
Cerita Hantu di Rumah Sakit Taiwan (Bagian 9)
Ranjang di rumah sakit tentunya dipakai banyak pasien. Dan tentunya tidak sedikit juga pasien yang meninggal di ranjang tersebut. Jadi tentunya tidak mengherankan jika ada satu dua cerita seram seputar ranjang rumah sakit ini…
Di rumah sakit, kalau pasien sudah keluar, maka ranjang harus disterilkan. Setelah melewati serangkaian proses pembersihan, baru boleh digantungkan tanda “Proses Pembersihan Selesai”. Selain itu, juga kepala dan kaki ranjang di atur tinggi, sehingga membentuk huruf N. Kalau pasiennya meninggal, proses pembersihannya jauh lebih ketat lagi. Selain melakukan proses pada umumnya, mereka juga harus membalikkan kasur ranjang.
Pada umumnya proses pembersihan ranjang ini diurus oleh tenaga outsource. Tapi kalau sampai di ranjang ada bekas darah atau cairan tubuh lainnya, maka proses ini sudah menjadi tugas perawat. Apalagi kalau di rumah sakit kecil. Atau kejadiannya pas di tengah malam pada saat jumlah tenaga tidak mencukupi. Di sinilah muncul masalah! Sebetulnya kejadian di rumah sakit itu, bukan pengalaman pribadi gua. Tapi adalah teman gua Dokter H yang pada saat itu melakukan operasi darurat. Gua akan pakai sudut pandang orang pertama untuk menceritakannya, supaya lebih merasakannya.
Ukuran rumah sakit sana tidak gede, sehingga yang keluar masuk juga tidak banyak. Posisi rumah sakitnya juga kurang bagus. Seringkali ada kecelakaan lalu lintas di daerah sana, tapi jumlah pasien yang di antar ke situ tidak banyak. Kebanyakan rawat inap di sini adalah penyakit yang tipenya lambat, yang tidak membutuhkan penanganan segera.

Kondisi kasur harus dalam berbentuk “N” Kalau ada pasien yang meninggal, maka harus membalikkan kasur. Kalau tidak, salah-salah malam hari bisa berebut kasur dengan hantu…
Pada malam hari, seorang pasien masuk. Dia mengalami radang paru-paru mengakibatkan terjadi sepsis, kondisinya gawat. Dia tidak punya anak. Dan sanak keluarganya juga tidak ada yang mempersiapkan penanganan memadai. Selain itu pemberian antibiotik Cefa+Genta+Metronidazole pun sudah tidak ada efek. Ini sepertinya kemungkinan besar akan tak tertolong…
Dan memang pada saat malam menjelang jam 12, detak jantung turun menjadi 40 ke bawah. Anggota keluarga pun mengatakan untuk melepaskan alat bantu di rumah sakit saja. Dokter yang sedang sial seperti saya terpaksa harus menulis surat keterangan medis dan berpesan pada perawat, kalau sudah saatnya harus mengumumkan waktu kematian, panggil saya.
Kira-kira lewat jam 12, jantungnya berhenti. Setelah saya mengumumkan jam kematiannya, jenazah dipindahkan ke ranjang kecil, saya pun mengurus surat keterangan kematian. Ranjang yang kosong ini kebetulan dipakai lagi untuk penanganan gawat darurat seorang pasien kecelakaan yang kakinya patah. Di kondisi seperti sekarang itu, yang paling kasihan adalah perawat. Membersihkan ranjang di tengah malam merupakan pekerjaan yang super melelahkan. Apalagi karena ada pasien baru yang sudah menunggu. Ini bukan salah saya yah.
Tengah malam jam tiga, pasien baru ini ditempatkan di ranjang itu. Kaki patah tidak harus segera dioperasi. Dokter spesialis tulang di rumah sakit sini juga tidak melakukan operasi darurat di tengah malam. Jadi setelah diberi suntikan untuk mereda rasa sakit kami pun pergi. Lalu mulailah kejadian yang paling melelahkan itu.
Awal-awalnya, setengah jam setelah kami pergi jantung pasien tiba-tiba tidak stabil, jadi saya dihubungi. Akhirnya saya pun memberikan kejutan listrik dua kali. Akhirnya kami memasang mesin ECG untuk memantau kondisinya. Setelah memastikan kondisi jantungnya sudah stabil baru kami pergi lagi. Setengah jam lagi ternyata terjadi tachycardia! Kembali saya berikan kejutan listrik dua kali. Kali ini saya pun bertanya lebih detail mengenai catatan medisnya ke anggota keluarga. Dia tidak memiliki catatan sejarah penyakit apa-apa. Ya jelas saja, seorang pria baru berusia awal 30-an mana mungkin ada penyakit jantung seperti begini! Setelah diberikan obat, kami pergi lagi. Dan setengah jam kemudian dia kambuh lagi!
Anggota keluarga pun juga mulai panik, sambil menangis bertanya ini karena apa, apa mungkin jantungnya rusak gara-gara tabrakan… Setelah melakukan penyelamatan sebanyak empat kali, saya gak peduli lagi, pokoknya pasang Cordarone IVD dulu baru lihat bagaimana! Lalu pada saat menghitung takaran obat, anggota keluarga pasien sebelah yang tidak bisa tidur pun menghampiri saya….
Anggota Keluarga : “Dok, kamu ada melihat tidak?”
Saya : “Apa?” (Nih orang gak bisa lihat orang sedang sibuk kah?)
Anggota Keluarga : “Orang itu!”
Saya : “Yang mana?”
Anggota Keluarga : “Orang yang berdiri di samping ranjang itu!”
Saya : “???”
Anggota Keluarga : “Samping ranjang situ ada orang. Setiap kali kalian pergi dia akan memanjat ke ranjang, lalu kalian terpaksa datang menolong. Setiap kali setelah dikejut, dia baru akan turun. Tapi begitu kalian pergi dia akan naik lagi!”
Saya : “Oh ya?”
Kali ini saya gamang. Bagaimana mungkin bisa terkena kasus seperti begini? Kebetulan kepala perawat yang bertugas juga karena terus ikut melakukan penyelamatan, jadi ingin tahu juga penyebabnya apa. Saya pun beritahu ke kepala perawat mengenai tadi. Kepala perawat pun bertanya ke dua perawat. Dan…
Ternyata benar! Karena perawat yang satu yang bertugas membersihkan ranjang ini belum berpengalaman, sedangkan yang satu lagi karena sedang sibuk juga tidak bisa membantu, jadi pada saat selesai membersihkan ranjang dia LUPA MEMBALIKKAN KASUR!
Bagaimana ini? Ini “Orangnya” masih terbaring di bagian bawah. Setelah dipikir-pikir, akhirnya kami memutuskan untuk memindahkan pasien patah tulang ini ke ruang lain untuk istirahat. Di situ gak ada kasur, lihat bagaimana “dia” bisa naik ke atas!
Dan seperti itulah. Rumah sakit Taiwan terkadang ada tradisi untuk membalikkan kasur ranjang agar tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan.
(Bersambung ke Cerita Hantu di Rumah Sakit Taiwan Bagian 10)
Leave a Reply