Bermain Petak Umpet dengan Hantu
Keringat dingin membasahi sekujur tubuhku. Saya menahan napas, tidak sehembus nafaspun berani saya keluarkan. Saya mulai menyesal dengan apa yang sudah saya lakukan. Tetapi semuanya sudah terlambat. Permainan ini harus diselesaikan. Atau..
Sabtu sore itu hanya saya seorang diri di rumah. Ayah dan ibu keluar kota karena ada urusan dan mereka baru akan pulang setelah besok pagi. Sore itu, dengan bosan saya berselancar di Internet membaca-baca artikel sana sini tanpa tujuan. Dan tiba-tiba menemukan satu artikel yang menarik perhatian saya.
Seorang blog, yang entah siapa penulisnya, memposting cara untuk melihat hantu. Tidak ada artikel lain di blog itu, hanya sebuah postingan, dan postingan itu mengajar cara bermain petak umpet dengan hantu di Jepang, namanya Hitori Kakurenbo. Saya sebetulnya termasuk orang yang menyukai hal-hal mistis, walaupun sebenarnya juga cukup kritis dan skeptis.
Setelah membaca sesaat saya pun memutuskan untuk mencobanya. Toh tidak ada kerjaan di rumah. Dan siapa tahu memang terjadi sesuatu? Mungkin saya bisa bertemu hantu? Walaupun seorang gadis, saya bukanlah penakut (itu sebabnya saya menyukai hal-hal mistis dan seram).
Nah, menurut artikel itu saya perlu menyiapkan boneka. Dianjurkan boneka yang tidak berbentuk manusia, karena arwah yang masuk ke boneka manusia cenderung lebih sulit untuk keluar. Jadi saya mengambil salah satu boneka beruang berukuran kecil.
Kemudian boneka itu harus dikeluarkan kapasnya dan ganti dengan beras dan perlu memasukkan salah satu bagian tubuh dari pemain. Saya memutuskan memasukkan kuku saja. Dan terakhir lilitkan benang merah pada sekujur tubuh boneka.
Persiapan sudah selesai.
Menurut petunjuk artikel blog itu, saya perlu menyebutkan nama saya tiga kali bahwa saya yang jaga dulu. Kemudian saya perlu menaruhnya di dalam wastafel yang terisi air. Hitung satu sampai sepuluh dengan mata tertutup (seperti layaknya main petak umpet sebagai orang yang jaga). Kemudian pergilah ke tempat boneka itu berada dan tusuklah boneka itu sambil berkata aku menemukannya tiga kali. Dan dilanjutkan mengatakan dia yang jaga berikutnya, setelah itu segera lari untuk bersembunyi.
Menurut artikel itu, saya harus sesegera mungkin berlari, dan untuk membantu, lebih baik nyalakan TV saja. Jika sudah bersembunyi cukup lama, keluar dan cari boneka itu. Kalau sudah ketemu siram air garam ke boneka, dan terakhir jangan lupa dibakar.
Ok, kedengarannya sederhana. Petualangan ini akan sangat menarik di malam ini, pikir saya. Sungguh naif saya waktu itu.
Jam sudah menunjukkan hampir jam 3. Jadi saya menutup semua lampu dan alat elektronik di rumah. Sengaja saya biarkan TV tetap nyala. Semua jendela dan pintu memang sudah terkunci semenjak jam 9 tadi. Jadi rumah ini sudah terkunci rapat. Sekarang saatnya membawa boneka itu ke kamar mandi.
Saya memberi nama boneka itu “Lisa”. Saya pun menyebut nama saya terlebih dahulu, “Vania yang jaga, Vania yang jaga, Vania yang jaga.” Letakkan boneka ke wastafel yang sudah terisi air penuh. Karena boneka ini sudah terisi beras, dia langsung tenggelam ke dasar wastafel.
Berikutnya saya lari ke ruang tamu dan menghitung sampai 10. Ruang tamu sangat gelap sekali. Hanya cahaya dari luar jalan yang menerangi ruangan tamu. Saya menghitung pelan-pelan, “Satu.. dua.. tiga.. empat..”
