Cerita Hong Haoyun di Rumah Sakit Universitas Taiwan Nasional semakin seru. Kali ini kita akan membahas mengenai “kematian” di Rumah Sakit. Tentunya kalian semua setuju jika rumah sakit merupakan salah satu tempat yang paling banyak orang meninggal. Cerita ini berkaitan dengan itu.


Di lingkungan rumah sakit, “mengantar orang yang meninggal” merupakan hal yang pasti akan dialami seluruh dokter, cepat ataupun lambat. Kalau di kalangan mahasiswa praktek, yang paling sering adalah pada saat melakukan penyelamatan CPR. Kalau sudah menjadi dokter, tugas yang harus dilakukan pun menjadi banyak, harus membuat surat keterangan kematian, mengatur segala administrasi. Kalau di tubuh yang meninggal ada garis atau bahkan stoma, maka ini merupakan mimpi buruk bagi si dokter yang bertugas! Soalnya akan banyak lagi yang harus diurus. Setelah semuanya selesai diurus, tinggal mengenakan pakaian pada jenazah. Umumnya sampai tahap sini si perawat atau anggota keluarga yang bantu, dokter jarang ikut membantu.

Ada satu kali kejadiannya di ruangan ICU. Gua ada tangani satu pasien. Detak jantung si pasien sudah berhenti. Gua berdiri di depan layar monitor jantung yang sudah dalam keadaan garis lurus, gua mengumumkan jam kematian sang pasien. Lalu mengantar anggota keluarga keluar sekalian menenangkan mereka.

Pas kembali ke ruangan ICU, pada saat menyibak tirai, gua melihat dua perawat sedang melakukan proses pembersihan. Gua awalnya masih mengira, akan sama seperti hari-hari biasanya, di mana gua harus sendirian menjahit kembali luka-luka tanpa ada satupun yang menemani, makanya gua celetuk “Tumben, banyak orang” (Padahal biasanya kalau pas lagi sibuk, gak ada satu perawat pun!)

Salah satu perawat yang sedang bekerja, sehabis mendengar ucapan gua langsung wajahnya berubah total menjadi masam. Betul-betul berubah total. Serius! Tidak disangka ada ekspresi wajah yang bisa kelihatan masam biarpun orangnya sedang mengenakan masker. Lalu satu perawat lagi juga ikut berjalan keluar. Bagus jugalah, jadi biar gua yang mengerjakan tugas gua saja. Setelah menjahit dan membersihkan kembali luka-luka, gua cari perawat untuk diurus.

Tiba-tiba si perawat dengan wajah masam itu malah hanya berjalan melintas saja. Woi, gimana ini!

 

Nah, mungkin kalian penasaran mengapa si cewe itu tiba-tiba ekspresinya berubah? Baiklah, sekarang gua coba jelaskan apa sebenarnya yang terjadi pada saat itu. Belakangan gua baru tahu kalau si “Cewe Masam” ini adalah orang yang memiliki kemampuan khusus. Dia punya indra ke-enam! Benar! Dia memiliki kemampuan “mata batin”.

Nah, lucunya kalo kamu gak bisa melihat hantu, yah dia gak bisa napa-napain kamu. Tapi kalau kamu bisa melihatnya, maka dia bakalan ganggu kamu! Jadi orang yang memiliki mata batin ini harus pintar-pintar menyembunyikan kemampuannya. Kalau sampai si hantu tahu kamu punya…. Hehehe, dia akan terus mengusik kamu, membuat mesin mengeluarkan bunyi-bunyian gak jelas, melonggarkan baut kasur, memecahkan gelas dan seterusnya dan seterusnya. Jadi pas gua masuk dan celetuk “Tumben, kok gitu banyak orang” sebenarnya gua sudah melanggar pantangan si “Cewe Masam” ini.

Buat yang di rumah sakit jangan sembarangan menyelutuk "Banyak orang sekali" atau "Wah ramai sekali". Gak ada yang tahu samping kamu itu orang atau ...

Buat yang di rumah sakit jangan sembarangan menyelutuk “Banyak orang sekali” atau “Wah ramai sekali”. Gak ada yang tahu samping kamu itu orang atau …

Ooh.. Jadi maksudnya “Saat itu memang lagi banyak dong…..

Aduh, gua waktu itu malah lagi gaya-gayaan. Bener-bener….

 

Sekarang timbul satu permasalahan besar lainnya. Kalau gua percaya di dunia ini ada hantu, maka di mana lagi tempat aman buat gua nonton film porno sambil ***** ?