Terima kasih sudah membaca cerita ini. Saya harap kamu tidak sedang membacanya sendirian di malam hari. Apa yang saya ceritakan ini adalah sebuah pengalaman dan juga supaya menjadi pelajaran.

Itu baru terjadi beberapa hari lalu. Saya sedang browsing Internet. Membaca berbagai cerita seperti cerita sehari-hari mereka, cerita hantu, berita pilkada, kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi. Mayoritas kalau berita politik saya selalu baca komentar. Biasanya komentarnya jauh lebih menarik daripada beritanya sendiri.

Saya asyik saja scroll baca cemooh, hujatan, hinaan antar satu pihak dengan yang lainnya. Lagi baca-baca-baca, saya menemukan satu komentar yang agak tidak biasa. Saya tahu terkadang di dalam komentar tersusup iklan obat pelangsing atau judi online. Tetapi komentar yang satu ini agak tidak biasa.

Orang itu menggunakan username “Naramara” dan pos komentar, “Maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan aku… http://xxxxxxxxxxxx.com/xxxxx“. Sorry saya sensor link-nya biar sayalah yang menjadi korban terakhir ini. Saya menulis cerita ini supaya kelak kalian jangan sembarangan membuka link-link tidak jelas.

Bukan takut terkena virus atau apa-apa. Tetapi terkena….

Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Tetapi jika kalian terus membaca, kalian pasti akan mengerti. Jadi waktu itu, karena saya penasaran, mengapa orang itu komentar “maafkan aku” dan pasang link, saya pun buka URL itu.

Kalian tahu biasanya kalau kita klik link, browser akan loading sebentar. Tetapi yang ini tidak. Sesaat saya klik, dia langsung muncul sebuah popup berisi pertanyaan:

“Apakah kamu suka warna merah?”

Ya. Tidak.

Popup itu membuat saya teringat dengan website Flash berjudul “Kamar Merah” yang pernah populer di Jepang dulu banget. Flash ini menjadi terkenal juga gara-gara, kasus pembunuhan gadis kecil oleh seorang gadis kecil juga yang baru berusia 11 tahunan di tahun 2000-an. Konon Web flash itu favorit si gadis pelaku.

Saya agak lupa detailnya seperti apa. Tetapi yang pasti diawali dengan sebuah popup. Lalu

Sama seperti yang ada di hadapan saya sekarang.

Apakah ini website ini ditranslate ke bahasa Indonesia? Penasaran saya pun mengklik “Ya”.

Website loading sebentar. Lalu sesaat kemudian tampil.

Ada sebuah kalimat dengan huruf besar terpampang di bagian atas. Saya hanya membaca dalam hati kalimat asing tersebut. Saya sengaja tidak cantumin kalimat itu di sini, supaya kalian tidak menjadi korban. Seperti yang tadi saya bilang, biarlah saya menjadi korban terakhir, terus baca saja biar mengerti.

Di bawah teks besar itu, ada sebuah artikel pendek. Saya sudah agak lupa detail artikel, tetapi intinya kurang lebih begini:

Hi Teman. Kamu telah membantu kami untuk berbagi beban dengan kami. Terima kasih. Kami akan selalu mengingatnya. Maafkan kami. Maafkan kami. Maafkan kami.

Pada tahun 2007, kami sebenarnya hanyalah tiga pemuda biasa. Kami dosen dan ahli sejarah, tetapi kami bertiga menyukai metafisika. Kami mempelajari tentang astral projection, kami mendalami mitologi peradaban-peradaban kuno, kami mengumpulkan buku-buku tentang magic.

Pada akhir tahun 2007, kami menemukan sebuah prasasti di dasar laut, yang belakangan kami baru menyadari bahwa seharusnya tidak boleh kami sentuh. Prasasti yang berdiam di dasar Laut Jawa. Sebagian orang yakin Laut Jawa adalah tempat Kota Kuno Atlantis. Tetapi kami tidak percaya itu. Justru kami melihat ada sesuatu yang jauh berbeda di sana. Dan itu sebabnya kami bertiga menyelam untuk mencari bukti. Dan hasilnya adalah kami menemukan prasasti tersebut. Demi mempelajari lebih lanjut, kami mengangkut batu itu keluar dari laut.

Prasasti dengan huruf Pallawa ini menceritakan kisah di balik lokasi kami menemukannya. Daerah itu bukanlah untuk manusia. Tidak seharusnya manusia melalui tempat ini apabila tidak ingin terkena malapetaka. Batu prasasti ini adalah salah satu “penyangga”. Kami belum yakin makna “penyangga” tersebut. Di akhir prasasti terdapat kata-kata yang tidak bermakna, yang telah kau baca tadi.

Kami menyadari ternyata kata-kata terakhir itu adalah kutukan bagi siapapun yang telah membacanya. Ketika kami menyadarinya semuanya telah terlambat. Semakin hari kami merasa ada yang aneh dengan kami. Awalnya pandangan kami mulai ada seperti lapisan warna merah muda. Hari berganti hari, warna merah itu semakin pekat. Kami hampir gila karena apa yang kami lihat sekarang adalah merah darah!

Batu prasasti tersebut memasang mantra kutukan bagi yang usil mengusiknya. Kami tidak saja mengusik, kami mengambilnya dari dasar laut!

Berdasarkan apa yang kami pelajari mantra ini akan kehilangan kekuatannya apabila semakin banyak orang merapalnya. Oleh karena itu, maafkanlah kami. Sebarkanlah ke lebih banyak orang. Semoga semakin banyak orang merapalnya, semakin memudarlah kutukan ini, dan kita bersama-sama bisa terbebas.

Maafkan kami. Maafkan kami. Maafkan kami.

 

Selesai membaca saya merasa pandangan mulai memerah. Saya tidak tahu apakah karena saya sudah seharian browsing membuat mata saya kecapekan. Saya rasa ada yang aneh dengan situs itu. Buru-buru saya tutup. Sekarang sudah abad 21 masih ada yang percaya begitu? Ujar saya geleng-geleng kepala.

Tetapi semakin hari pandangan saya juga mulai bermasalah. Semua menjadi merah. Saya mengecek ke dokter mata. Mereka pun bingung, karena dalam dunia medis tidak pernah ada gejala pandangan hanya merah.

Pada dasarnya saya hanya berharap kalian jangan sembarangan buka link website. Jika ada yang bertanya apakah kamu suka merah, jangan jawab “OK”, “Yes” atau sejenisnya. Walaupun sebetulnya saya tidak tahu apa yang akan terjadi kalau memilih opsi tidak.

Penulis: Orang yang Menyesal

 

 

 

 

 

 

 

Maaf…