meninggal dan pada akhirnya bisa dijadikan pengganti untuk dirinya…

Ok, saya akan lanjut ceritanya kembali. Kisah ini murni saya dengar dari teman saya, karena jujur saat itu saya sudah tidak sadarkan diri sama sekali lagi…

(Bersambung…)