
Trauma
Nama saya Anang. Saya lahir di Blora, Jawa Tengah tepatnya di kecamatan Ngawen. Kehidupan keluarga saya lumayan kecukupun. Ibu saya buka warung di rumah, dan ayah saya merantau di Jakarta.
Waktu itu saya kelas 4 SD. Saya seneng banget karena ibu saya hamil dan saya akan memiliki adik. Heheee.
Gak terasa 9 bulan ibu saya mengandung dan saat malam hari saya terbangun karena ayah saya pulang dari Jakarta. Semua yang ada dirumah terlihat bahagia dengan kehadiran ayah saya. Lagi asyik ngobrol tiba-tiba ibu saya merasakan kesakitan.
Akhirnya ayah langsung pergi memanggil dukun bayi untuk membantu ibu melahirkan. Dua jam berlalu ibu melahirkan 2 bayi. Waah betapa bahagianya keluargaku saya memiliki adik kembar.
Seminggu berlalu keluarga saya mengadakan syukuran makan-makan. Waktu menunjukan jam 2. Tiba-tiba suasana berubah jadi sedih karena adik saya yang 1 meninggal dunia. Gak ada angin gak ada hujan, pecah semua tangisan keluargaku. Tiga hari setelan meninggalnya adikku, karena saya sudah punya adik mau gak mau saya harus tidur sendiri.
Malam pertama saya tidur sendiri sudah mulai ada hal-hal yang aneh di kamarku. Dari saya terjatuh dari tempat tidur, sampai ada yang memindah saya di kolong tempat tidur. Saya mulai gak bisa tidur sendiri. Saya minta nenek saya untuk nemenin saya tidur.
Ketika saya tertidur lelap tiba-tiba ada yang ngetuk pintu kamar saya. Saya menengok ke sebelah ternyata neneku gak ada di samping saya. Saya mulai merinding. Bulu kuduk saya berdiri. Saya beranikan diri untuk melihat ke arah pintu teryata ada sosok putih dengan wajah ditutup kerudung. Dia terus memanggil manggil nama saya.
“Anaang. Naaaang, Annnaang…”
Sampai gak sadar air kencing saya membasahi kasur dan guling. Sosok putih itu terus menatapku sampai saya beranikan diri untuk bangun dan berteriak minta tolong.
Tapi gak ada satu keluarga saya yang mendengar teriakanku. Saya lihat bayangan itu terus menatapku dan akhirnya saya menangis sekencang-kencangnya.
Tapi percuma masih gak ada yang mendengarku. Saya hanya bisa pasrah dan menangis di pojok kasur. Menundukan kepala dan terus menangis.
Sampai akhirnya saya lihat ke arah pintu sosok itu sudah hilang dan adzan subuh mulai terdengar.
Dan saya teriak lagi baru ayah saya mendengar dan masuk ke kamarku. Ayah langsung meluk aku dan bertanya apa yang terjadi. Lalu aku bercerita dan ayah mempercayainya. Aku langsung dipeluk sampai aku tak sadarkan diri. Setelah kejadian itu saya tidur di kamar ortuku sampai aku lulus SD.
-Anang
Leave a Reply