Ini bukan ikut-ikutan tren “Bekasi”, yang belakangan ini sedang naik daun. Tetapi cerita ini memang benar-benar terjadi di wilayah Bekasi.

Cerita ini aku dapat dari seorang marinir yang berjaga denganku di tempat kerja. Sekedar mengingatkan, aku adalah seorang yang pernah mengirimkan cerita “kuntilanak yang marah“.

Dan kebetulan banget, sekali lagi, cerita ini masih berhubungan dengan sosok wanita yang sangat eksotis di dalam dunia perhantuan itu.

Jadi begini ceritanya…

Malam menjelang dini hari, pada tahun 2009. Aku baru pulang dinas dari kesatuanku di Cijantung. Dengan mengendarai mobil sedan, aku melaju perlahan di jalan raya kali CBL yang berada di pinggiran sungai Cikeas, Bekasi.

Di tahun itu, masih jarang ada begal. Karena lelah dan agak mengantuk, aku membuka kaca samping.

“Wuss…”

Angin malam langsung menerpa wajahku. Segar rasanya, bisa menghilangkan rasa mengantuk yang tadi sempat datang.

Agar tidak bosan, aku mulai bernyanyi-nyanyi kecil. Membawakan lagu yang sering kudengar dari seorang kawanku yang berasal dari Jawa. Karena sering mendengarkan dia menyanyikan lagu ini. Aku jadi agak hafal dengan lirik dan nadanya.

Suasana sepi memang sempat membuatku ngeri. Tapi aku adalah seorang tentara yang telah ditempa dengan berbagai macam keadaan. Sehingga membantuku untuk “berani”.

Baru saja lagu itu selesai ku dendangkan, entah mengapa tiba-tiba perasaanku mulai tidak enak.

Mula-mula aku merasa ada sesuatu seperti angin yang merasuk kedalam tubuhku melalui punggung. Disusul​ dengan berdirinya bulu-bulu halus di seluruh tubuhku​.

“Tek!”

Aku mulai merasakan ada sesuatu yang tidak wajar mulai terjadi.

Jujur, aku merasa agak takut dengan suasana ini.

Insting tentaraku mengatakan akan terjadi sesuatu yang tidak wajar sebentar lagi.

Aku mulai mencoba untuk mengindahkan perasaan itu. Aku fokus melihat jalanan sepi di depanku.

Saat aku tengah fokus, tiba-tiba terdengar suara ketukan dikaca jendala samping kiri.

“Deg…”

Telingaku langsung berdenging disertai bulu halus yang naik di kepalaku.

“Tok tok tok !”

Kembali suara itu terdengar.

Aku menoleh…

Kosong !

Tidak ada sesuatu, atau makhluk apapun disana. Jadi, siapakah​yang tadi mengetuknya ?

Aku jelas tidak tahu.

Tapi tidak lama kemudian, terdengar suara tertawa khas dari makhluk perempuan yang bernama kuntilanak. Melengking kencang seolah-olah menertawakanku.

Suara itu persis berada di atas mobil ini.

Aku menginjak pedal gas semakin dalam.

Suara itu sayup-sayup menghilang. Aku bernafas lega.

Akhirnya.

Setelah kurasa aman, aku mulai melambatkan laju mobil.

Angin sepoi-sepoi kembali menerpa wajahku yang berkeringat.

Aku baru sadar kalau kaca jendela disampingku masih terbuka. Aku lalu bermaksud untuk menutupnya.

Saat aku menoleh, sebuah wajah pucat dengan mata melotot tepat berada di depanku​ !

Kuntilanak itu ternyata berhasil menyusulku dan terbang tepat disamping kaca jendela mobilku.

“Aaaaahhhh….!” Aku berteriak sekencang-kencangnya.

Mobilku melesat kencang begitu gas kuinjak dalam-dalam.

Debar jantungku berdetak kencang tak karuan. Lalu yang terakhir kuingat, mobilku masuk kedalam parit disamping sungai.

Dan sebulan setelah kejadian itu, seorang kawanku yang berasal dari Jawa bertanya kronologi kejadian itu. Aku menceritakannya tanpa ada yang terlewati. Selesai bercerita, kawanku itu langsung tertawa terpingkal-pingkal.

Usut punya usut, ternyata lagu yang aku nyanyikan adalah lagu Lingsir Wengi. Sebuah lagu yang konon bisa mendatangkan kuntilanak.

Benar atau tidak, entahlah.

 

Penulis: Deddy