Kejadian ini saya alami 3 minggu lalu. Pada hari Minggu tepatnya, saya dan teman saya vacation ke Kota Tua Jakarta. Kami berangkat menggunakan kereta, dan tiba di Stasiun Kota. Hari mulai siang jam 11. Panas terik tidak menyurutkan masyarakat yang ingin menikmati Kota Tua.

Saya dan teman mendatangi taman Fatahillah, menakjubkan! Seperti di luar negeri. Dan keramaian pun tak menyurutkan “mereka” untuk menampakan diri. Entah kenapa, mata ini selalu tertuju pada restoran ayam cepat saji yang terkernal. Bagi yang sudah ke Kota pasti tahu namanya. Di bagian bawah gedung digunakan untuk restoran, sedangkan di bagian atas kosong.

Ada bagian jendela di lantai 2 yang tidak ada kacanya dan tidak ada daun jendela. Entah kenapa, seperti ada orang sedang berdiri di sana memperhatikan keramaian. Mungkin terasa terusik aku perhatikan sosok itu menoleh ke arah ku. Ya Allah, nooooo!!!

Pandangannya kosong tetapi ada rasa marah. Cepat-cepat aku mengalihkan mataku. Karena panasnya Jakarta, aku dan temanku memasuki museum sejarah Jakarta. Satu kata yang membuatku penasaran adalah, penjara bawah tanah.

Temanku ngga mau ikut ke penjara itu. Tapi entah kenapa seperti ada energi yang kuat menarik aku untuk masuk ke semua ruangan penjara. Ga tau kenapa, saat itu pengunjung ramai, tapi kenapa terasa sepi.

Pertama aku menuju ruang tahanan yg berada di sisi sebelah kiri. Sedih, gelap, pengap dan langit-langitnya begitu rendah. Di dalam ruangan penjara itu terdapat bulatan besi untuk borgol kaki. Dan aku lihat, di sisi kiri penjara ada orang yang sedang duduk.

Aku kira pengunjung, tapi kenapa ga pakai baju dan hanya mengenakan celana petani dan badannya kurus. Umurnya sekitar 20 tahunan.

Firasatku bekerja, ayo Nan cepat keluar! He’s not Human!

Dengan tergesa-gesa aku keluar dari ruangan penjara bawah tanah itu. Saat tiba di depan pintu penjara, aku mendengar suara laki-laki itu bicara “Apa salah saya sampai saya dibawa ke sini”!

Ga tau kenapa kaki ini sperti ada yang mendorong untuk masuk kembali ke dalam penjara. Benar saja, laki-laki itu masih duduk di situ dan dia langsung menatapku kembali. Dia bilang, “Apa salah saya!”

Terlihat raut wajah sedih tapi juga marah yang mendendam. Karena takut, aku lari kembali keluar. Dan yang aneh saat aku sampai diluar, kaki kiriku terasa berat. Untuk jalanpun harus aku seret-seret, dan terdengar bunyi rantai yang terseret.

Ya Allah, tolong saya, dalam hati. Semakin coba melangkah kaki ini semakin sakit dan berat juga terdengar suara rantai. Dengan terseret-seret aku segera menuju sekuriti yang sedang bertugas.

“Pak, tolong bantu saya,”

Sekuriti itu pun kebingungan.

“Ada apa Pak. Ada yang bisa saya bantu?”

Lalu aku jawab,”Saya dari penjara bawah tanah Pak, kaki saya ada yang merantai”

Sekuriti itu pun langsung paham dan menghubungi temannnya. Aku pun dipapah menjauh dari penjara. Dan teman sekuriti yang tadi pun mengangkat kaki kiriku sambil membaca doa. Entah kenapa ada rasa sedih yang ga bisa diucap dan aku spontan menangis.

Tapi tiba-tiba aku seperti kembali ke masa lalu. Ada seorang anak muda dibawa oleh pasukan Belanda dan dijebloskan ke dalam penjara. Bukan hanya dia. Ada beberapa orang juga di sana. Penuh dan sesak. Pemuda itu meninggal dan tidak dimakamkan dengan selayaknya.

Tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundakku…..

Ternyata bapak sekuriti. Saat aku lihat sekeliling, semua sudah hilang. Kakiku mulai terasa ringan. Aku ucapkan terima kasih pada sekuriti yang sudah membantuku.

Aku menarik kesimpulan, bahwa “dia”ingin menyampaikan pesan, kenapa gak salah tetapi dipenjara dan ingin di kebumikan dengan layak.

Masih banyak pengalaman mistis saya. Jangan bosen yaaaaa. Terimakasih Cermis

Penulis: Runan Handoyo