Ini kisah teman saya Michael. Karena saya dengar cerita langsung dari dia, jadi saya percaya saja. Karena bagaimanapun juga tidak ada untungnya dia berbohong saya dengan cerita itu.

Jadi saat itu Mike (panggilan si Michael) harus dinas di luar kota. Di kota kecil. Saya lupa di daerah mana atau di hotel apa. Yang pasti katanya hotel yang sudah lumayan tua. Memang fasilitasnya kurang ok, tetapi dia merasa karena hanya perlu menginap satu-dua malam, jadi biarpun fasilitas dan layanan kurang tapi bisa hemat uang kenapa tidak.

Jadi begitulah dia tinggal di lantai 3 hotel itu. Nah pas malam hari, karena dia lapar, dia pun keluar beli makanan. Pas kembali ke hotel, dia pun menekan tombol lift. Kalian pasti tahu di lift biasanya ada tertera lift sedang di lantai berapa. Nah, si Mike melihat angkanya di lantai 4 lama banget.

Waktu itu sudah lumayan larut malam. Harusnya sudah gak banyak yang pakai lift. Dia pikir apa ini ada orang yang sangat pelan sekali di lantai 4. Memang walaupun lama, tetapi pada akhirnya lift, turun juga sampai lobby. Dia pun masuk.

Ketika masuk, suasana di dalam sangat sejuk. Umumnya lift tidak ada AC. Cuaca di luar waktu itu adalah panas. Pada saat itu dia merasa merinding, tetapi dia abaikan. Dia pun menekan tombol “3”.

Anehnya ketika ditekan, malah angka “4” yang menyala. Bingung, dia tekan tombol “3” berkali-kali. Tetapi tetap saja tombol “3” tidak mau menyala. Yang menyala adalah nomor angka “4”. Dia pun coba tekan tombol “4”, tetapi tidak terjadi apa-apa.

Lift ini benar-benar bermasalah pikir Mike. Tetapi dia merasa naik ke lantai 4 bukan masalah besar. Karena begitu sampai di lantai 4 itu, dia bisa turun satu lantai saja. Jadi ya sudah dia pun ikut sampai ke lantai 4.

Pada saat sampai ke lantai 4, setelah mencari-cari, akhirnya dia menemukan pintu tangga darurat. Pas sebelum mendorong pintu darurat, tiba-tiba ada sebuah tangan mungil yang memegang tangan Mike. Mike pun terperanjat.

Ternyata seorang nenek. Tubuhnya kecil dan ringkih. Dia menanya, “Pak, kenapa mau ke tangga darurat?”

Mike, pun bercerita kalau dirinya tinggal di lantai 3. Tapi karena lift-nya bermasalah, maunya cuman di lantai 3 jadi terpaksa naik ke lantai 4 lalu turun. Si nenek mendengar seksama lalu berpikir beberapa saat. Setelah itu dia pun bilang, “Hm, lebih baik saya temani kamu saja yah.”

Sebagai orang normal, tentunya terasa aneh yah, kalau di malam-malam, saat kamu mau turun tangga, ada orang asing yang menawarkan diri untuk menemanimu. Mike orang yang hati-hati juga, tetapi waktu itu dia tidak menaruh curiga pada nenek itu. Mike bilang kalau suara nenek itu, sangat-sangat familiar sekali. Itu sebabnya dia merasa aman dan percaya pada beliau.

Lagipula malam-malam turun tangga darurat memang agak seram, jadi dia terima-terima saja ada yang mau menemaninya turun ke bawah.

Mike pun membuka pintu tangga darurat, tetapi di dalamnya gelap gulita. Entah karena lampunya rusak, atau memang gak dinyalakan, suasana di tangga darurat sangat seram sekali. Mike berjalan di depan, sedangkan nenek di belakang.

Waktu itu satu tangan Mike menggenggam erat pegangan, sedangkan satu lagi memegang makanan yang dia beli, sambil perlahan-lahan turun satu per satu anak tangga. Pas sampai di pertengahan lantai 3 dan 4 ada hal yang sangat menyeramkan sekali.

Dia mendengar suara wanita menangis!

Itu terlalu seram. Mike memutuskan lebih baik kembali ke lantai 4 lalu coba lift-nya lagi saja. Tetapi pas saat dia mau berputar arah, dia melihat si nenek tidak ada.

Berpikir mungkin si nenek karena tua jadi jalannya pelan, dia pun coba panggil. Saat sedang panggil-panggil, tiba-tiba seolah-olah ada telapak tangan yang menahan dua pipinya. Mike bisa merasakan telapak tangan sedingin es di wajahnya. Tetapi herannya dia tidak bisa melihat apapun. Mau menoleh tidak bisa. Tangan yang tidak terlihat itu begitu kuat menahan wajahnya.

Mike sudah takut setengah mati, dan belum sampai di situ, dia merasa ada sesuatu yang lunak, basah dan sangat dingin di dagunya. Kemudian perlahan-lahan naik ke atas mulut, lalu hidung, lalu ke dahinya. Benda lunak itu seperti lidah. Lidah yang berlendir.

Di saat itulah, tiba-tiba Mike teringat sesuatu. Dia teringat mengapa suara nenek tadi begitu familiar. Itu suara Santi. Dua puluh tahun yang lalu Mike pernah sangat mencintai seorang wanita bernama Santi. Mereka bahkan sudah bertunangan. Tetapi nasib berkata lain, mereka berdua tidak pernah berhasil menuju pelaminan karena Santi mengalami kecelakaan tragis dan meninggal…

Mike refleks teriak, “Santi! Tolong aku! Santi!”

Dalam sekejap, tangan yang menahan wajah Mike menghilang! Begitu juga benda asing yang terasa seperti lidah itu. Buru-buru Mike berlari naik kembali ke lantai 4. Karena gak berani pakai tangga darurat maupun lift, dia pun minta tolong orang di lantai 4.

Akhirnya staf hotel mengantarnya ke lantai 3. Si staf hotel bingung dengan kisah Mike. Karena menurutnya selama ini, hotel ini tidak pernah kejadian seperti itu. Mike bersikeras apa yang dia alami itu nyata. Mike dan staff bahkan sengaja melihat rekaman CCTV untuk membuktikan ucapan Mike.

Hanya saja di CCTV tidak terlihat ada nenek. Yang ada hanya Mike, yang berdiri di dekat pintu tangga darurat. Dia terlihat menoleh dan berbicara sendiri, setelah itu langsung ke tangga darurat. Itu saja yang terekam di CCTV. (tidak ada cctv di tangga darurat)

Keesokan harinya saat Mike mau checkout, baru ada seorang staf senior (yang memang baru masuk kerja di shift pagi) setelah mendengar kejadian Mike semalam, menjelaskan apa yang dia ketahui. Sebetulnya belasan tahun lalu hotel ini memang sempat ada kejadian di tangga darurat antara lantai 3 dan 4. Seorang wanita bunuh diri dengan menelan pil hingga overdosis.

Mungkin gara-gara itu, terkadang-kadang kalau ada yang lewat tangga darurat pasti diganggu. Sebetulnya, gangguan seperti itu sangat-sangat jarang terjadi. Namun kalau kejadian pasti korban akan celaka. Pernah ada staf hotel yang terkejut mendengar suara tangisan lalu terjatuh dan mengalami patah tulang lengan. Lalu ada juga cerita penghuni hotel gegara terperanjat akhirnya kakinya terkilir. Baru kali Mike baik-baik (tidak cedera) saja walaupun sempat diganggu.

Mike merasa dia sangat beruntung. Dia percaya bisa baik-baik saja mungkin karena memang Santi yang melindunginya.