Setelah selesai saya kembali ke kamar mandi. Boneka itu masih ada. Sambil mengeluarkan pena mekanik dan menusuk boneka saya berkata “Lisa ketemu, Lisa ketemu, Lisa ketemu.” Saya menaruh pena mekanik ke samping boneka yang di dalam air lalu melanjutkan “Sekarang giliran Lisa, Sekarang giliran Lisa”. Sambil menahan napas saya pun menyebut sekali lagi “Sekarag giliran Lisa.” Langkah selanjutnya, akhirnya sesuai yang ditulis blog itu..
Lari. Lari secepat mungkin dari situ.
Aku segera berlari ke kamar saya dan mengunci pintu kamar, dan supaya aman saya bersembunyi dalam lemari. Saya duduk diam tidak bergeming. Sayup-sayup saya mendengar suara perbincangan yang datang dari TV.
Saya mencoba menunggu dan menunggu. Perbincangan di TV tadi sudah memasuki pariwara ke dua. Tidak terdengar suara aneh selain TV. Ah jangan-jangan saya melupakan sesuatu? Dan tiba-tiba saya teringat satu hal. Saya belum mempersiapkan air garam.
Duh! Mengapa saya sampai melupakan air garam? Sudah berapa lama tadi saya di dalam lemari? Sepertinya tidak terjadi apa-apa. Saya rasa ini bodoh sekali. Dan akhirnya memutuskan beranjak dari lemari yang pengap ini dan menuju pintu untuk meraih ganggang pintu, tiba-tiba saja..
Bzzzzt..
Suara TV berubah menjadi statis. Apakah itu artinya boneka itu sudah berada di ruang tamu?
Bzzzzzzzt..
Suara statis saja. Buru-buru saya kembali ke lemari tadi. Sial! Sial! Garam adanya di dapur. Dan untuk pergi dapur harus melewati ruang tamu. Bagaimana caranya saya pergi ke sana?
Suara statis TV tiba-tiba mengecil. Seolah-olah ada yang menurunkan suara volumenya. Semakin lama semakin kecil. Saya mencoba menajamkan telinga, tiba-tiba saja suara TV bersuara gelegar
“SAYA SUDAH TAHU KAMU DI MANA!”
Hampir saja saya pingsan. Suara TV tiba-tiba menjadi jernih kembali dan volume suaranya tinggi sekali. Dan apakah itu sebuah kebetulan belaka ketika dari TV keluar kata-kata itu?
Yang pastinya suara TV sekarang jadi menghilang kembali setelah tadi. Tidak ada suara lain lagi sekarang selain sayup-sayup suara jengkrik, dan .. krieeek krieeeek kriieeek.. suara pena diseret!
Saya masih ingat pena yang saya pakai untuk menusuk adalah pena mekanik logam. Dan suara itu adalah suara gesekan lantai keramik dengan pena.
krieeek.. krieeek.. KRRIIiEEEEK.
Suara itu semakin dekat, dan berhenti tepat di kamar saya.
Keringat dingin membasahi sekujur tubuhku. Saya menahan napas, tidak sehembus nafaspun berani saya keluarkan. Saya mulai menyesal dengan apa yang sudah saya lakukan. Tetapi semuanya sudah terlambat. Permainan ini harus diselesaikan. Atau..
Entah sudah berapa menit berlalu. Saya tidak mendengar suara apa-apa lagi, semenjak suara gesekan pena tadi. Saya teringat satu hal lain. Bahwa permainan ini disarankan dilakukan di bawah satu jam. Karena jika di atas satu jam, maka kekuatan roh itu akan lebih kuat. Pada saat itu, maka situasi tidak akan terkontrol.
Aku, mengumpulkan segenap keberanian dan menyusun rencana. Toh boneka itu kecil. Kalau saya tiba-tiba buka pintu dan melompatinya seharusnya saya bisa langsung ke arah dapur. Mengambil garam, dan mencampurnya ke air. Segera meminum sebagian lalu menyemburnya dan sisanya langsung disiram ke boneka itu.
Iya, seharusnya cara itu bisa berhasil. Toh boneka itu kecil, bisa secepat apa dia?
