Entah sudah berapa lama wajah itu sudah menatap saya Pikiran saya masih blank gara-gara dikejutkan seperti begitu. Saya tatap terus wajah itu, gak berani berpaling.

Dalam kegelapan saya tetap bisa mengenali wajah itu. Itu adalah si C, teman sekamar saya. Dia memang tidur di ranjang bagian atas saya. Entah apa tujuannya di malam-malam begini melihat saya…

Sesaat kemudian, kepalanya mulai bergoyang ke kiri dan ke kanan. Kedua matanya tetap mengarah ke saya, namun saya bisa melihat itu adalah tatapan kosong. Dia sepertinya tidak dalam keadaan sadar.

Tidak lama kemudian, dia mulai menarik kembali kepalanya. Saya kira dia balik tidur, ternyata beberapa saat kemudian saya malah melihat kakinya. Ternyata dia mau turun!

Kakinya bergoyang beberapa saat kemudian badannya pun perlahan-lahan turun ke bawah.

Saat ini saya masih terbaring diam di kasur saya.

Saya bisa melihatnya dengan jelas sekarang, karena dia sekarang berdiri di samping saya. Kedua tangannya lurus di samping badannya. Lalu dia mulai berjalan kesana kemari. Kadang-kadang dia berhenti beberapa menit tanpa bergerak, terdengar bergumam sesuatu. Dan di lain waktu dia berjalan ke depan meja belajar lalu berbalik arah kembali.

Lalu tidak lama kemudian dia berjalan ke ranjang si B. Tanpa diduga, dia malah membungkuk badannya ke arah B seperti ingin melihat wajah B lebih dekat.

Setelah itu, dia berdiri tegak lagi. Kali ini dia berjalan ke arah samping ranjang saya. Saya tidak berani melihatnya, jadi saya pura-pura menoleh samping dan tidur.

Saya pejam mata cukup lama. Mungkin ada sekitar 5 menit kemudian saya mendengar dia masuk ke kamar mandi.

Saya sudah ketakutan hingga kesulitan bernapas. Tidak lama kemudian, muncul suara yang mirip menangis tapi juga mirip tertawa, sama seperti deskripsi teman kamar sebelah!

Saat itu saya sangat takut hingga tidak berani bergerak. Tapi saya tetap penasaran dengan apa yang terjadi di dalam kamar mandi, sehingga saya mencoba memicingkan mata untuk melihat ke dalam kamar mandi.

Karena sudah cukup lama, akhirnya mata saya mulai agak terbiasa dengan suasana remang-remang dalam kamar. Secara samar-samar saya bisa melihat C di dalam kamar mandi. Saya hanya melihat dia membungkuk dan sedang membenamkan kepalanya ke dalam bak air.

Lalu sepertinya dia sedang berbicara di dalam air karena dari dalam bak muncul gelembung-gelembung udara. Lalu berikutnya mirip suara tangisan. Saya tidak hentinya berdoa semoga ini segera berakhir. Semoga ini segera berakhir. Kedua tangan saya memegang jimat dengan erat.

Beberapa saat kemudian C perlahan-lahan mengangkat kepalanya. Kemudian dengan kepala basah dia berjalan mondar mandir di dalam kamar mandi. Lalu akhirnya keluar lagi kamar mandi menuju pintu kamar.

Saya rencananya begitu dia keluar dari kamar ini, akan langsung saya bangunkan anak-anak yang lain. Soalnya khawatir ini akan timbul masalah.

Pada saat dia sedang perlahan-lahan memutar kenop pintu, tiba-tiba si C membalikkan badannya melihat saya lagi! Saya yang tadinya sudah mau menghela napas lega, tidak siap dengan perubahan mendadak itu, sehingga secara refleks berteriak “AH!”

Saat itulah dia diam tidak bergerak. Beberapa saat kemudian dia menutup pintunya kembali.

Berjalan ke arah saya.

Saya merasa marabahaya akan datang. Jadi langsung menutup mata. Dengan tangan memegang jimat, diam tanpa menggerakkan satu anggota badan sedikit pun.

Saat itu setiap detik bagaikan sejam. Saya gemetaran. Dan saya juga mulai merasakan si C sudah sampai di samping saya. Saya menutup mata lebih rapat lagi, hanya berharap semoga cepat-cepat tertidur. Beberapa saat kemudian saya merasa kasur saya agak miring sebelah, diikuti suara ranjang. Sepertinya si C duduk di atas kasur saya. Kali ini saya betul-betul tidak bisa kabur!

Saya tetap tidak berani membuka mata saya. Tetapi saya merasakan suara napas si C semakin lama semakin dekat. Saya rasa dia pasti sedang menatap saya dari dekat dengan tatapan kosongnya itu (seperti tadi menatap si B). Saya merasa diri saya seperti seekor domba yang siap dijagal.

Tapi ternyata tidak lama berselang saya mendengar si C malah kembali naik ke atas ranjangnya (saya mendengar dia menaiki ke atas). Dan seperti begitulah kamar kami kembali menjadi tenang kembali. Yang terdengar hanyalah detak jantung saya yang masih berdebar-debar. Selain itu, betul-betul sunyi. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Setelah cukup lama, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuka mata….

Kondisi kamar memang diam. Saya sampai ragu, apakah yang tadi itu semua hanya imajinasi saya?

(Bersambung…)