Kejadian ini belum lama waktu itu saya masih ingat tanggal 19 Desember 2014. Dan ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan sekaligus pengalaman paling mengerikan…

Nama aku Ahmad. Hari kamis sore kami, Bojes dan Ramin, kami bertiga berencana nanti malamnya mau mencari burung (ngobor burung) soalnya kami penghobi burung(kicau mania) sebagian burung kami rawat atau dijual bila tida ada sangkar lagi. Hari itu, jam 20:30 kami bergegas berangkat. Dengan menggunakan senter menyorot sana sini, anehnya tidak ada satu burungpun yang hinggap di pohon. Sampai di suatu tempat kami tiba di sebuah pabrik tua yang banyak pohonnya. Kami terus semangat mencari burung….

Setelah beberapa lama mencari-cari ternyata masih belum ada satu ekor burungpun yang terlihat. Saya sendiri terus menyorot ke atas mencari-cari. Saat senter saya mengarah ke pohon pisang, saya melihat sosok penampakan POCONG! Pocong itu terlihat masih muda, sekitaran umur 17-18 tahunan. Mukanya pucat dengan wajah yang mengerikan. Sayapun langsung gemeteran dan memberitahukan kepada teman saya.

Kata saya, “Bozes, Ramin coba lu tengok di pohon pisang..”

Saat mereka tengok pakai senter mereka terkejut (artinya saya memang tidak salah lihat). Dan dengan ketakutan kamipun lekas pergi dari tempat itu dengan berjalan cepat. Kami tidak bisa berlari dan coba untuk menenangkan diri. Sebab kalau kami berlari, resiko terperosok ke lubang sangat tinggi. Di situ banyak sekali lubang tempat pembuatan batu bata. Kalo terperosok bisa-bisa kaki kami patah karena kedalamannya bisa mencapai 5 sampai 8 meter.

Si Bozes berkata.. “Gila lu, Mad. Kirain yang lu tuduin ke gue burung ternyata pocong.”

Kata gue, “Kan ga adil kalo saya yang liat sendirian…” Canda pada mereka sambil pada-pada engos engosan.

Ramin melanjutkan “Udah… Udah… Ayo, kita lanjut. Kata orang dulu kalo nemuin yang begituan katanya suka beruntung…”

Kamipun bergegas pergi mencari burung di tempat lain. Sudah jam menunjukan 12:00 malam kami belum mendapatkan satu burungpun. Kami pun tiba di pinggir Citarum dengan rumput yang amat tinggi hampir sampai dada kami. Kami tida berani berpencar karena kejadian tadi. Sesampai di tengah rerumputan yang tinggi kami melihat pocong kembali. Kali ini lebih sereeemmm. Mukanya buruk sekali dan baunya yang sangat menyegat. Pocong itu… langsung terbang secepat kilat!!

Kamipun langsung berlari secepat mungkin kami tidak tahu yang kami pikirkan. Pokoknya berlari dan terus berlari sampai tempat pemukiman warga. Sesampainya di tempat pemukiman kami langsung pulang saja dengan tangan kosong tanpa seekor burungpun. Saat kami berjalan pulang tiba-tiba ada suara cewe tertawa dengan sangat lantang di atas pohon. Saat kami menoleh dan saya sorot memakai senter ternyata ada dua ekor burung hantu yang sedang kawin.

Haduuuuhhh padahal jantung kami sudah berdebar-debar saya kira tante uti atau kuntilanak.. Kami baru menyadari kalo malam ini malam Jum’at dan kami bertiga. Katanya jangan pergi ke tempat yang serem dengan jumlah ganjil tapi Allah’u alam….

Malam itu sangat apes… Apes sekali baru pertama kali nyari burung tidak dapat satupun bahkan burung gerejapun yang biasanya segitu banyak ga kelihatan satu pun, malah bertemu pocong dua kali, dengan wajah yang berbeda. Kami semua kapok tidak mau nyari burung di daerah sana lagi. Capeknya tak seberapa, tapi seremnya itu ga ilang ber hari-hari…..

Inilah kisah nyataku terserah agan-agan mau percaya atau tidak. Tapi memang begitulah kenyataannya….