Umumnya, menurut kepercayaan yang umum di masyarakat, manusia itu ada rohnya. Ketika meninggal roh akan keluar dari tubuh. Nah setelah itu tergantung agama masing-masing. Ada yang percaya dia akan dibawa ke surga atau neraka sesuai perilaku semasa hidup.

Ada juga yang percaya dia akan langsung reinkarnasi menjadi manusia kembali. Kepercayaan lain mengatakan dia akan menjadi hantu dan gentayangan di bumi.

Nah itu ceritanya kalau orangnya sudah meninggal. Apa yang terjadi ketika orang itu masih hidup tetapi sekarat? Mungkinkah rohnya keluar? Cerita kali ini sangat menarik, karena menyangkut roh pasien sekarat yang “terlempar” keluar.


Ceritanya ada satu pasien yang sudah nenek-nenek di rawat di kamar berkapasitas satu orang. Selama beberapa hari ini kesadarannya muncul dan hilang, muncul dan hilang, begitu terus menerus. Kami sebenarnya menyarankan ke keluarga untuk menyetujui DNR (do-not-resuscitate, alias jangan diselamatkan) saja. Namun, setelah melewati beberapa kali diskusi panjang, pihak keluarga tetap memutuskan untuk tetap mempertahankannya.

Akibatnya aura kematian di dalam ruangan itu terasa pekat. Kami membantu memasang selang pada nenek, dan mengantarnya ke ruang ICU.

Sebenarnya proses pemasangan selang sederhana saja. Oleh karena itu gue cukup serahkan ke perawat buat urusan itu saja. Setelah memberi pengarahan melalui telepon, gue pun mulai menulis rekaman medis hari ini.

Tiba-tiba telepon berdering, maka dengan reflek langsung gue angkat dong. Beberapa saat kemudian dari seberang terdengar suara yang membuat bulu kuduk merinding….

Gue : “Halo.. Ruang perawat.”

Nenek : “…. susah sekali, saya tidak bisa bernapas…”

Telepon berdering sendiri

Inilah telepon yang berdering itu…

Jelas-jelas itu suara pasien nenek. Tetapi masalahnya beliau sudah dipindahkan ke ruangan ICU. Kok bisa-bisanya malah ada panggilan telepon ke sini?

Lalu gue melihat layar telepon. Tertera angka nomor 20? Bukannya itu nomor kamar satu orang yang tadinya ditempati si nenek. Emang di dalamnya masih ada orang? Wew, gue harus gimana?

Saat itu, seorang bibi perawat lewat. Dia melihat layar tertera angka 20, jadi dia lebih mendekat untuk cek gue lagi napain. Setelah si bibi memastikan gua memang sedang berbicara dengan pasien kamar 20. Akhirnya si bibi mengambil alih telepon itu.

Bibi : “Nek, kamu sekarang sudah gak di kamar itu lagi. Kamu sudah dipindahkan ke ruang ICU. Segera ke situ yah. Anggota keluarga nenek masih menunggumu di sana. Sini saya jelaskan cara perginya. Lewat tangga, turun ke lantai 3. Pas keluar dari tangga, pergi ke pintu sebelah kanan. Nah nenek ada di urutan ke lima. Ingat yah, urutan ke lima lho… Segera kesitu saja yah Nek…”

Nenek : “…. Ooh…”

Si bibi dengan tenangnya meletakkan gangang telepon kembali, dan melanjutkan menulis rekam medis perawatnya. Namun karena melihat gue masih agak syok dengan kejadian barusan, dia tersenyum menjelaskan “Sang pasien kan sudah renta, badannya lemah. Kalian tadi malah dengan tergesa-gesanya memindahkannya, akibatnya yah dia jadi keluar. Lalu kalian lebih parahnya lagi, kalian buru-buru pindah ke bawah. Orang rohnya masih belum sempat kembali ke badannya.”

Lalu dia pun bergumam sendiri “Sepertinya beliau gak akan melewati malam ini…”


Mungkinkah si bibi perawat itu benar? Atau sebenarnya hanya orang usil? Mengingat di kamar 20 itu sekarang sudah kosong, mungkin saja ada yang berlaku usil dengan si dokter. Tetapi buat apa?