Umumnya, kalau kita disuruh jangan masuk kamar tertentu, sebagai tamu, tentunya tidak boleh sembarangan buka pintu kamar yang sudah dilarang. Tetapi karena saya mendengar suara di balik pintu, akhirnya saya pun membukanya.

Saya menyalakan lampu di kamar itu untuk memastikan lagi. Harapannya kalau kamarnya terang, saya bisa lihat lebih jelas. Ternyata cahanya lumayan redup. Sepertinya bola lampu kamar ini sudah lama tidak diganti. Tetapi dengan cahaya sekarang lebih jelas.

Kamarnya memang tidak ada siapa-siapa. Saya tidak melihat ada satu bayangan manusia pun di dalam situ. Bulu kudukku berdiri. Rumah ini berhantu!

Tiba-tiba suara rantai kembali terdengar…

“Help! Help me..”

Terperanjat saya melihat sekeliling lagi. Suaranya kali ini lebih jelas dibanding saat saya masih di luar tadi, namun masih terdengar samar-samar…. Seperti.. Seperti berasal dari balik dinding. Apa saya salah kamar? Tetapi ini kamar paling ujung. Tidak ada kamar lain lagi.

Ah mungkin ruangan tersembunyi?

Saya mencoba mengetuk-ngetuk dinding. Siapa tahu ada ruangan tersembunyi di balik tembok. Tetapi semua bagian tembok terdengar padat. Bingung harus cari di mana lagi tiba-tiba saya terpikir satu hal, lantai! Saya melipat karpet di lantai…..

DAN ADA PINTU RAHASIA DI LANTAI!

Dugaan saya benar! Pintu itu berbentuk persegi dan terkunci dengan kunci pintu geser. Jadi saya langsung bukakan pintu. Ada tangga mengarah ke bawah. Tetapi saya tidak bisa melihat ujung tangga itu ada apa, karena di situ gelap gulita.

Saya rasa saya akan menunggu pembantunya datang. Seram sekali turun ke situ sendirian. Lagipula si pembantu mungkin lebih tahu….

 

Entah berapa lama, saya menunggu. Tetapi pembantunya belum datang juga. Sedangkan suara orang di bawah situ, terdengar semakin lemah. Ah, persetan, nyawa orang lebih penting. Saya turun sendiri saja!

Saya pun menyalakan lampu dari handphone saya. Tidak terlihat apa-apa di ujungnya. Saya turun satu dua anak tangga dengan harapan bisa melihat ada apa di ujung tangga ini. Tetapi percuma. Sepertinya memang lumayan dalam. Saya tidak menyangka rumah kecil ini memiliki ruangan rahasia sedalam ini.

“Help! Somebody!”

Orang itu kembali memanggil. Saya memantapkan diri untuk turun ke bawah. Ruangan di bawah ini sangat pengap lagi. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana seseorang bisa bertahan terkurung di bawah sini, dalam kondisi udara yang sedikit dan gelap gulita.

Tangan yang saya satu lagi memegang dinding untuk menjaga keseimbangan. Terjatuh dari tangga adalah hal terakhir yang ingin terjadi. Debu di bawah sangat tebal. Saya bertanya-tanya sudah berapa lama tempat ini tidak diakses?

Entah turun berapa banyak anak tangga, saya akhirnya melihat ujung tangga. Di bawah ini seperti gudang. Saya melihat rak, dus-dus dan barang-barang yang tertutup debu.

Kemudian saya melihat sekeliling. Ternyata ruangan ini sangat luas juga. Sepertinya seluas rumah ini.

“Hello?” teriak saya.

Tidak ada balasan.

“Hello..?” panggil saya lagi.

Masih tidak ada balasan. Gawat apakah orangnya tidak tahan. Mau tidak mau saya mencoba menelusuri bawah tanah. Seharusnya kalau seluas rumah saya bisa menemukannya cukup cepat. Namun karena banyaknya barang yang ditumpuk di sini, tempat ini sudah menjadi seperti labirin.

Kemudian sinar senter handphone saya menyoroti sebuah rantai. Girang saya menelusuri rantai itu dan melihatnya.

Ujung rantai itu mengikat sebuah tulang tangan manusia.

Ya…  Ada kerangka manusia di situ…

 

Belum selesai keterjutan aku, ada sesuatu mengarah ke arah saya. Tetapi untungnya meleset. Saya menghindar saat mendengar sebuah suara datang. Saya rasa latihan boxing 3 tahun ternyata bermanfaat. Ternyata si pembantu. Tangannya memegang pipa besi.

Dia agak terkejut.

“Saya kira bapak maling,” tukasnya.

“Oh. Maaf. Saya tadi mendengar suara di sini, jadi saya inisiatif mengambil kunci dan ke sini.”

“Lebih baik kita naik dulu.”

“Tunggu dulu Pak. Ada tulang belulang manusia di sini…”

“Mana? Mana?” Dia kembali terlihat terkejut.

“Bapak tidak tahu?”

“Tidak.. Pemiliknya tidak pernah cerita. Ayo kita segera naik.”

“Tunggu.. Kita harus telepon pemiliknya. Atau mungkin harus panggil polisi…”

“Iya, harus di atas. Di sini tidak ada sinyal. Ayo naik. Bapak jalan dulu.”

