Namaku Gen Yamada, saya kelahiran tahun 1980 tepatnya di Tokyo, Jepang. Sejak memasuki perkuliahan jurusan Antropologi, saya sangat menyukai budaya Indonesia, oleh sebab, itu pada tahun 2000 saya terpilih oleh universitas untuk melakukan penelitian tentang budaya di Indonesia dan dengan antusias saya sampai ke kota Surabaya.

Tidak lupa saya membawa sebuah pedang samurai sebagai hadiah untuk Bapak Herman, yang merupakan ketua pembina penelitian ini. Bapak Herman merupakan orang yang ramah, dia berkantor disebuah perpustakaan umum di kota Surabaya ini, setelah berbincang – bincang, saya memberikan pedang samurai yang saya bawa dari Jepang sebagai hadiah perkenalan, dan sangat mengejutkan, Pak Herman juga mempunyai pedang samurai yang dia berikan kepada saya, dan lebih mengherankan lagi adalah pemilik pedang ini mempunyai nama belakang yang sama dengan saya, yaitu Yamada, nama tersebut terukir dipedang itu.

“Oh iya ? Mungkin ini hanyalah kebetulan, pedang ini adalah peninggalan tentara Jepang saat melakukan invasi ke Indonesia saat itu” kata Pak Herman.

“Mungkin saya jodoh dengan pedang ini. Pak Herman saya sudah agak letih, saya akan kembali ke hotel dan melakukan penelitian dokumen di sini besok pagi” jawabku dengan segan karena saya merasa benar – benar tidak enak ketika dia menceritakan masa penjajahan.

Di hari berikutnya sesampai di perpustakaan saya meminta ruangan yang tenang agar saya bisa meneliti dokumen – dokumen peninggalan zaman perang dengan tenang, tetapi di perpustakaan yang sederhana ini memang tidak ada ruangan yang bisa dikatakan jauh dari kebisingan, akhirnya saya di sarankan untuk mengambil ruang dibawah perpustakaan ini.

Saya memasuki ruang bawah tanah yang banyak debu dan gelap, saya memerlukan 1 jam untuk membersihkan ruangan ini dan dengan bantuan staff perpustakaan untuk memasang bola lampu, saya menemukan sebuah komputer yang lumayan baik yang masih bisa berfungsi dengan WINDOWS 95, tidak masalah bagiku, akan saya gunakan untuk buat catatan kecil sementara di notepad.

Sudah 3 hari berlalu dan saya merasa sudah nyaman di ruangan ini hingga akhirnya saya panik ketika hari keempat, ruanganku berantakan, kertas dan catatanku berserakan, saya merapikannya kembali tetapi saya tidak melapor ke staff perpustakaan karena saya mendengar rumor bahwa masih ada orang – orang tua yang masih membenci orang Jepang karena masa penjajahan dulunya. Akhirnya kejadian ini berulang kali hingga akhirnya saya memutuskan untuk menangkap orang yang berulah tersebut.

Malam harinya saya kembali ke perpustakaan dan rencana ingin sembunyi diruanganku, tetapi sebelum saya buka pintu saya mendengar teriakan didalam ruangan, alangkah kagetnya ketika saya masuk ke ruanganku, tidak ada orang dan kertas kertas menjadi berantakan. Pintuku tertutup sendiri dan dengan panik saya melihat layar komputer yang hidup tertulis, SIAPA KAMU ? dalam bahasa Jepang, saya memberanikan diri dengan mengetik kembali untuk membalas pesan makhluk mistis tersebut.

GEN : “SAYA ADALAH GEN YAMADA, DAN SIAPA KAMU”

MISTIS : “SAYA ADALAH YASUO YAMADA, KAMU ADALAH ORANG JEPANG JUGA BUKAN ?”

GEN: “BENAR”

MISTIS : ” APAKAH INGGRIS YANG DI BRUNEI BERHASIL DIUSIR KEMBALI”

GEN : “MAAF TUAN, JEPANG SUDAH KALAH DAN PERANG SUDAH BERAKHIR PULUHAN TAHUN YANG LALU’

MISTIS : “TIDAK MUNGKIN !!!”

Makhluk mistis tersebut tidak lagi membalas pesan – pesan saya berikutnya, keesok paginya saya kembali melakukan penelitian dan saya mencoba lagi menghubungi YASUO, akhirnya kali ini Yasuo lebih tenang dan kami melakukan perbincangan, heran juga, saya tidak takut dengan hantu ini dan saya merasa aman ketika melakukan komunikasi dengan dia, saya menceritakan berbagai hal, dari keadaan keluargaku, apa yang terjadi di Jepang setelah perang dan lain – lain, dia juga menceritakan kembali bagaimana dia meninggalkan keluarganya dan hingga ke Indonesia, akhirnya penelitianku diIndonesa bakal selesai dan saya meminta izin.

Akhirnya Yasuo menceritakan kepadaku bahwa saya adalah cucunya, dia sudah mengetahui siapa diriku ketika saya memberikan nama Nenek dan Ayahku kepada dia. Yasuo bisa menceritakan dengan jelas seperti bekas luka di dahi ayahku hingga kolam yang berada dirumah nenekku dengan teliti, akhirnya dengan berbagai cerita verifikasi, saya percaya Yasuo adalah kakekku.

GEN : ” SEKARANG SAYA AKAN KEMBALI KE RUMAH, APAKAH KAKEK ADA PERMINTAAN ?”

YASUO : “SELAMA INI ARWAHKU TERPERANGKAP DALAM RUANGAN INI KARENA SAYA MENINGGAL DENGAN CARA BUSHIDO YANG TIDAK SEMPURNA, BANTU SAYA CUCUKU, UNTUK MENYELESAIKAN BUSHIDO INI.”

Bushido adalah cara para samurai dan tentara mengakhiri hidupnya ketika kalah perang. Tentara yang melakukan bushido akan menusuk pedangnya ke perutnya kemudian rekannya akan menggunakan pedang samurai untuk memenggal lehernya agar sang tentara bushido tidak merasa sakit dan arwahnya pulang ke tempat asalnya. Apa yang terjadi pada Yasuo, adalah dia merupakan orang terakhir yang melakukan Bushido dikelompoknya, dia membantu memenggal leher rekan perangnya, ketika dia melakukan bushido tidak ada rekan lainnya yang memenggal lehernya akhirnya dia meninggal dengan penuh kesakitan dan bushido yang tidak sempurna.

GEN: “GEN, akan membantu kakek untuk mendapatkan kehormatan terakhir”

YASUO:”AMBIL PEDANGMU, SAYA AKAN MENUNGGUMU DISINI”

Segera saya keruang Pak Herman dan mengambil pedang samurai yang dengan jelas tertulis nama YASUO YAMADA, bergegas saya balik ke ruanganku dan ini pertama kalinya saya melihat arwah kakeku melutut dan tersenyum denganku. “Ayo Cucuku, saya sudah siap” Kakekku bergumam. Saya pun bersiap – siap untuk memberikan penghormatan terakhir kepada YASUO YAMADA, “KRAKKKK” terdengar suara pisau ditusuk ke perutnya sendiri, sebelum arwah kakekku berteriak kesakitan, saya memenggal lehernya. “CROPPPP” suara pedangku dan akhirnya saya tidak melihat arwah kakeku ataupun pesan – pesan muncul dikomputer lagi.

Saya percaya dia sudah pergi ke kuil Yasukuni, dimana arwah para tentara dan korban perang beristirahat selamanya.