Di luar kamar masih tidak terdengar sesuatu. Saya menekan kenop pintu tanpa bersuara, dan dengan sangat perlahan melirik keluar. Gelap. Tidak ada apa-apa. Tetapi kegelapan pekat ini sungguh menyeramkan. Saya membayangkan boneka itu akan berada tepat di wajah saya dan menusukkan penanya ke saya. Saya membuang jauh-jauh pemikiran itu. Dan berjalan perlahan-lahan.
Dengan bantuan cahaya HP saya menelusuri jalan, melewati ruang tamu. Di ruang tamu juga tidak terlihat ada yang aneh, kecuali TV yang saat ini sudah mati..
Mungkin TV-nya sudah tua sehingga bermasalah. Tadi mungkin juga memang lagi bermasalah. Pikir aku mencoba tetap berpikir dengan nalar.
Memang tidak ada apa-apa. Akhirnya dengan tenang saya pun berjalan ke dapur. Segera ambil air garam dan selesaikan permainan ini. Saya sudah cukup hapal di mana garam diletakkan karena biasanya saya juga memasak.
Jadi tanpa perlu bantuan cahaya, tangan saya pun meraih sebuah tempat garam. Tangan saya menyentuh sebuah penutup garam. Itu yang ada di pikiran saya. Tapi pada faktanya tidak. Tangan saya menyentuh sesuatu yang basah..
Basah dan dalamnya berisi seperti butiran-butiran beras.
Saya hampir pingsan. Tetapi dengan berani saya mengarahkan HP saya ke arah benda itu.
Boneka beruang yang dililit benang merah… Tergeletak di sana. Dengan pena mekanik di sampingnya. Boneka yang tadinya di kamar mandi entah bagaimana sekarang berada di dapur.
Boneka itu ada di sana. Tepat di sebelah garam. Tetapi dia tidak bergerak. Tidak berkedip. Tidak menunjukkan reaksi apa-apa walaupun tangan saya tadi menyentuhnya.
Sambil tangan bergemetaran hebat saya segera mengambil garam, mengambil air dari keran dan mengaduk garam. Tetapi tangan saya bergetar terlalu hebat, saya bahkan tidak bisa mengaduk dengan benar.
Saya terpaksa menggigit HP saya untuk pencahayaan, menggunakan satu tangan memegang gelas dan satu lagi untuk mengaduk. Untuk pertama kali dalam hidupku saya begitu gemetar. Setelah selesai mengaduk, tanpa banyak pikir saya meneguk setengahnya. Asin sekali! Saya tadi menaruh garam banyak sekali.
Saya perhatikan boneka itu masih belum bergeming.
Saya segera menyemburnya. Tidak terjadi apa-apa.
Sisa air saya siram ke boneka itu. Segera itu saya pun mengambil kantong plastik untuk membungkusnya. Saya sengaja membungkus beberapa lapis kantong plastik. Diikat dengan erat. Dan untuk menambah rasa aman saya, saya menambah double tape untuk menutupnya.
Segera saya mencari-cari korek api. Mengambil kantong plastik itu keluar, dan langsung membakar. Butuh keempat atau kelima kalinya baru api menyala dari korek. Tangan saya masih bergetar hebat.
Di halaman rumah, saya pun membakar kantong plastik itu. Api menyala terang di tengah malam. Dan tiba-tiba saja terdengar suara tertawa yang entah datang dari mana. Saya menoleh ke kiri dan ke kanan. Tidak ada siapa-siapa. Tetangga seharusnya masih tidur di jam ini. Saya tidak mempedulikannya. Dan setelah tidak tersisa apapun, saya pun kembali ke kamar.
Memang boneka sudah berhasil dibakar. Tetapi entah mengapa semenjak hari itu saya selalu merasa ada yang mengikuti. Bahkan di saat seperti ini ketika saya sedang browsing Internet seperti biasanya. Sepertinya ada yang memperhatikan saya dari belakang..
Gileee. Yang ini mantap bner ceritanya gan. Salut aku. Berani bner main game itu. Aku aja ketakutan baca cerita ini