Haii! Udah lama nih gak ketemu sama caca. Masih inget gak sama cerita Call Me Psychopath? Nah ini dia lanjutannya..

Cerita sebelumnya

Sampai di lantai 3 semua keramaian menjadi hening. Di lantai 3 ini hanya ada 10 kamar yang terisi. Bangunan ini ada 5 lantai dan ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah sebagai tempat penyimpanan. Di lantai 1 ada 10 ruang kelas, lantai 2 dan 3 kamar, lantai 4 aula. Terakhir lantai 5, aku belum pernah ke lantai 5.

“Ellena, maaf aku ada janji di taman sekarang. Aku baru ingat, ” Liana memecah keheningan

“Aku boleh ikut ?” tanyaku

“Tidak, ini pertemuan yang penting dan rahasia. Aku pergi dulu ya..”

Liana berlari meninggalkanku di lorong ini. Nyanyian alam membuat bulu kudukku berdiri. Suasana gelap dan hening membuatku bertambah ngeri. Aku mempercepat langkahku, merasakan ada sesuatu yang berusaha meraihku.

Kamar 49. Aku merogoh saku rokku. Oh tidak! Liana lupa memberi kunci kamar kepadaku.

Bagaimana ini? Aku panik. Terdengar suara langkah kaki dari bagian kiriku. Pandanganku tertuju pada lorong gelap sumber suara itu barangkali itu Liana. Tapi Liana tidak muncul juga. Semakin lama bunyi itu semakin keras, makin keras, makin keras, dan….
Berhenti, seperti tepat di sampingku!

***

Aku berlari kencang. Dia mengejarku.

“Jangan lari dariku Ellena Duchanel..”

Suara itu..

Aku melihat kebelakang. Tidak ada orang. Aku menutup telingaku. Aku menambah kecepatan lariku. Aku tak ingin mati terlalu cepat.

Bruk

Aku menubruk tembok ,jalan buntu! Apa yang harus aku lakukan ? Aku duduk terpaku di ujung lorong. Dia semakin dekat. Aku tidak tau itu siapa. Hantu atau bukan, tapi yang jelas aku takut. Mataku tertuju pada kamar di sebelah kananku. Kamar 60.

Kamar Zeera !!

“Halloo ,ada orang di dalam ?” sembari mengetuk pintu

“Siapa disana ?”

“Ellena Duchanel. Cepat buka pintunya !”

Pintu dibuka aku masuk lalu menutup pintunya

“Tunggu pembalasanku Ellena Duchanel”

Aku tak peduli ,aku tidak dengar ,aku tidak dengar.

“Dia tak akan berhenti sampai dendamnya terbalas,” ucap Zeera tiba-tiba

“Dendam ? pada siapa ?” tanyaku agak bingung dengan perkataan Zeera

“Kau ! Ellena Duchanel.” Zeera menunjukku

Aku bingung. Kenapa arwah itu dendam padaku sementara aku tak tau apa-apa.

“Kau Ms Duchanel akan bernasib sama denganku. Tak ada yang suka denganmu kecuali satu orang..”

“Siapa?” tanyaku.

“Cepat atau lambat kau akan tau semuanya,” nada bicara Zeera berubah seram dan penuh misteri.

Aku melirik jam tanganku sudah jam 9. “Zeera aku harus pulang”

“Pulanglah. Mimpimu tak akan indah selama dia masih di sini Ellena Duchanel….”

***

Liana sudah tertidur lelap. Aku masih menatap langit-langit kamar memikirkan yang tadi. Oiya orang tuaku.  Bagaimana keadaan mereka? Perasaanku makin bercampur aduk.

“Ellena bangun! Bangun!” seseorang mengguncangkan tubuhku

“Ellena ini sudah hampir jam 7”

Aku lompat dari tempat tidurku. Semalam aku mimpi buruk aku bertemu wanita tua kamudian…..

Nanti saja ceritanya sudah terlambat. Aku berlari menuju kelas. Syukurlah aku datang tepat waktu tapi aku lelah sekali.

“Ms Duchanel ,aku tau tadi malam kamu mimpi buruk” ucap Zeera.

Aku berpikir ,sepertinya Zeera itu bukan anak biasa. Dia bisa menebak apa yang sudah terjadi ,dan yang akan terjadi. Itu hebat ,apa jangan-jangan dia memang bisa melakukannya bukan sekedar menebak.

“Morning Class !” sapa Mrs Alexa yang baru kusadari kedatangannya.

“Morning” balas kami serempak.

Mrs Alexa adalah guru paling senior di sekolah ini. Dia mengajar pelajaran fisika selama bertahun-tahun. Dengar-dengar dulu dia adalah murid yang paling cerdas di Canterlot.

Almarhumah nenekku yang menceritakannya, Roselyne Duchanel. Nenekku juga pernah sekolah Canterlot. Kata nenek dulu sekolah ini adalah sekolah terbaik. Mrs Alexa adalah pengharum nama sekolah ini. Sayangnya nenekku sudah meninggal 1 bulan yang lalu karena terpeleset di kamar mandi.

“Ellena Duchanel, fokus pada pelajaran,” Mrs Alexa memecah lamunanku. Aku mengangguk.

