Aku percaya kalau makhluk halus itu ada. Baik di jalan, di tempat umum, bahkan di dalam rumah sekalipun. Mereka ada di setiap tempat dan di sekeliling kita.

Perkenalkan aku Ming(nama samaran). Aku berasal dari kota Kembang. Setelah menikah, aku harus ikut tinggal bersama suamiku di kota P, dan masih harus satu rumah dengan orang tuanya. Karena hubunganku dengan mertua kurang baik aku meminta suamiku untuk mengontrak saja. Namun karna keadaan ekonomi kami yang masih belum stabil, kami memutuskan untuk menempati bekas rumah nenek dari suamiku yang baru saja meninggal.

Tepat 1 bulan nenek meninggal kami merenov rumah tua itu supaya lebih nyaman ditempati dan layak huni untuk keluarga kecil. Rumah berdindingkan papan dan beratapkan seng dan baru saja yang si empunya meninggal? Tak apalah fikirku daripada harus hidup satu atap dengan mertua.

Singkat cerita hingga aku punya putri, tak banyak hal terjadi. Bahkan selimut bekas pakai nenek saat sakit sbelum meninggalpun kami pakai untuk tidur. Namun tak ada kejadian mistis apapun. Aku punya hobi di saat waktu luang aku suka membaca cerita hantu dari internet.

Aku biasa menyimpannya terlebih dahulu sebagai halaman offline sebelum dibaca. Hingga suatu hari suamiku tertawa-tertawa dengan HP ku di tangannya. Kutanya apanya yang lucu? Dia menunjukan sebuah halaman browser cara memanggil hantu lengkap dengan mantra yang berbahasa Sunda, yang menurutnya lucu karna dia tidak paham apa artinya.

Aku pun penasaran dan aku coba mengartikannya. Namun tidak semua kata bisa aku terjemahkan karna mantra itu menggunakan bahasa Sunda kuno. Namun ada beberapa kata yang bisa kutangkap yaitu, menyerahkan jiwa atau apalah sesuatu seperti itu. Aku pun menghapusnya karna menurutku seram.

Selang beberapa menit saat kami sedang berbincang, kemudian pintu gudang terbuka dan terbanting dengan sendirinya. Kami sangat terkejut soalnya posisi kami duduk tepat di depan pintu itu. Kami pun seketika diam dan saling bertatapan. Namun suamiku berkata mungkin aku kurang rapat saat menutup pintunya. Aku mengiyakan, walaupun dalam hati aku berani bersumpah aku tidak pernah membuka pintu gudang karena aku fobia dengan kecoa.

Tepat jam 12 malam aku terbangun karena kaget, putriku yang baru berumur 8 bulan tiba-tiba menangis dengan kerasnya. Kugendong, kususui, segala cara sudah kulakukan untuk menenangkannya. Tapi dia masih saja menangis dan semakin lama semakin keras. Di tambah seolah-seolah ada orang yang sedang berlari-berlari, menggaruk-menggaruk, dan batu yang menggelundung dari atap rumah kami yang terbuat dari seng.

Setengah jam berlalu akhirnya dia kembali tidur. Dan suara-suara di atas atapun sudah tidak terdengar lagi. Tidak biasanya dia seperti itu, aneh.

Hingga keesokanya tepat jam 12 malam hal itu pun terjadi lagi anakku menangis keras, diikuti suara berisik di atap. Dan terus terulang, hingga hari ke tiga di saat subuh, suamiku mengingau dan menjerit-menjerit. Kubangunkan dia dan kutanya mimpi apa? Dia bilang dalam keadaan setengah tidur dia melihat yang tidur di kasur kami ada 4 orang! Aku, suamiku, putri kami, dan seorang lelaki. Suamiku bertanya pada sosok lelaki itu siapa dia dan sedang apa disini?

Lelaki itu berkata ia ingin menginap. Suamiku lalu mengusir lelaki itu, namun hal aneh terjadi, tangan dan kaki lelaki itu memanjang! Dan semakin lama semakin panjang! Suamiku terus mengusirnya namun sosok itu berkata tidak mau pergi. Sosok itu malah mencekikku dan hendak membawa putri kami!

Di saat itu dia berteriak-berteriak untuk melepaskan kami, dan kemudian dia terbangun. Paginya aku dan suamiku membahas hal janggal yang sudah terjadi akhir-akhir ini. Semua berawal setelah kami tidak sengaja membaca mantra itu?

Astaga! Kami ingat, menyerahkan jiwa? Karena takut hal ini terus terjadi dan berdampak buruk untuk anak kami. Kami memutuskan untuk memanggil seorang nenek tukang pijit bayi dekat rumah kami. Selain bisa memijit dia pun katanya bisa menyembuhkan bayi yang terkena sawan atau diganggu makhluk gaib.

Nenek itu meminta segelas air putih dan menanyakan nama lengkap putri kami. Setelah itu mulutnya komat kamit di depan gelas yang kuberikan dia mengusap muka anaku dengan airnya masih dengan mulut yang berkomat kamit nenek itu membuang sisa air di gelas di sekitar halaman rumah. Sebelum nenek itu pergi dia menyarankan untuk menabur garam di sekeliling rumah sambil membaca doa sebisanya dan ketika saat maghrib tiba jangan membawa anak kami keluar.

Setelah itu anak kami tidak pernah menangis tengah malam. Tapi semuanya belum benar-benar berakhir, memang tidak ada lagi kejadian-kejadian aneh di dalam rumah kami.

Namun di luar? Di atap rumah kami, hingga kini hingga detik aku menulis cerita ini. Terkadang kami masih mendengar ada sesuatu yang menggaruk-menggaruk atap rumah, seolah-seolah sesuatu itu marah karena tidak bisa masuk ke dalam rumah, dan membawa putri kami.

Penulis: Ming