“Hallo..”

“Ellena…”

“Mama.. !!?”

“Mama rindu sekali dengan kamu. Mama tidak bisa bicara banyak. Kau pasti mengerti keadaan. Ellena.. Mama mau kamu memilih mama atau papa,” nada bicara mama berubah seperti orang menangis.

“Mama, apa maksudnya ?”

“Maaf Ellena.. Mama dan papa harus berpisah. Dan kamu harus memilih. Mama atau papa. Semua tergantung padamu. Kau harus memilih. Mama tidak memaksamu. Maaf Ellena, mama tidak bisa berbicara banyak..”

“Tapi ma..”

Telepon sudah dimatikan oleh Mama. Kenapa ? Aku harus berjuang sendirian. Mama dan papa, aku mohon.. Untuk sekali saja. Aku ingin lebih lama dengan kalian.

“Hei! Kau menangis? Yang tadi itu mamamu ya?” tanya Flare

“Ya..,” jawabku malas

“Di mana Liana?”

“Tadi teman misteriusnya datang dan menjemputnya. Aku tidak tau mereka ke mana. Oiya tadi ada ini dari Ms. Deana”

Flare menyerahkan selebaran kertas padaku “Sudah kuduga. Daftar tugas yang harus segera aku kerjakan.”

“Kau jadi tidak ke perpustakaannya?” tanya Flare

“Eh. Iya hampir saja lupa.”

“Aku tidak bisa ikut. Ada kelas musik.”

“Baiklah. Tidak apa-apa.”

Kami berpisah. Aku menuju perpstakaan, Flare menuju studio musik.

***

Canterlot 1890

“Buku apa ini ?” aku menarik buku dari rak sejarah. Buku yang cukup lusuh. Tapi masih terawat. Eh itu kan.. Jean Wright. Anak yang pintar itu. Apa aku belajar dengannya saja ya..

“Hei… Kau !” Aku mengejar Jean yang hampir sampai ke pintu.

“Kau rupanya. Ada apa?”

“Perkenalkan namaku Ellena Duchanel”

“Aku sudah tau namamu. Jean Wright itu namaku. Dan.. apa maumu?”

“Aku kagum dengan kepintaranmu dalam pelajaran sejarah dan aku..”

“Cukup!” Jean memutus kalimatku “Kalau hanya ingin menghibur lebih baik aku pergi”

“Jangan !” aku menarik mundur Jean

“Baiklah langsung saja ke inti. Lepaskan tanganku!”

“Aku ingin kau dan aku belajar bersama supaya aku bisa sepertimu.”

“Hmm, menarik juga. Baiklah temui aku besok jam lima sore di sini. Jangan terlambat!”

Aku mengangguk bahagia ternyata mudah menjadi temannya.

***

Petir menggelegar. Aku memandangi foto diriku bersama mama dan papa saat liburan di Manchester tahun lalu. Aku mengembuskan napas dalam lalu meletakkan foto itu diatas..

Hei! Inikan buku yang tadi.

Canterlot 1890

Aku mengambilnya dan membawanya ke balkon.

“Buku yang aneh..,” gumamku

Halaman pertama berisi foto-foto peresmian sekolah Canterlot oleh kepala sekolah pertama. Halaman kedua foto murid-murid yang sekolah di Canterlot. Kuperhatikan satu persatu foto itu.

Yang ini nenekku, Mrs Alexa ,dan yang ini.. APA ?? Anak ini kenapa?? Apa mataku tidak salah.

“Hei! Sedang apa kau mengambil tempatku,” tukas Flare tiba-tiba datang.

“Begitu ya.. Maaf. Aku sedang membaca buku ini. Kutemukan di perpustakaan. Kau ingin duduk ?”

“Tidak terima kasih”

“Flare, coba lihat anak ini. Apa menurutmu dia mirip Zeera ?” tanyaku pada Flare

“Memang.. Lucu sekali kau tidak menyadarinya,” jawab Flare misterius

“Maksudmu ?”

“Sebentar lagi kau akan tau..” Flare menjawab sekilas lalu pergi keluar kamar. Aku terdiam sejenak lau bergegas ke kelas.

Bel masuk masih lima belas menit lagi. Aku tiba lebih cepat dibandingkan perkiraanku. Aku pun membuka buku misterius yang kutemukan tadi sembari menunggu bel masuk.

Februari, 1980

Pemain piano andalan Canterlot School, Cessa Noella menghilang tiba-tiba. Dugaan yang beredar adalah dia hanyut di sungai belakang asrama. Menurut keterangan terakhir, di ketahui ia berada di sungai itu dengan rekannya.
Cessa Noella. Lukisan yang di jual itu, itukah orangnya? Aku meihat foto-foto kemenangannya. Bahagia sekali. Aku membalik ke halaman selanjutnya.

Juni, 1980

Kebakaran Canterlot School menggemparkan warga sekitar Canterlot dan murid-murid asrama. Penyebab kebakaran tidak diketahui sebabnya. Hanya ada satu korban dalam kebakaran ini. Zeera Theodora, dia menghilang sebelum kebakaran dan hingga kebakaran usai dia tidak juga ditemukan. Dalam keadaan hidup ataupun mati.

Aku memperhatikan artikel yang satu ini berulang-ulang. Zeera? Aku juga memperhatikan foto-fotonya secara detail. Akankah…?

***

Zeera datang. Hfft aku agak canggung. Tapi kan.. Belum tentu itu dia. Aku berusaha untuk tidak takut. Dan sebisa mungkin tidak menoleh ke jendela…

Kriiiiing…kriiiiing

“Akhirnya…” Aku menarik napas lega. Kutolehkan kepalaku ke jendela. Ah.. Leganya Zeera sudah pulang. Sebaiknya aku juga pulang. Oiya, kan aku mau belajar bersama dengan Jean. Sebaikanya aku cepat.

TUNGGU!

Buku diari punya Zeera tertinggal. Aku bawakan saja untuknya…

Aku bergegas berlari menuju kamarku di lantai 2. “Halo” di kamar tidak ada orang. Tumben sekali. Biasanya mereka selalu di kamar kalau pulang sekolah. Aneh..

“ELLENA !”

“Sherina! Aku tidak takut!”

“Terimakasih kau telah membawakan buku itu untukku..”

Aku memandang buku diary Zeera… “Aku juga akan melenyapkan buku itu. BERIKAN !”

“Tidak akan pernah !”

Aku berlari keluar menuju perpustakaan. “Hai lihat itu si psikopat” aku tidak peduli aku sedang terburu-buru.

Bersambung


Yang mau berbagi tips atau saran silahkan dengan Caca. Silahkan comment. Info penulis lebih lajut, kunjungi Instagram beserta Gmail di bawah ini.
Instagram: @kalisya.p
Gmail: Kalisya26prsyt@gmail.com