Ini memang benar terjadi, tapi saya tidak akan memaksa agan untuk percaya cerita saya. Dulu pada tahun 1999 saya dan keluarga berada pada titik paling memprihatinkan. Kami sekeluarga harus berpindah-pindah kontrakan.

Hingga pada suatu hari di mana kami tinggal dikontrakan sebuah desa. Desa itu tidak memiliki banyak kontrakan, tetapi ada satu warga desa yang punya kontrakan kira-kira sepuluh pintu. Sebetulnya kontrakan itu selalu penuh, karena minimnya warga di sana memiliki kontrakan. Warga disana lebih memilih mengolah tanah kosong mereka untuk dijadikan kebun. Jadi di sana masih banyak tanah kosong dan pohon-pohon tua.

Kebetulan ada satu pintu di kontrakan itu yang kosong, baru 2 hari yang lalu yang nempatin kontrakan itu pindah, katanya gak betah karena tepat di depan kontrakan itu adalah rumah pemiliknya. Tapi agan, bukan karena pemiliknya yang jahat ia pindah, malah sang pemilik rumah kontrakan itu sangat baik dan ramah. Ia pindah karena sosok misterius yang sangat menakutkan yang selalu bersama anak pemilik rimah.
Awalnya saya sekeluarga seneng banget nempatin kontrakan itu. Sebenernya tempat itu gak terlalu sereem sih…. Kalau diliat biasa aja.

Setelah kami pindahan dan beres-beres rumah, kami pun kelelahan, trus ketiduran tanpa makan malam dulu. Malampun datang, pas pukul 23.15 WIB, aku(Widi, anak kedua) terbangun karena lapar. Untung ibuku tadi sudh beli telur jadi bisalah makan nasi+telur dadar.

Lagi enak makan, tiba-tiba terdengar suara anak perempuan tertawa kecil di kebun depan rumah. Di luar situ ada kebun dengan pohon nangaka yang sangat tua. Pohon itu katanya sudah lama banget, bahkan sebelum rumah kontrakan itu dibangun. Konon pohon nangaka itu sempat mau ditumbangin, tapi sudah dilakukan berbagai cara tetap pohon nangaka itu tidak mau tumbang. Yang anehnya lagi pohon itu tidak pernah berbuah sekalipun.

Akupun melihat ke jendela. Ternyata ada anak gadis yang duduk di bawah pohon nangaka sambil bercanda dan tertawa sendirian. Sebenernya aku penasaran tapi aku juga takut. Ya…. Aku cuekin aja, dan setelah makan aku kembali tidur.

Keesokan harinya Ibu Tina(si pemilik kontrakan) mengetuk pintu, ibuku keluar dan mempersilahkan Ibu Tina masuk. Setelah berbincang Ibu Tina mengajak kami sekeluarga untuk ke rumahnya. Kami pun bergegas ke rumahnya.

Rumahnya lumayan bagus dan sederhana. Setelah kami masuk, wao…. u….. rumah yang cukup mewah tapi sederhana dengan pernak-pernik jaman dahulu. Hatiku bertanya-tanya,”Kenapa kami diundang kemari?”. Kami dikenalkan kepada keluarganya.

Ternyata di keluarga itu hanya ada 3 orang yaitu Ibu Tina, Bapak Suryono, dan Mbak Sani. Akupun terkejut setelah melihat Mbak Sani, ternyata ia adalah wanita yang duduk di bawah pohon nangaka tadi malam. Namun aku anggap tidak ada apa-apa yang terjadi tadi malem.

Setelah beberapa hari kami tinggal di kontrakan itu, terjadi hal-hal yang gak masuk akal sehat.
Pada suatu hari bapakku mau buat jemuran baju, dan menebang pohon pisang. Awalnya biasa aja. Tapi setelah pohon pisang itu tumbang anehnya kenapa getah pohon pisang itu berwarna merah seperti darah. Akupun penasaran lalu aku dekati dan itu memang darah. Bapak dan ibuku ketakutan, mereka memaggil orang pintar di sebelah rumah kontrakan itu. Namanya Mbah Parno.

Kata si Mbah, bahwa pohon itu bukan pohon biasa. Tapi gak apa apa, kata si Mbah, yang penting apa yang terjadi ini jangan kalian ceritakan ke orang lain, karena mereka (makhluk astral) juga sama seperti kita tidak ingin di ceritakan keadaanya.

Setelah kejadian itu kami sebenarnya amat sangat ketakutan namun harus berusaha untuk tidak menceritkan hal itu kepada orang lain, gan. Tahukah kalian setiap kita berbicara tentang makhluk gaib, merekapun turut bersama kita.

Sebenarnya akupun sudah mulai merasa ketakutan saat menulis cerita ini. Karena apa yang aku alami beberapa tahun silam sedang aku alami sekarang.

Ok….Kembali lagi kecerita.

