Gangguan Malam Hari: Penunggu Rumah Kontrakan (Bagian 6)
Setelah kejadian itu kami menjual rumah dan pindah ketempat yang baru, saat baru pindah hanya sedikit gangguan mungakin hanya salam kenal dari sipenunggu rumah.
Saya kuliah di Bogor lebih tepatnya di daerah Sentul City. Awal semester 3 saya ngontrak bersama 8 orang teman saya di sebuah rumah di perumahan daerah Sentul. Perumahan tersebut terlihat masih baru sehingga banyak rumah kosong yang belum terisi. Kami menempati salah satu rumah bertingkat, dan saya beserta salah satu teman saya yang bernama Della menempati kamar di lantai dua. (Teman sekamr saya, Della, pernah dicekik sosok wanita d rumah kontrakan yang kami huni tepatnya di kamar kami).
Karena rumah yang kami tempati baru selesai direnovasi sekring listrik sering nge-jeglek.
Di rumah tersebut setiap malam saya sering mendengar seperti suara kegaduhan orang yang mngobrak-abrik kresek sampah di lantai bawah. Saya tidak berani turun karena efek listrik yang suka mati terutama saat malam membuat rumah menjadi gelap.
Esok paginya saya mengecek lantai bawah dekat dapur saya melihat keadaan biasa aja tidak terjadi apa-apa. Kejadian itu terus berulang kali, sampai setiap kantung sampah penuh saya selalu membuangnya agar suara tersebut tidak mengganggu saya ketika malam.
Hari itu adalah ujian akhir semester. Kami bertiga yang menempati lantai atas memutuskan tidur di depan TV lantai bawah. Yah seperti biasa kebiasaan listrik kami yang suka mati sendiri sehingga ketika malam saat kami sudah dalam posisi enak kami malas untuk menyalakan sekring listrik.
Malam itu di saat semua teman saya telah tidur nyenyak dan rumah benar-benar gelap, saya terbangun malam hari. Saya terbangun akibat kegaduhan di lantai dua, rasanya seperti lemari dan isinya serta peralatan di atas ada yang mengobrak-abrik. Satu hal yang saya takutakan lebih dari sosok gaib adalah maling. Karena posisi lantai dua di mana ada 3 jendela panjang yang tidak bisa dikunci dan tidak memakai tralis membuat saya was-was.
Saya hanya memandang tangga karena saya takut ada orang yang ingin berniat jahat. Pikiran saya sudah kemana-mana. Saya berusaha membangunkan teman saya di sebelah saya, namun teman saya sepertinya sangat nyenyak.
Satu hal yang saya bingung, suara gaduh sekeras itu dan teman-teman saya tidak ada satupun yang terganggu? Apa hanya saya yang mendengar? Saya menutup seluruh badan dengan selimut, keringat dingin keluar dari badan saya sampai akhirnya saya dapat tidur nyenyak.
Esokan paginya saat itu hanya saya yang baru bangun, saya menyalakan sekring listrik dan menuju lantai dua. Saya lega karena ternyata di atas tidak terjadi apa-apa. Tadinya saya takut ada maling yang ingin masuk. Tapi suara apa malam tadi? Sepertinya memang hanya saya yang mendengar.
Libur tiba. Teman-teman saya yang rumahnya di sekitar Jawa Barat telah pulang. Hanya sisa kami berdua di rumah itu. Seperti biasa saya tidur di lantai dua bersama teman saya. Malam itu saya bermimpi saya berda di tengah lapangan yang dikelilingi hutan lebat. Ada seorang anak laki-laki lewat di depan saya.
Saya pun memanggil “Adek, sini.”
Anak itu menoleh dengan muka pucat datar dengan mata yang bersinar seperti mata kucing di malam hari. Seketika ada seseorang (saya tidak melihat wajahnya) orang tersebut menepuk pundak saya dan berkata “Hey, jangan dipanggil. Kalau kamu panggil nanti dia bakal ngikutin kamu terus.”
Seketika setelah pria yang menepuk pundak saya berkata seperti itu saya pun bangun.
Aneh. Saya bangun tapi badan saya sangat kaku. Jangankan bergeser, menekuk jari kelingking saja susah. Selama dua jam saya tidak dapat bergerak dan keringat dingin, akhirnya perlahan saya dapat menggerakan badan saya kemudian saya tidur dengan mendekat ke teman di sebelah saya.
Entah kenapa esokan paginya saya reflek membersihkan kamar mandi lantai dua. Memang kamar mandi lantai dua jarang kami gunakan sehingga kotor. Kami lebih sering menggunakan kmar mandi lantai bawah karena hawa kamar mandi di lantai dua gak enak. Dari mimpi itu saya menjadi lebih sering menggunakan kamar mandi lantai dua karena menurut saya lebih baik diberi hawa manusia daripada gak ada sama sekali.
(Sekedar tambahan cerita, sewaktu saya kecil sekitar umur 4 tahun saya berkunjung ke rumah paman saya yang letaknya di daerah pesisir laut. Saat itu sedang mati listrik sekota, jadi keadaan benar-benar gelap. Ketika itu saya sedang melihat langit dari teras rumah paman, saya meliat di sekitar ranting pohon kering ada bola api yang terbang. Saat itu juga saya langsung bertanya pada paman dan orang tua saya yang saat itu juga sedang berbincang di teras “Bu, itu ada bola api terbang itu apa?”
Mereka yang sedang berbincang saling memandang dan kata paman saya saat itu, “Oh, itu bintang kemukus,”
Karena saat itu saya masih kecil jadi saya percaya dengan paman saya. Tapi setelah saya besar saya mencari tau apa itu dan banyak orang yang mengatakan itu adalah santet. Apakah itu benar? Cuma Allah yang tau…
-Mavfitasari
Leave a Reply