Akibat Bermain Jelangkung (Bagian 8)
Apa yang dijelaskan teman saya itu betul-betul pelik. Mendengar kasusnya begitu rumit, saya pun dengan tergagap bertanya apakah ada jalan keluar.
Teman saya hanya geleng-geleng kepala. Dia mengaku kemampuan dia tidak cukup untuk membantu masalah ini. Harus mencari seorang pendeta Tao yang sudah sangat berpengalaman untuk melakukan ritual di kuil Chenghuang. Tujuannya adalah untuk meminta Dewa Chenghuang untuk membantu mengurus masalah Yin Yang ini dan membuat “kesepakatan damai”.
Seperti yang sudah dijelaskan oleh teman saya sebelumnya, roh gentayangan berada di bawah naungan Dewa Chenghuang (Dewa Kota). Jadi, mungkin saja roh tersebut akan menaati perintah Dewa. Kita tidak bisa mengetahui jalan pikir roh.
Lebih lanjut teman saya mengatakan, “Bahkan seorang dokter terhebat pun tidak akan bisa mengobati dirinya sendiri.” Saya hanya duduk diam mendengar kata-kata itu saja.
Karena penasaran saya kembali bertanya, “Omong-omong karena yang menganggu kami ini adalah roh terikat, kalau kami sudah tidak tinggal di kamar itu lagi, berarti gak akan kena masalah lagi bukan?”
Teman saya menjawab “Kalau saja kalian tidak cari gara-gara, tidak mengganggu dia, maka seharusnya dia tidak akan apa-apain. Tetapi kalian waktu itu sudah membantu dia dengan membuat jalur Yin Yang, sehingga dia sudah mematok pada teman kalian yang itu. Jadi, tidak peduli teman kamu pergi ke mana, roh itu pasti akan melalui jalur Yin Yang ini untuk mencari teman kalian, jadi mana ada batas tempat lagi!
Si A kemudian tanya, “Jadi, memang gak ada jalan keluarnya?”
Teman Tao sambil tersenyum menjawab, “Kalau saja ada solusi, mungkinkah saat ini roh itu masih bisa berkeliaran dan mencelakai orang?”
Setelah pertemuan itu, saya memutuskan tidak akan kembali lagi ke asrama itu. Beberapa hari kemudian saya pergi ke sana untuk packing semua barang dan pindah keluar. Teman yang lain juga akhirnya pindah ke tempat lain sampai lulus. Si C yang walaupun sudah pindah ke apartemen baru, tetap saja hari demi hari dia terlihat semakin lemah.
Namun, dengar-dengar, berkat salah satu rekomendasi seorang master tantrayana, dia bertemu seorang Pendeta Tao untuk melakukan ritual di kuil Chenghuang, baru akhirnya berhasil lepas dari cengkraman roh itu.
Pada hari wisuda, saya bertemu kembali dengan teman-teman yang pernah sekamar. Si C walaupun terlihat tidak ada masalah apa-apa lagi, tetapi waktu itu dia terlihat jauh lebih kalem. Si C cerita, beberapa hari setelah proses ritual, sang pendeta Tao yang melakukan ritual mengalami kecelakaan di jalan. Dengar-dengar sampai dirawat inap di rumah sakit.
Sambil menunggu sesi penyebutan nama-nama wisudawan, saya juga sengaja pindah tempat duduk mencari teman saya yang ngerti Tao itu. Saya memberi dia kabar terakhir mengenai si C, sekalian juga menyinggung perihal Pendeta Tao yang kecelakaan. Dia ternyata tidak merasa heran, dan malah dia sudah memprediksinya.
Dia menjelaskan sebetulnya ritual memohon Dewa Chenghuang tidak butuh kemampuan tinggi. Semua pendeta bisa melakukannya. Soalnya yang harus dilakukan hanya cukup memohon ke Dewa Chenghuang. Jadi ini hanya ritual permohonan, sama sekali tidak membutuhkan kemampuan apa-apa.
Yang terpenting adalah niat tulus untuk menggugah Dewa Chenghuang. Tetapi coba dipikirkan saja. Biarpun roh itu harus mendengar perintah sang Dewa Chenghuang, apakah mungkin dia menerimanya dengan ikhlas begitu saja?
Sudah pasti roh itu akan berusaha mencari si Pendeta Tao itu untuk balas dendam. Pada saat itu, saya kembali teringat ucapan dia “Dokter terhebat sekalipun tidak bisa mengobati dirinya sendiri.” Saya mulai paham maksudnya. Pendeta Tao jugalah hanya manusia, yang bisa diganggu hantu juga…
Penutup
Jujur, kisah ini ada beberapa bagian kecil merupakan imajinasi saya pribadi, tetapi sisanya merupakan kisah nyata pengalaman pribadi. Ketika menulis kisah ini saya berusaha mengingat-mengingat perasaan dan kondisi pikiran saya waktu itu, sehingga pembaca bisa ikut merasakan apa yang saya rasakan tanpa harus mengalaminya langsung. Bisa saja tidak seakurat kejadian nyata, karena kejadian ini sudah sangat lama sekali.
Teori teman Tao saya itu mengenai Tiga Jiwa dan Tujuh Roh, pada awalnya saya hanya sekedar mendengar saja. Tetapi seiring dengan pengalaman hidup dan kejadian yang saya jumpai. Saya menjadi lebih memahami. Apakah mungkin tiga Jiwa ini sebetulnya seperti tiga sistem peredaran di tubuh manusia?
Jiwa Utama merepresentasikan sistem pernapasan, Jiwa Lahiriah merepresentasikan sistem peredaran limfa, dan Jiwa Perasa seharusnya merupakan sistem syaraf. Kejadian teman saya yang dirasuki ditengah malam sebetulnya mirip dengan gejala tidur berjalan. (somnambulism).
Jika menggunakan teori Tiga Jiwa ini sebetulnya cukup bisa diterima. Sebetulnya ilmu pengetahuan dan ilmu metafisika merupakan dua dunia yang berbeda. Namun pasti selalu ada hal-hal tertentu yang justru metafisika bisa menjelaskan lebih baik. Ini sebetulnya sangat menarik.
Kalau kalian mengatakan kecelakaan si Pendeta Tao ini hanya kebetulan belaka, sebetulnya tidak masalah bagi saya. Yang pastinya semenjak kejadian-kejadian itu saya semakin menghormati alam dan hal-hal yang tidak kasat mata.
Tamat
Cerita nya menarik dan menegangkan..
Bagus dijadikan film..
Good B-)
saya yang selama ini hanya menjadi silent reader terpaksa harus memberikan komentar, KEREN banget ceritanya.
Mantap bang billy ceritanya.. saya baca dari bagian 1-9 bikin jantung saya berdebar debar:v meskipun ga berada di posisinya langsung:v
Walau tidak terlalu menyeramkan, banyak pelajaran yang bisa di ambil, penggunaan bahasanya juga baik
Terbaik boboi boy. .hahhaah. .keren. .mantap. .?
Bagus sekali penggambaran dan alur cerita nya. Saya percaya bahwa di dunia ini ada beberapa dimensi yang melalu media sesuatu dimensi2 itu bisa bersatu. Seperti halnya kita manusia bisa marah dan mebalas dendam, begitu juga dengan mereka, hanya saja untuk melakukan rekonsiliasi dan kompromi dengan mereka proses nya tidak mudah karena beda nya dimensi ini. Jadi, pahami mereka agar kita tidak bersinggungan dengan mereka.