Setelah satu bulan kami sekeluarga berada di rumah kontrakan mulai mengenal lingakungan, di mana pohon nangaka yang tadi itu ternyata ada penunggunya, dan penunggu itu sesosok genderuwo yang mencintai anak perempuan semata wayang sang pemilik rumah kontrakan.

Saat siang hari Mbak Sani terlihat biasa saja, tetapi setelah Magrib tingakah lakunya mulai aneh. pendiam, linglung, terkadang tertawa, berbicara sendiri, bahkan menangis sendiri.

Orang tuanya pun sudah kehabisan akal untuk mengobati anaknya. Bulan ketiga kami berada di kontrakan itu. Kebetulan saat itu musim hujan, setiap habis Magrib pasti hujan lebat, suatu hari hujan seharian tidak reda-reda, aku dan abangaku sedang makan malam. Waktu itu pukul 19.30 WIB. Tiba-tiba terdengar suara perempuan sedang ngobrol, abangaku mengintipnya dari balik jendela, apa yang terjadi gan?

Tiba-tiba abangaku terkejut dan terjatuh ke belakang, lalu ia menangis histeris seperti ketakutan.
bapak pun datang menghampiri kami dan bertanya,”ada apa le, Ndok?”

Abang pun lari terus memeluk bapak, seraya menunjuk kalau di luar ada genderuwo. Seketika bapak langsung nengok di balik kaca, dan bilang kalau di luar tidak ada apa-apa kecuali Mbak Sani yang sedang duduk di bawah pohon nangaka sambil berbicara sendiri dalam keadaan hujan deras.

Setelah beberapa saat, abang pun mulai tenang, tapi tiba-tiba ada suara Ibu Tina menangis.
Lalu bapak keluar untuk mencari tau apa yang sedang terjadi. Sesampai kami di luar, mendapati Ibu Tina yang menangis karena anaknya main hujan malam-malam. Bapak berusaha memanggil Mbak Sani, tapi tidak di hiraukan. Ibu Tina pun memutuskan untuk menghampiri Mbak Sani, dan Mbak Sani malah marah-marah seperti bukan sosok Mbak Sani yang asli.

Pak Yono pun langsung pergi tanpa menghiraukan Ibu Tina, setelah beberapa saat Pak Yono datang bersama Mbah Parno, dengan nada tinggi Mbah Parno menyeret Mbak Sani. Setelah masuk rumah Mbak Sani marahnya makin menjadi-jadi.

Mbah Parno menyuruh Pak Yono mencari tali. Lalu Mbak Sani diikat oleh Mbah Yono di tempat tidur. Asli gan, kejadian itu bener-bener ngeri. Mbak Sani terus melototi aku sambil berteriak minta tolong, tapi tidak ada satu orang pun yang berani membuka talinya.

Terkadang Mbak Sani tertawa terbahak-bahak seperti laki-laki. Tapi terkadang merintih nangis kesakitan. Di sebelah Mbak Sani, ada Ibu Tina yang gak henti-hentinya nangis sambil bilang “Kembalikkan anakku” Setelah beberapa saat Mbak Sani mulai tenang, dan kami semua disuruh pulang.
Setalah 2 hari aku dan ibuku jenguk Mbak Sani.

Ternyata Mbak Sani masih diikat di tempat tidurnya dan di sana ada seorang kyai yang membaca doa. Aku melihat Mbak Sani yang pucat, dan kelopak matanya yang hitam.
Ibu Tina masih setia di samping Mbak Sani, terkadang Mbak Sani bilang lapar begitu dikasih makan nasi malah marah-marah. Dan yang bikin aku terkejut saat Mbak Sani minta ayam kampung jantan.
Aku sempat berfikir buat apa ayam itu, ternyata ayam itu dimakan oleh Mbak Sani secara hidup-hidup. Ibu Tina seketika pingsan.

Dan akupun pilang karena gak kuat melihat kejadian itu. Setelah 7 hari Mbak Sani semakin menjadi-jadi. Ia teriak -teriak sangat kenceng, yang memarik perhatiam kami para penghuni kontrakan. Ternyata Mbak Sani sedang dibacain doa oleh 4 orang kyai.

Doapun sedang dibacakan, dan Mbak Sani berteriak mimta tolong. Aku melihat Mbak Sani yang terbang-terbang 2 jam Mbak Sani tidak sadarkan diri. Begitu sadar, Mbak Sani pamitan mau pergi. Lalu ia menutup mata untuk selama-lamanya. Setelah kejadian itu, di rumah Bu Tina sepi banget. Hingga 1 minggu kemudian, ada suara rame di rumah Bu Tina, sedangkan di rumah itu hanya ada 2 orang.

Ada suara musik orang menikah di rumah Bu Tina, dan suaranya terdengar jelas. Padahal Bu Tina tidak menghidupkan apapun. Kata Mbah Parno saat itu Mbak Sani sedang menikah dengan si genderuwo itu.

(Bersambung)

-Widi Astuti