Saya berada di dalam kapal selam mini yang ukurannya hanya sekitar 1,5 meter x 1,5 meter. Kapal turun perlahan-lahan menuju dasar laut terdalam sedunia, palung Mariana. Saya akan mengguncang dunia sains dan akademis dengan penemuan ini… Setidaknya itulah yang saya pikirkan awalnya. Tetapi saya sekarang sangat menyesal…

Palung Mariana terletak di sebelah atas pulau Papua, 7 mil dari Pulau Guam. Karena dekat Guam, tempat itu termasuk salah satu daerah milik Amerika Serikat.

Posisi Palung Mariana di sebelah kanan Filipina di atas Pulau Papua

Posisi Palung Mariana di sebelah kanan Filipina di atas Pulau Papua

Asal tahu saja, sampai hari ini, hanya tiga orang yang tercatat pernah sampai di titik terdalam palung ini. Tahun 1960, Walsh and Piccard untuk pertama kalinya mencapai dasar. Kemudian tahun 2004, direktur film Titanic, James Cameron menjadi orang ketiga yang mencapai dasar. Setelah itu hingga tahun 2015 belum ada yang pergi ke dasar lagi. Selain karena biaya yang besar, di dasar terdalam juga tidak ada apa-apa di sana.

Ketika saya menyebut tidak ada apa-apa di sana, percayalah saya tidak berbohong. James Cameron sendiri pernah menceritakan pengalamannya. Ketika dia mencapai titik terdalam, satu hal yang dia rasakan adalah “Kesendirian, kesunyian, keheningan” Di sana, hanya dialah satu-satunya makhluk hidup. Selain itu tidak ada apa-apa lagi.

Sebagai oceanografer saya tahu dia benar. Tekanan di sana mampu meremukkan makhluk apapun. Kalau dianalogi, bayangkan setumpuk matras. Anggaplah kamu terlentang di bawah tumpukan matrasnya. Jika matras ditumpuk-tumpuk hingga tingginya 30cm, kamu tentu tidak merasa apa-apa. Tetapi ketika matras itu ditumpuk hingga 100 meter atau 200 meter, matras itu sudah cukup menggepengkan kamu. Nah sekarang bayangkan air yang setinggi 11.000 meter berada di atasmu…

Karena tekanan seekstrim itu, logisnya tidak ada makhluk hidup yang mampu hidup di situ. Tetapi saya dan kawan-kawan saya ada pandangan yang sedikit berbeda. Tim kami menemukan sesuatu yang sangat aneh. Itu sebabnya kami memutuskan turun ke bawah untuk mengeceknya.

Dua minggu yang lalu, kamera pemantau kami yang terpasang di dasar laut menangkap sebuah objek bergerak. Kami punya alasan kuat itu adalah makhluk hidup.. Bayangan itu bergerak dengan cepat sehingga tidak jelas sebetulnya apa itu.

Misteriusnya, penampakan bayangan itu semakin hari semakin sering semenjak itu. Dalam satu hari bisa muncul beberapa kali. Terakhir kali, kamera kami menangkap objek bayangan itu sampai belasan kali dalam sehari.

Tidak ingin kehilangan penemuan terbesar ini, kami memutuskan turun langsung ke dasar sana untuk mengeceknya…

 

Jadi di sinilah saya. Dalam sebuah kapal selam mini yang hanya muat satu orang. Kapal selam ini berbentuk memanjang vertikal. Kapal selam ini memang didesain untuk bertahan di dalam tekanan super ekstrim, dan cocok digunakan untuk menyelam Palung Mariana.

Kapal selam yang digunakan James Cameron. Saya juga menggunakan kapal selam sejenis ini.

Kapal selam yang digunakan James Cameron ketika turun ke titik terdalam Palung Mariana. Saya menggunakan kapal selam sejenis ini.

Pada saat di kedalaman 1KM, semuanya sudah hitam. Walau saat berangkat sangat terik, namun cahaya matahari tidak mampu menembus sampai sini. Saya menyalakan lampu sorot kapal. Ikan yang bermunculan juga semakin lama semakin aneh.