Saya rasa pembantunya masuk akal. Jadi saya pun berjalan di depan. Tetapi ini kesalahan besar, sebuah pipa besar kembali melayang ke arah saya, kali ini saya telat menghindar, pipa itu menghajar sisi kepala saya. Seluruh ruangan bawah tanah langsung bergoyang…

Mengapa…?

Saya terjatuh terjerembab di tanah. Saya balik badan dan melihat si pembantu itu kembali bersiap-siap mengayunkan pipa besi itu ke saya lagi. Adrenalin saya mulai mengalir di dalam tubuh saya, langsung saya menghindar dalam sepersekian detik sehingga pipa itu hanya menghantam lantai dan meninggalkan suara gaung dalam ruangan.

Dalam keadaan pusing, dan kepala terasa basah, saya langsung menuju ke arah si pembantu itu. Dia sepertinya tidak mengira saya akan datang padanya. Dalam keadaan ketidaksiapannya, saya langsung menghajar rahang bawahnya. Dilanjutkan tinju di perut bawah.

Si sialan itu langsung roboh. Untung latihannya tidak sia-sia. Saya memungut handphone saya yang terjatuh. Saya berjalan menuju tangga. Saya harus keluar dan minta pertolongan dari warga sekitar. Saya takut saya juga akan segera pingsan.

Tulang yang ada di bawah situ menandakan siapapun itu orangnya, dia sudah lama mati. Mengapa saya mendengar suara, mungkin hantunya ingin meminta seseorang menolongnya? Mungkinkah si “pembantu” itu pembunuhnya? Sekarang, saya tidak heran lagi jika memang dia pelakunya.

Saya berjalan menuju anak tangga. Tidak gampang naik tangga sempit, gelap dengan kepala yang pusing. Tetapi sebentar lagi, sebentar lagi saya sampai di atas… Hingga, saya merasa ada yang menarik kaki saya ke bawah. Saya kembali terjatuh beberapa anak tangga. Seluruh tubuh saya merasa nyeri sekali. Saya tidak bisa bangkit sama sekali.

Beberapa saat dia naik ke atas, lalu sebentar lagi dia turun. Dia menyiram air ke sana kemari, lalu baru sisanya disiram ke arah saya. Saat itu juga saya menyadari itu bukan “air”. Itu minyak tanah.

Dia mengeluarkan pemantik, dan melempar, saya buru-buru menghindar dengan lari ke ujung. Memang saya terhindar dari api, tetapi sekarang seluruh ruang bawah tanah mulai membara!

Buru-buru saya berlari ke arah pembantu, dan bergulat dengannya. Ketika saya melewati kobaran api, saya langsung juga terbakar, karena minyak yang disiram. Tetapi saya tidak peduli, saya mendekap si pembantu, dan menghajarnya beberapa kali. Dia mencoba melawan, tetapi tidak berkutik.

Saya langsung melepaskan baju. Untungnya api hanya ada di baju. Dengan rasa lelah dan capek saya buru-buru naik ke tangga atas.

Dan begitulah saya berhasil kabur dan mendapat pertolongan dari tetangga. Mereka syok melihat api menjalar dengan cepat di rumah. Saya menginap di rumah sakit Kamboja selama dua hari sana. Polisi sempat meminta beberapa informasi, saya menceritakan semuanya, tentang ruang bawah tanah, penemuan tulang, dan pembantu yang mencoba membunuh aku. Mengenai suara misterius yang meminta tolong, saya tidak menceritakannya. Saya rasa mereka juga tidak percaya. Tapi sudahlah, itu tidak penting. Setelah keluar dari rumah sakit, saya langsung terbang kembali ke Indonesia.

 

Beberapa bulan kemudian saya membaca artikel menarik di blog backpacker internasional. Artikel ini menarik karena melaporkan secara detail terkait rumah yang sempat saya tinggal di Kamboja itu. Dalam blog itu ditulis kalau rumah itu menjadi heboh semenjak seorang backpacker Indonesia diserang dan terjadi kebakaran. Sesuai laporan, polisi menemukan satu mayat yang sudah menjadi tulang. Berdasarkan uji DNA, tulang itu adalah istri pemilik. Korban diduga sudah dibunuh setahun sebelum insiden. Si pelaku sendiri berhasil diciduk, walaupun dalam kondisi terbakar parah. Dia tahu ruang bawah tanah itu dan menyekap korban lalu perlahan-lahan menjual harta di rumah itu.

Namun yang membuat saya bergidik adalah, ada satu korban lagi yang meninggal di sana di hari itu. Korban itu adalah pemiliknya. Dia baru ditemukan beberapa hari kemudian setelah polisi menyisir ruang bawah tanah yang hangus. Ada satu korban lagi. Bagaimana mungkin?

Lalu saya teringat. Hari itu, saya turun ke bawah karena mendengar orang meminta pertolongan. Tetapi saya tidak mencari lagi setelah melihat tulang manusia, karena saya berasumsi saya mendengar suara hantu. Ternyata memang ada seseorang di situ! Dan saya tidak menceritakannya ke polisi juga! Hal ini saya akan menyesal selamanya. Saya… Saya terlalu percaya takhyul dan tidak rasional! Akibatnya nyawa satu orang menghilang…

Kalian pembaca mengira ini cerita hantu, maaf kalau ternyata ini bukan cerita hantu…

Tamat.