Sebelumnya salam kenal, namaku Samuel, orang orang biasa panggil aku Sam. Aku tinggal di Jl. Melati 4 Perumnas Condong Catur. Yaah perumahan yang padat dan penuh sesak, tetapi tidak luput juga membiaskan kisah misteri yang bak seperti tambang pasir yang tak habis habisnya, di halaman ini saya hanya mau bercerita tentang kisah petualangan ku dan kawan kawan di gunung Lawu. begini ceritanya:

Malam itu aku dan 4 orang temanku ngumpul di teras rumahku, dan kebetulan itu pukul 8.00 pm. Ya.. masih sore dan masih ramah, aku sebutkan satu persatu nama mereka ya: Ted (seorang laki laki sejati tapi suka iseng) Ben (ini pemberani dan ga banyak suara) Evee (cewe penakut tapi nekat kalau kepepet) Lin (cewe etnis Tionghoa yang suka tantangan), nah itu teman temanku bukan daftar absen atau lembaran tulisan di brinder untuk anak SMP tahun 2001 yang suka nge-absen teman temanya untuk koleksi di tiap lembarnya.

“Gimana nih kalau setelah ujian semester ini kita adventure?” kata Lin seraya penuh semangat, dan yang lain hanya bergidik tak bergeming, “Hei gimana nih”? kata Lin menyambung pertanyaan pertamanya.

“Mau kemana?” tanya ku sembari ku melirik teman teman yang lain, dan mereka hanya diam seperti memikirkan sesuatu, kuambil rokok dari bungkus hijau hitamya dan ku nikmati sambilak cari ide untuk kemana liburan ini bersama teman teman baikku.

“Yaudah deh kalau kalian ga mau, kan ini cuma usul aja. Kalau gitu abis liburan semester aku pulang aja deh ke Jakarta, bantuin bokap jaga toko.”

“Eh tunggu dulu, kita diam bukan berarti kita ga setuju ide kamu lho, tapi kita lagi slow respon mikir budget jugalah kita, mau kemana dan kalau bisa irit budget.” kata Ted membela para pemikir malam itu mulai larut, jam dinding dengan ornamen kuno sudah menunjukan pukul 11.00 pm, dan waktunya buat bubar jalan, karena besok pagi kita ada ujian Listening dan itu perlu konsentrasi yang tinggi, ga bisa juga mata ngantuk ngerjain soal yang sedikit krodit.

Setelah mereka pulang, lalu aku coba berselancar dengan laptop ku, mencari tempat yang asik tapi ekonomis, cari yang sedikit menantang and cukup angker tapi yang tak terlalu seremlah pikir ku, beberapa opini menunjukan pegunungan, hutan, dan bangunan yang tak terurus. nah  besok siang aku omongin ama anak anak deh, sekalian buat bahan omongan waktu ngopi di kantin.

Suasana perjalanan pulang Ted

Ted dengan motor matic-nya melaju kira kira 90 km/j, kebetulan rumahnya di daerah Sidoarum godean, dan mau ga mau dia harus melewati ring road barat yang bisa di bilang sepi, banyak insiden tikungan setelah prempatan kalau kekanan (dari arah timur) itu banyak yang mengalami di boncengi oleh pocong, tapi Ted ga peduli, dia hidup di keluarga yang memang semua harus pakai logika. Setelah lewat Flyover jombor tidak ada yang aneh, tiba tiba setelah perempatan kebarat melewati tikungan, pas tepat di tikungan motor-nya mogok, “Aseem!! Napa nih motor” gumam Ted,

Ted coba menekan tuas choke ternyata belum berhasil, “Ngopo meneh iki!” keluhnya semakin kencang semi teriak sedikit jengkel. lalu di cobalah lagi menekan choke dan stater, “Breeheeeheeeeeeemmm….” dentuman mesin kembali exis, dan lega Ted karenanya. namun motor terasa berat dan tidak bisa laju seperti tadi. Ted pikir hal biasa karena motor habis mogok, setelah berjalan beberapa kilometer, sampai di perempatan demak ijo, ditekannya tombol sein ke kanan, lampu hijau pun berpijar, lajulah motor dengan berat ke arah godean, setelah tiba di jembatan, motor kembali mogok, karena jengkel di pukulah speedometer motornya, “Halaaahhhh!!!!!!!!!! Ngopo meneh!” Ted kembali di kerubungi rasa jengkel, karena ini sudah pukul 12.15 tengah malam, Ted seperti di kerjain,  dan terpaksa Ted mendorong motornya karena ga jauh ada angkringan yang masi buka dan ada beberapa orang yang sedang wedangan. “Mas..Mas..!” teriak salah satu orang yang di angkringan.

“Ada apa ya mas?” Tanya Ted balik karena Ted mendengar teriakan orang itu seperti suasana krodit.

“Kalau nggabur keple jangan di ini dong!” Kata orang itu dengan nada kecewa dan marah

“Hah???” Ted bingung mencerna kata kata orang itu

“Maksudnya apa mas?” tanya Ted balik

“Tadi kamu nurunin perempuan di jembatan itu, dan cuma pakai CD ama BH, kamu jangan macem macem di sini!” gagas orang itu.

“Ga mas saya sendiian! sumpah mas, saya sendirian!” tegas Ted.

Lalu bapak penjual angkringan menengahi, dan berntanya pada Ted, “Mas tadi dari mana?”

Lalu Ted menjelaskan bahwa dia dari Condong Catur, dan melewati jalan yang tadi dia tempuh dan dengan kejadian motor mogok.

“Sudah langganan Mas di sini arah dari tikungan gelap biasanya gitu kalau ada orang yang mau ke arah sini pasti diboncengi” kata penjual angkringan.

Mungkin karena orang yang menegor Ted tadi belum pernah kena tebeng dan dia tidak tahu.

Seraya Ted pusing pucat, diberikan teh hangat gratis dari bapak angkringan, supaya tenang.

“Untung dia ga nampak” Batin Ted berkecamuk.

Semua penalaran logikanya yang selama ini selalu mencibir acara TV demit-demitan, terpatahkan dalam 30 menit.

 

Bersambung….