Masih di rumah kontrakan yang sama, setelah kepindahan kami pada gangguan malam hari bagian 6 kami akhirnya kembali dari kampung halaman.

Siang itu saya sedang mencuci piring di dapur. Saat itu saya sedang sendirian di rumah tiba-tiba seperti ada yang meniup telinga saya. Ketika malam terdengar suara piring dan sendok seperti bergeser begitu juga dengan gelas gelasnya.

Dalam cerita gangguan malam hari pertama, saya memang memiliki kemampuan melihat hal aneh, dan mata batin saya memang telah ditutup namun sampai detik ini saya masih dapat melihat mereka dalam keadaan tidur, setengah sadar, atau dalam keadaan roh.

Suatu ketika saya bertemu salah satu jin penunggu rumah tersebut. Jin itu kejam menurut saya. Dia adalah seorang nenek dengan baju putih rambut putih sebahu dengan posisi kepala di bawah kaki, di atas biasa disebut Banaspati. Nenek itu melotot pada saya seperti sangat marah, kalimat tasbih yang biasa saya gunakan tidak dapat terucap bibir saya yang kaku. Satu-satunya kalimat yang dapat saya ucapkan walaupun kaku adalah kalimat “allahu akbar” setelah membacanya saya langsung terbangun.

Masih di rumah kontrakan, saat itu waktu menunjukan pukul satu, saya bermimpi saya melewati suatu rumah dalam keadaan sangat gelap, seperti malam hari tapi lebih gelap tanpa cahaya. Ketika saya lewat, terdengar suara anjing kemudian berubah menjadi bayi menangis dan berubah lagi menjadi suara wanita tertawa.

Kemudian salah satu orang di depan saya mengatakan,”Itu rumahnya harus didoain.”

Sayapun masuk dan membaca doa dengan beberapa org yang saya tidak kenal. Ketika kami membaca doa anjing tersebut seperti merasa kesakitan (anjingnya kecil sebesar bola kaki tapi agak lebih kecil lagi dengan taring, kukunya kasar dan tajam)

Semakin keras kami berdoa semakin kencang dia berteriak seperti suara ringkihan keledai lebih cempreng lagi suaranya benar-benar membekukan telinga.

Saya bergegas mengambil anjing tersebut, membuka telinganya dan membaca kalimat tasbih sekeras-kerasnya di telinga anjing tersebut.

Anjing tersebut semakin kesakitan, bukunya rontok yang tersisa hanya kulit terlihat wajahnya berubah berbentuk seperti wajah jin kulit mengkerut, saya semakin keras membacanya sampai mulut jin tersebut sobek karena teriak. Dan akhirnya saya terbangun dengan posisi seperti dalam mimpi posisi tangan saya seperti membawa jin tersebut dalam mimpi.

Setelah saya ingat-ingat, rumah yang ada dalam mimpi tersebut adalah rumah saya dulu di Kalimantan sebelum saya pindah ke rumah baru.

Penulis: Mavfitasari