Seiring waktu 5KM sudah berlalu. Kondisi laut menjadi sangat sunyi. Sunyi sekali. Makhluk yang berlalu lalang, juga mulai jarang kelihatan. Sesekali terlihat bangkai hewan yang perlahan-lahan turun ke bawah.

Sebentar lagi saya akan mencapai dasar juga. Semoga ketika sampai di dasar akan membawa penemuan berharga.

“Lima puluh meter lagi. Siap-siap…”

“Ok Brian,” balas saya.

Saya melongok ke luar jendela, masih sama. Tetap gelap.

 

Kapal selam saya mendarat halus. Saya kembali melihat keluar melalui kaca kapal selam. Cahaya lampu kapal selam saya menyoroti sebuah dinding palung. Lantainya rata, tidak ada rumput laut ataupun karang.

“Dari pantauan kaca saya tidak ada indikasi makhluk hidup,” ujar saya sambil mencoba melihat sejauh cahaya mampu menyorot.

 

“Ok, kita lanjut bzzzzt… rekaman bzzt… moga-moga ada bzzzzt…”

Aneh, mengapa radio kami menjadi ada gangguan statis terus menerus?

“Saya akan coba aktifkan radar sonar,” ucap saya.

“Siap… bzzz.”

“Radar sonar aktif,”  Radar sonar memungkinkan saya melihat sekeliling. Jika ada objek maka akan muncul bintik-bintik di komputer.

Sementara itu, saya hanya bisa menunggu. Karena waktu saya di bawah laut cukup terbatas, saya sangat berharap ikan-ikan itu mau muncul.

Projek penyelaman ini tidak murah. Jika sampai kami pulang tanpa ada bukti nyata, saya khawatir tesis kami akan gagal dan projek ini hanya akan menjadi lelucon teman-teman di kampus.

Saya menatap layar radar dengan jeli. Tidak ada apa-apa di sini.

“Bzzzzt sesuatu…. bzzzzt naik……”

“Apa? Brian? Kamu bilang apa?”

“Bzzzzzzzz bzzzzzz …naik …. bzzzzzzzzt”

Naik?

“Brian. Tidak jelas. Tolong diulangi…”

Bzzzzzzzzz

Tidak ada balasan lagi. Apakah komunikasi radio kami terputus? Itu artinya saya betul-betul terputus dengan dunia luar. Mungkin di permukaan sana ada gangguan radio. Saya mencoba menenangkan diri. Sebentar lagi kita pasti akan terhubung lagi.

Tiba-tiba layar radar menunjukkan ada satu objek, tidak dua objek, mendekat ke sini. Hatiku berbedar-debar. Akhirnya…

Saya menghadap kamera yang terpasang di meja. Kamera ini digunakan untuk merekam di dalam selama saya ekspedisi. Jadi nantinya bisa digunakan juga sebagai materi dokumentasi.

“Sekarang radar kami menangkap ada dua objek tidak dikenal mendekati kapal saya. Melihat kecepatannya berenang, sepertinya kecepatannya hampir sama dengan ikan hiu atau lumba-lumba.”

Saya kembali melihat ke jendela kapal. Masih tidak ada apa-apa. Saya perhatikan di radar.

Dua objek itu terus berenang. Tetapi salah satu dari mereka berenang menjauh. Satu lagi tetap berenang mendekat. Jaraknya sekarang 100 meter. Saya berharap lampu di kapal selam ini dapat memancing mereka untuk datang.

Lampu bip di radar menunjukkan dia masih tetap ke sini. Ikan itu berenang dengan cepat ke arah sini. Sangat cepat. Malah menurut saya ini terlalu cepat….

Ketika posisinya sudah mendekat, mungkin hanya 5 meter, saya langsung melongok ke jendela. Tetapi pada saat itu juga tiba-tiba lampu sorot di luar mati! Selain itu seluruh lampu di dalam kapal selam juga mati total!

APA? Apa yang terajdi? Ada apa ini?

 

Gawat, jika semua mesin mati, mesin udara akan berhenti bekerja. Dalam hitungan menit saya akan bisa mati gara-gara gas karbondioksida dari saya sendiri. Saya harus segera naik ke permukaan! SEKARANG JUGA!

 

Tong… Tong… Tong…

Tiba-tiba saya mendengar suara ketukan di luar…

 

-Bersambung ke bagian 2