Kriiing…Kriing

Pelajaran selesai. Hari ini kami pulang lebih cepat. Aku dan Liana memutuskan untuk berkeliling asrama ini. Banyak sekali tempat-tempat yang belum pernah kami kunjungi.

***

“Liana ,kau sudah siap”

“Sudah ,bagaimana denganmu?”

“Sudah ,ayo !!”

Aku dan Liana pergi untuk berkeliling Liana memutar anak kunci lalu memberikannya kepadaku ,aku memastikan aku sudah meletakkannya di dalam ranselku.

“Ellena!” Zeera mengagetkanku.

“Zeera, ada apa ?”

Zeera memandangi Liana seakan ada yang aneh. Liana tersenyum pada Zeera.

“Halo” sapa Liana pada Zeera.

“Kamu siapa, sepertinya aku pernah melihatmu?” Zeera diam saja, dia memang pendiam.

“Namanya Zeera dia sekelas denganku. Zeera ini Liana teman sekamarku.”

“Liana Saean” mengulurkan tangan.

“Zeera Theodora” menjabat tangan Liana.

Ada yang aneh Zeera seperti ragu saat melihat Liana. Seakan ada yang salah.

“Zeera kamu kenapa ?” tanyaku pada Zeera.

“Ya! Sekarang aku sudah ingat. Kau adalah Zeera benar begitu?”

Tiba-tiba Liana jadi aneh

“Aku memang Zeera”

“Yang waktu itu berjalan dengan Ellena, lalu saat aku datang kau menghilang. Saat itu aku pikir kau memang tidak ada ,makanya aku tidak ajak kamu makan siang bersama” jelas Liana.

Zeera terlihat ketakutan lalu berlari meninggalkan kami.

“Oke, sekarang kita mulai dari mana?”

“Terserah kau saja, Liana”

“Baiklah, kalau begitu kita mulai dari sini saja”

“Dasar konyol ! kalau itu aku juga tau. Maksudnya setelah dari sini kita mau kemana?”

“Jadi begitu ya..”

“Sudahlah lupakan saja. Ayo kita mulai dari taman.”

***

“Kalau dilihat-lihat, tanaman ini mirip dengan wajahmu ya.. Ellena” kata Liana sambil memegang-megang tanaman ,sesekalli melihat wajahku.

“Apa katamu?! Kalau begitu bunga camellia ini mirip dengan wajahmu!”

“Hahaha, dasar kau ini peniru kelas 3,” dia malah mengajak bunga itu bicara. Benar-benar bodoh

“Apa yang kau lakukan ? ayo kita pergi dari sin-”

“Duchanel… aku akan membunuhmu” suara itu lagi.

“Siapa kau ini?”

“Ellena, kau dengar itu?” Liana mendekat kearahku

“Jadi kau juga bisa dengar dia.”

“Kau tidak perlu tau siapa aku. Aku akan menghabisi temanmu. Baru selanjutnya keluarga Duchanel..” suara itu menghilang. Sebenarnya dia itu siapa. Kenapa dia mengganggu hidupku.

“Ellena, kau kenal dia ?”

“Tidak tau. Tapi menurutku dia mengenal salah satu dari keluargaku.”

“Sudahlah tidak usah murung”

“Tapi aku takut…”

“Sudah ,ayo kita lanjutkan tur kita”

***

Seharian ini kami sudah mengunjungi hampir semua bagian sekolah kecuali lantai 4 dan 5. Perjalanan kami terhenti saat makan siang.

“Liana, tunggu di sini sebentar ya. Aku di panggil seseorang.”

“Seseorang siapa ?” tanyaku penasaran.

“Teman rahasiaku. Kamu tidak boleh tau”.

Aku makin sebal selalu saja begitu. “Anak laki-laki ya… ternyata kau ini diam-diam punya pacar” kataku iseng.

Di sekolah kami memang ada anak laki-laki hanya saja gedung asramanya terpisah tapi masih satu gerbang.

“Yang benar saja memang ada laki-laki yang mau dengan aku yang cerewet ini. Sudahlah aku pergi dulu ya.”

Aku memperhatikan Liana, tak lama muncul anak perempuan bertubuh tinggi. Rambutnya panjang sebahu, kulitnya pucat hampir sama dengan Zeera. Aku memperhatikan mereka sepertinya persahabatan mereka seru sekali aku jadi iri.

Di sini teman yang kukenal hanya Zeera dan Ellena, yang lainnya hanya kenal nama.

“Hai Ellena, kau memata-mataiku ya ?” tanya Liana yang sudah ada di depanku.

“Ti-tidak kok” jawabku mengelak.

“Ellena perjalanan kita, kita cukupkan saja ya.. aku ingin pergi dengan teman rahasiaku.”

“Tapikan..,” aku agak sedih.

“Lagi pula apa yang ada di lantai 4 dan 5.”

“Baiklah,” aku mengalah. Selalu saja mengalah. Kalau dia tidak mau biar aku sendiri saja.

Bersambung

Yang mau berbagi tips atau saran dengan Caca silahkan comment. Info penulis lebih lanjut, kunjungi Instagram beserta Gmail dibawah ini.
Instagram : @kalisya.p
Gmail : Kalisya26prsyt[at]gmail.com