Tiga sahabat hari ini pergi berenang di kolam renang. Budi, Juda dan Enka sudah merencanakan rencana berenang ini jauh-jauh hari. Mereka pun pergi ke kolam renang stadion.

Enka paling semangat. Dia sudah sangat lama tidak berenang. Apalagi sudah berminggu-minggu tidak hujan. Musim kering panjang ini paling cocok untuk berenang. Budi dan Enka memang jago renang. Juda sendiri tidak begitu ahli, tetapi pengen ikut saja. Maklum dia itu anak kutu buku dengan kaca mata tebal, yang tidak pintar olahraga. Tapi Budi dan Enka senang Juda mau ikut.

Setelah bayar uang masuk, mereka ke kamar mandi dan memasukkan barang-barang ke loker. Juda melepaskan kacamata dan jam tangannya.

“Lho, kok jam tangan lepas? Gak anti air?” tanya Enka.

“Emang masih jaman jam tangan yang gak tahan air?” tanya Budi penasaran.

“Ah, jam tangan ini sudah pernah jatuh sekali. Lumayan parah, sampai harus diganti beberapa komponen. Jadi saya agak serem kalau bawa ke aer…”

“Ganti saja coy,” tukas Enka.

“Jangan, jam ini bernilai. Pemberian almarhum kakek.”

“Pantes dijaga banget, ” ujar Budi yang sudah selesai ganti pakaian dan mengenakan kaca mata renang.

“Iya, jam tangannya bernilai…”

Saat itu kolamnya masih ramai. Padahal sebetulnya sudah jam 8 malam. Ada segerombolan anak muda lain yang berenang ternyata.

“Yah, kirain bakal sepi. Kecewa dah,” keluh Budi.

“Haha, sudah lah. Yuk mulai renang,” hibur Enka.

Walaupun panjang kolam renang 50 meter, Budi dan Enka sanggup berenang beberapa putaran. Juda sendiri tidak berani berenang jauh. Jadi dia hanya melihat mereka berenang ke sana kemari. Karena segerombolan anak-anak pada memonopoli kolam bagian dangkal, dia pun melipir tepi kolam demi ke ujung satu lagi.

Padahal sedikit lagi sampai, tapi entah sial atau bagaimana tiba-tiba Juda terperosok dan tenggelam. Juda yang panik, menggapai-gapai beberapa saat, lalu tidak kelihatan lagi. Untungnya Enka sempat melihatnya, dia segera naik ke atas kolam dan lari ke arah Juda tenggelam.

Dia langsung buru-buru melompat ke dalam air mencari temannya yang hilang itu. Panik Enka mencari sana sini. Posisi Juda tenggelam memang kebetulan di tempat paling dalam. Tetapi seharusnya dia tidak jauh dari sini, pikir Enka. Dan aha! Enka menemukan bayangan Juda.

Dia menarik Juda yang panik untuk naik. Sepertinya dia meminum kebanyakan air. Tetapi Enka bersyukur sahabatnya tidak apa-apa.

“Fuuh.. Kamu hampir membuat saya gila,” ujar Enka terengah-engah sambil menepuk-tepuk pundak temannya.

“Huk.. huk..” Juda hanya terbatuk-batuk.

“Kamu kan gak bisa berenang. Kenapa ke tempat dalam-dalam?”

Juda tidak menjawab. Dia duduk diam saja. Enka juga tidak berniat berenang lagi. Sekarang giliran anak-anak yang berenang satu kolam full. Enka sibuk celingak-celinguk mencari si Budi.

Juda sambil terengah-engah menunjuk ke arah Budi yang sedang istirahat di ujung kolam renang bagian dangkal.

“Oh iya… Oi Bud! Naik yuk! Nanti saya cerita, naik dulu saja!”

Dan akhirnya mereka bertiga beres-beres dan pulang. Mereka cukup bersyukur tidak terjadi apa-apa. Dan ini mungkin menjadi pelajaran berharga agar lebih hati-hati di kolam renang.

Jawaban

Juda mengenakan kacamata tebal. Artinya matanya minus berat. Seharusnya Juda tidak mungkin bisa melihat Budi yang sejauh 50 meter itu. Satu-satunya kemungkinan adalah ada yang menyamar menjadi Juda. Dan mungkin Juda yang asli masih ada di dasar kolam renang….

[collapse]